Share This Article
Diltiazem merupakan golongan obat penghambat saluran kalsium yang termasuk dalam satu golongan dengan obat nifedipin dan verapamil.
Obat ini telah mendapat izin untuk penggunaan medis di Amerika Serikat pada 1982 dan menjadi salah satu obat paling sering diresepkan untuk masalah kardiovaskular.
Berikut informasi selengkapnya mengenai obat diltiazem, manfaat, dosis, serta risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Untuk apa obat diltiazem?
Diltiazem adalah obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dada (angina pectoris), hipertensi esensial tingkat ringan hingga sedang, dan beberapa jenis aritmia.
Obat ini telah tersedia sebagai obat generik dalam bentuk sediaan obat tablet atau injeksi yang disuntikkan ke pembuluh darah. Kamu bisa mendapatkannya di beberapa apotek dan umumnya dijual dalam bentuk sediaan oral.
Apa fungsi dan manfaat obat diltiazem?
Diltiazem berfungsi sebagai agen penghambat saluran kalsium yang masuk ke dalam sel-sel jantung dan pembuluh darah sehingga dapat memperpanjang periode detak jantung.
Diltiazem juga bekerja untuk merelaksasikan otot polos di dinding arteri. Dengan demikian, obat ini dapat membuat dinding arteri terbuka dan memungkinkan darah mengalir lebih mudah.
Dalam dunia kesehatan, umumnya diltiazem memiliki manfaat untuk mengatasi beberapa masalah yang berkaitan dengan kondisi berikut:
1. Angina
Angina adalah masalah nyeri di dada yang terjadi ketika darah kaya oksigen tidak dapat mencapai sel otot jantung. Masalah Angina ini paling sering disebabkan oleh penyakit arteri koroner sedangkan penyakit arteri koroner biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.
Dalam kondisi tersebut, timbunan lemak (plak) menumpuk di sepanjang dinding bagian dalam pembuluh darah paru-paru ke jantung. Angina terjadi ketika satu atau lebih arteri mengalami penyempitan atau tersumbat akibat timbunan lemak.
Ketika angina disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner, maka perawatan yang dilakukan yakni menerapkan pola hidup sehat. Pengobatan juga disarankan untuk menghilangkan gejala nyeri dada, termasuk golongan obat nitrat, statin, beta blocker, dan aspirin.
Obat-obatan beta blocker, seperti propranolol dan acebutolol, sering direkomendasikan untuk terapi pertama angina. Namun, jika pengobatan beta-blocker tidak merespons, maka dapat diberikan golongan obat penghambat saluran kalsium.
Obat golongan penghambat saluran kalsium, seperti nifedipin, verapamil dan diltiazem, juga disarankan termasuk untuk angina tidak stabil. Obat-obatan ini dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dengan kombinasi obat nitrat, seperti nitrogliserin.
2. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi di mana tekanan darah di dinding arteri terlalu tinggi.
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, termasuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan aneurisme. Menjaga tekanan darah tetap terkontrol sangat penting untuk menjaga kesehatan dan mengurangi risiko kondisi berbahaya ini.
Perawatan utama untuk hipertensi adalah perubahan gaya hidup. Selain itu, pengobatan untuk hipertensi juga direkomendasikan untuk mengatasi gejalanya.
Penghambat saluran kalsium direkomendasikan sebagai salah satu dari beberapa agen pilihan untuk manajemen awal hipertensi. Pilihan lain yang lebih disukai termasuk penghambat ACE, antagonis reseptor angiotensin II, dan diuretik tiazid.
Obat-obatan penghambat saluran kalsium, termasuk diltiazem, dapat diberikan sebagai obat tunggal atau dengan kombinasi obat lain. Diltiazem tablet lepas lambat merupakan jenis obat yang paling direkomendasikan.
Namun, kondisi pasien akan menentukan bagaimana pengobatan akan diberikan. Kondisi pertimbangan ini termasuk karakteristik pasien, risiko kardiovaskular, faktor terkait obat.
3. Aritmia supraventikular
Aritmia supraventikular juga disebut takikardia merupakan kondisi di mana irama detak jantung menjadi cepat dan tidak normal. Denyut jantung normal adalah 60 hingga 100 denyut per menit. Untuk takikardia, denyut jantung bisa lebih dari 100 denyut per menit.
Hal tersebut terjadi ketika impuls listrik yang mengoordinasikan detak jantung tidak berfungsi dengan baik. Gejalanya yang paling umum adalah berdebar kencang di dada.
Pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk dapat mengontrol atau menghilangkan detak jantung yang cepat.
Pengobatan awal untuk takikardia juga dapat diberikan obat-obatan adenosin secara intravena. Namun, apabila pasien kontraindikasi atau tidak merespons adenosin, maka diltiazem dapat direkomendasikan.
Obat diltiazem hanya diberikan pada pasien dengan hemodinamik stabil dan tidak memiliki gangguan fungsi ventrikel. Untuk itu, diagnosis awal perlu dilakukan untuk mencapai keamanan obat saat digunakan.
4. Infark miokardia akut
Infark miokardia akut merupakan istilah medis untuk menyebut serangan jantung. Serangan jantung adalah kondisi yang terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terputus secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Penyebab infark miokardia biasanya akibat penyumbatan di satu atau lebih pada arteri koroner. Penyumbatan dapat terjadi karena penumpukan plak, kolesterol, dan produk limbah seluler.
Perawatan terbaik untuk infark miokardia akut adalah dengan tindakan pencegahan. Pengobatan dapat menjadi pilihan untuk mencegah miokardia akut.
Penghambat saluran kalsium umumnya digunakan karena sifat anti-iskemiknya sehingga dapat direkomendasikan sebagai obat pencegahan. Obat ini dapat diberikan apabila obat penghambat beta-blocker tidak efektif, tidak dapat ditoleransi, atau kontraindikasi.
5. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon tiroksin, serta dapat mempercepat metabolisme tubuh sehingga menyebabkan penurunan berat badan dan detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
Beberapa perawatan dapat dilakukan untuk mengatasi hipertiroidisme. Dokter biasanya menggunakan obat antitiroid dan yodium radioaktif untuk memperlambat produksi hormon tiroid.
Terkadang, pengobatan hipertiroidisme juga dapat dilakukan dengan obat-obatan beta-blocker, seperti propranolol. Apabila golongan beta-blocker tidak merespons, maka terapi dapat dialihkan dengan diltiazem.
Pengobatan dilakukan hanya untuk terapi tambahan jangka pendek dalam pengobatan takikardia yang disertai dengan hipertiroidisme.
Merek dan harga obat diltiazem
Diltiazem telah mendapatkan izin untuk penggunaan medis di Indonesia dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Obat ini juga cukup umum digunakan, terutama untuk mengatasi kardiovaskular.
Obat ini termasuk dalam golongan obat keras sehingga kamu harus menggunakan resep dokter untuk mendapatkannya. Beberapa merek obat yang bisa kamu dapatkan di beberapa apotek terdekat, seperti:
- Cordila SR
- Cordizem
- Farmabes
- Herbesser
- Herbesser CD
- Dilbres
- Herbesser SR
Berikut ini informasi nama obat generik dan obat paten dari diltiazem beserta harganya:
Obat generik
- Diltiazem 30mg BPJS. Sediaan obat generik yang diproduksi oleh PT Kimia Farma. Obat ini bisa kamu dapatkan bagi yang terdaftar dalam program BPJS dengan harga berkisar Rp271/tablet.
- Diltiazem 30mg. Sediaan tablet generik yang diproduksi oleh Dexa Media. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp236/tablet.
- Diltiazem 30mg. Sediaan tablet generik yang diproduksi oleh Kimia Farma. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp307/tablet.
- Diltiazem 30mg. Sediaan tablet generik yang diproduksi oleh Indo Farma. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp275/tablet.
Obat paten
- Herbesser CD 100mg. Sediaan tablet mengandung diltiazem HCL 100mg yang bisa kamu dapatkan dengan harga Rp11.710/tablet.
- Herbesser CD 200mg. Sediaan tablet mengandung diltiazem 200mg yang bisa kamu dapatkan dengan harga Rp17.802/tablet.
- Farmabes 30mg. Sediaan tablet mengandung diltiazem 30mg yang diproduksi oleh Fahrenheit. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp732/tablet.
- Cordila SR 180mg tablet. Sediaan tablet mengandung diltiazem HCl yang bisa kamu daoatkan dengan harga Rp8.921/tablet.
- Herbesser 30mg. Sediaan tablet mengandung diltiazem 30mg yang bisa kamu dapatkan dengan harga Rp4.065/tablet.
- Dilmen 60mg. Sediaan tablet mengandung diltiazem HCl yang diproduksi oleh Sanbe Farma. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp1.475/tablet.
Bagaimana cara minum obat diltiazem?
- Baca dan ikuti petunjuk penggunaan obat yang tertera di label kemasan resep obat. Gunakan obat sesuai dosis yang telah ditentukan oleh dokter. Dokter terkadang mengubah dosis untuk menyesuaikan dengan kondisi klinis pasien.
- Jangan gunakan obat dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari yang direkomendasikan.
- Obat ini dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Jika kamu merasa tidak nyaman saat menelannya, kamu bisa meminumnya bersama dengan makanan.
- Jangan menghancurkan, mengunyah, melarutkan obat, serta membuka tablet atau kapsul lepas lambat. Telan obat sekaligus dengan air putih.
- Gunakan diltiazem secara teratur untuk mendapatkan efek terapi obat yang maksimal. Pastikan obat tersedia kembali sebelum obat benar-benar habis.
- Jangan berhenti menggunakan diltiazem secara tiba-tiba karena hal ini mungkin dapat memperburuk kondisi kamu.
- Tetap gunakan obat ini meskipun tidak ada gejala untuk tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi seringkali tidak memiliki gejala.
- Tekanan darah perlu sering diperiksa, terutama saat kamu menggunakan obat ini. Kamu mungkin juga perlu melakukan tes darah secara rutin.
- Simpan diltiazem pada suhu kamar jauh dari kelembapan dan panas matahari setelah digunakan.
Berapa dosis obat diltiazem?
Dosis dewasa
Aritmia atau takikardia
Intravena
- Dosis awal: 250mcg perkg melalui injeksi bolus selama 2 menit.
- Dosis dapat diberikan lebih lanjut 350mcg perkg setelah 15 menit jika diperlukan.
- Pada pasien dengan atrial fibrillation atau flutter dapat diberikan infus setelah injeksi bolus dengan kecepatan 5-10mg per jam.
- Dosis dapat ditingkatkan dengan peningkatan 5mg per jam hingga maksimal 15mg per jam. Infus dapat dilanjutkan hingga 24 jam.
Angina pectoris
- Dosis lazim: 30mg diminum 4 kali sehari.
- Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap dalam dosis terbagi dengan interval 1-2 hari sampai tercapai respons yang diinginkan.
- Untuk Dosis maksimal: 360mg per hari dalam dosis terbagi.
- Dosis dalam sediaan tablet lepas lambat dapat diberikan dosis awal 60mg tiga kali sehari.
- Dosis dapat meningkat menjadi 360mg setiap hari dalam dosis terbagi atau 480mg setiap hari sesuai kebutuhan.
- Penyesuaian dosis dan frekuensi dosis dapat bervariasi tergantung pada formulasi obat yang digunakan.
Hipertensi
- Sebagai tablet lepas lambat dapat diberikan dosis awal 90-120mg dua kali sehari.
- Dosis dapat ditingkatkan menjadi 180mg dua kali sehari jika perlu.
- Untuk dosis maksimal: 360mg setiap hari.
Dosis lansia
Angina pectoris
- Dosis awal sebagai tablet lepas lambat dapat diberikan 60mg dua kali sehari.
- Dosis dapat ditingkatkan dengan hati-hati menjadi 240mg sekali sehari jika denyut jantung tetap masih di atas 50 denyut/menit.
Hipertensi
- Sebagai tablet lepas lambat dapat diberikan dosis awal 60mg dua kali sehari.
- Dosis dapat ditingkatkan dengan hati-hati menjadi 240mg sekali sehari.
Apakah ditiazem aman untuk ibu hamil dan menyusui?
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan diltiazem dalam golongan obat kategori C.
Studi pada hewan percobaan telah menunjukkan risiko efek samping pada janin (teratogenik). Namun, studi terkontrol pada ibu hamil masih belum memadai. Penggunaan obat dapat dilakukan apabila manfaat yang didapatkan lebih besar dari risikonya.
Obat ini juga telah diketahui dapat terserap dalam ASI sehingga tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui.
Apa efek samping obat diltiazem yang mungkin terjadi?
Hentikan pemakaian obat dan hubungi dokter segera apabila muncul reaksi efek samping berikut setelah kamu menggunakan obat ini:
- Tanda-tanda reaksi alergi terhadap diltiazem, seperti gatal-gatal, sulit bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan
- Detak jantung menjadi sangat lambat
- Dada berdebar-debar
- Perasaan pusing, seperti akan pingsan
- Sesak napas, bahkan ketika beraktivitas ringan
- Pembengkakan di beberapa bagian tubuh
- Penambahan berat badan yang cepat
- Mual, sakit perut bagian atas, gatal, rasa lelah, kehilangan nafsu makan, urine berwarna gelap, tinja berwarna tanah liat, penyakit kuning.
- Reaksi hipersensitif yang parah, seperti demam, sakit tenggorokan, bengkak di wajah atau lidah, rasa terbakar pada mata, nyeri kulit diikuti oleh ruam kulit yang menyebabkan lepuh dan mengelupas.
Efek samping umum yang mungkin terjadi setelah menggunakan diltiazem, antara lain:
- Pembengkakan
- Pusing
- Tubuh lemas
- Sakit kepala
- Mual
- Ruam kulit
Peringatan dan perhatian
Jangan gunakan obat ini apabila kamu memiliki riwayat alergi diltiazem sebelumnya.
Kamu juga tidak boleh menggunakan obat ini apabila memiliki riwayat kondisi berikut:
- Masalah jantung serius
- Tekanan darah yang sangat rendah
- Apabila kamu baru saja mengalami serangan jantung dan ada penumpukan cairan pada paru-paru.
Untuk memastikan kamu aman menggunakan diltiazem, beritahu dokter apabila kamu memiliki kondisi berikut:
- Penyakit ginjal
- Penyakit hati
- Gagal jantung kongestif
Tidak diketahui apakah diltiazem akan membahayakan bayi atau janin. Beritahu dokter apabila kamu sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui.
Beberapa obat juga dapat berinteraksi dengan diltiazem. Pastikan kamu memberitahu dokter sebelum menggunakan obat ini apabila kamu menggunakan obat-obatan berikut:
- Obat yang digunakan dalam anestesi, seperti propofol.
- Obat anticemas, seperti golongan benzodiazepin, termasuk midazolam, triazolam, serta busipirone.
- Beta-blocker, seperti atenolol, carvedilol, metoprolol, propranolol, sotalol, dan lainnya.
- Karbamazepin
- Simetidin
- Clonidine
- Digitalis
- Digoxin
- Quinidine
- Rifampisin
- Obat kolesterol yang disebut statin, seperti atorvastatin, lovastatin, simvastatin, rosuvastatin, dan lain-lain.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!