Share This Article
Isoniazid merupakan antibiotik yang sering dikombinasikan dengan rifampisin untuk menangani gangguan kesehatan tertentu.
Obat ini pertama kali dibuat pada 1952 kemudian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan obat ini dalam daftar obat esensial WHO.
WHO menggolongkan isoniazid sebagai obat yang sangat penting untuk pengobatan manusia. Berikut ini informasi untuk apa isoniazid digunakan, manfaat, dosis, cara penggunaan, serta risiko efek samping yang mungkin muncul.
Untuk apa obat isoniazid?
Isoniazid adalah obat antibiotik yang sering digunakan untuk melawan dan mencegah penyakit tuberkulosis (TBC).
Obat ini juga disebut asam isonikotin hydrazide (INH). Obat ini juga sering dikombinasikan bertujuan untuk mencegah resistensi bakteri karena INH yang digunakan sendiri rentan menyebabkan resistensi.
Saat melawan TBC aktif, obat ini juga harus digunakan dengan kombinasi obat lain. Obat ini tersedia sebagai obat generik maupun paten dalam bentuk sediaan tablet dan termasuk dalam obat program pemerintah.
Apa fungsi dan manfaat obat isoniazid?
Isoniazid merupakan obat turunan asam isonicotinic sintesis yang berfungsi sebagai agen antituberkulosis.
Obat ini banyak digunakan untuk mengatasi beberapa kondisi berikut ini:
1. Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis (TB) aktif secara klinis dapat diberikan isoniazid yang dikombinasikan dengan agen antituberkulosis lainnya.
Obat ini menjadi agen lini pertama untuk pengobatan semua bentuk TB aktif yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini diketahui atau diduga rentan terhadap obat antibiotik.
Kombinasi tetap yang mengandung rifampisin dan isoniazid (Rifamate) digunakan untuk pengobatan TB paru. Isoniazid dan rifampisin digunakan pada tahap pengobatan intensif awal dan tahap pengobatan lanjutan.
Namun, beberapa lembaga medis menyatakan bahwa Rifamate tidak direkomendasikan untuk pengobatan awal. Terapi dan sediaan kombinasi tetap harus digunakan hanya setelah pasien diobati dengan isoniazid tunggal dan obat ini telah menunjukkan efek terapi yang diharapkan.
Untuk pengobatan awal TB aktif yang disebabkan oleh M. tuberculosis yang rentan terhadap obat. Beberapa obat yang direkomendasikan terdiri dari fase intensif awal (2 bulan) dan fase lanjutan (4 atau 7 bulan).
Durasi pengobatan yang lebih lama (misalnya, 12-24 bulan) biasanya diperlukan untuk infeksi disebabkan oleh M. tuberculosis yang resistan terhadap obat.
Pasien dengan kegagalan pengobatan atau M. tuberculosis yang resistan terhadap obat, harus dirujuk dengan berkonsultasi pada para ahli dalam pengobatan TB.
2. Infeksi tuberkulosis laten
Pengobatan infeksi tuberkulosis laten (LTBI) adalah infeksi M. tuberculosis tanpa gejala. Biasanya didefinisikan sebagai tes kulit tuberkulin positif (TST) atau tes TB-Quantiferon (QFT-G) tanpa bukti TB (klinis) aktif.
LTBI diobati untuk mengurangi risiko perkembangan menjadi TB aktif. Terapi pilihan untuk pengobatan LTBI adalah terapi isoniazid sebagai obat tunggal.
Namun, hal tersebut mungkin tidak dapat dilakukan apabila pasien telah melakukan kontak dengan individu TB yang resistan terhadap obat.
Monoterapi rifampisin adalah alternatif yang sangat berguna pada orang dewasa, remaja, atau anak-anak yang mengidap TB. Alternatif ini juga efektif pada M. tuberculosis yang resistan terhadap isoniazid atau pada pasien yang tidak dapat menoleransi isoniazid.
Pengobatan LTBI pada pasien yang telah terpapar dengan pasien TB yang resistan terhadap obat, harus segera berkonsultasi dengan ahli pengobatan TB.
Sebelum memulai pengobatan LTBI, kemungkinan TB klinis (aktif) harus diperiksa lebih dahulu dengan menggunakan tes yang sesuai, misalnya radiografi.
3. Infeksi Mycobacterium avium Complex (MAC)
Isoniazid telah digunakan dan cukup efektif untuk pengobatan infeksi M. avium complex (MAC) yang berkaitan dengan antimikobakterial.
Berbagai obat isoniazid, rifampisin, dan etambutol telah digunakan untuk pengobatan infeksi paru MAC dengan streptomisin selama 3-6 bulan pertama.
Saat ini, isoniazid hanya diberikan untuk pengobatan infeksi MAC yang resistan terhadap makrolida. Pertimbangan antara kombinasi ketiga obat tersebut telah direkomendasikan oleh beberapa lembaga medis dunia.
Pengobatan infeksi MAC cukup rumit dan harus diarahkan oleh dokter yang ahli dengan penyakit mikobakteri. Konsultasi dengan spesialis sangat penting terutama bila pasien tidak dapat menoleransi obat lini pertama atau bila infeksi tidak bereaksi saat terapi sebelumnya.
Pengobatan MAC dengan terapi kombinasi harus dengan pengawasan ketat dari ahli, terutama apabila gejala disebabkan oleh MAC yang resistan terhadap makrolida.
4. Infeksi Mycobacterium kansasii dan Mycobacterial lainnya
Isoniazid dapat dijadikan sebagai pengobatan infeksi M. kansasii yang berkaitan dengan antimikobakteri lain.
Lembaga medis dunia merekomendasikan isoniazid, rifampisin, dan etambutol untuk pengobatan infeksi paru atau diseminata. Terutama masalah yang disebabkan oleh M. kansasii yang rentan terhadap rifampisin.
Jika M. kansasii resisten terhadap rifampisin, maka direkomendasikan pemberian tiga obat berdasarkan kerentanan bakteri dan respons pasien. Obat-obatan terapi tambahan termasuk klaritromisin (atau azitromisin), moksifloksasin, etambutol, sulfametoksazol, atau streptomisin.
Merek dan harga obat isoniazid
Isoniazid telah memiliki izin edar untuk penggunaan medis di Indonesia. Obat ini menjadi salah satu obat lini pertama dalam menangani kasus TBC di Indonesia.
Beberapa merek isoniazid yang telah memiliki izin edar, antara lain:
- Beniazide
- Pyravit
- Decadoxin
- Restibi Z
- Erabutol Plus
- Restibi ZE
- INH Ciba
- INH 400 Ciba
- Rifastar
- Rifazid
- Rimactazid
- Inoxin Forte
- Rimactazid Paed
- Rimcure 3-FDC
- Niaxid
- Rimcure Paed
- Niazitol
- Rimstar 4-FDC
- Paduan OAT Kategori Anak
- Panduan OAT Kategori 1, 2 dan 3
- Panduan OAT Sisipan
- Selenemo
- Suprazid
- Suprazid Forte
- TB Vit 6
- Pehadoxin
- Pehadoxin Forte
- Tibiq 1, 2 dan 3
- Pulmolin
- Pulna
Pemerintah Indonesia memasukkan panduan OAT sebagai obat program khusus. OAT terdiri dari INH yang dikombinasikan dengan rifampisin juga terkadang terdapat vitamin B6.
Untuk mendapatkan pengobatan TB, kamu harus melakukan pemeriksaan rutin ke instansi kesehatan milik pemerintah. Saat dinyatakan positif, kamu akan mendapatkan surat rujukan dari instansi terkait dan dapat mengambil pengobatan di puskesmas terdekat.
Pengobatan TB ini tersedia secara gratis saat kamu terdaftar sebagai penerima pengobatan rutin TB. Program ini memiliki tujuan untuk memberikan kemudahan pada pasien serta mencegah prevalensi TB semakin tinggi.
Untuk beberapa nama generik dan nama paten yang dijual, tersedia dengan harga sebagai berikut:
Nama generik
- Isoniazide/INH Indo Farma tablet 300mg. Sediaan tablet isoniazid generik yang bisa kamu dapatkan dengan harga Rp244/tablet.
- Isoniazid/INH tablet 300mg. Obat ini diproduksi oleh Kimia Farma bisa kamu dapatkan dengan harga Rp448/tablet.
- Isoniazid/INH tablet 100mg. Obat ini diproduksi oleh Kimia Farma bisa kamu dapatkan dengan harga Rp269/tablet.
Nama paten
- Inadoxin Forte tablet. Obat mengandung isoniazide 400mg dan pyridoxine HCl 10mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp644/tablet.
- Inoxin 400mg tablet. Sediaan tablet mengandung isoniazide 400mg dan vitamin B6 10mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp714/tablet.
- Santibi plus. Sediaan tablet mengandung etambutol HCl 250mg, isoniazide 100mg, dan vitamin B6 6mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp971/tablet.
- TB Vit 6 syrup 120ml. Sediaan sirup tiap 5ml mengandung isoniazide 100mg dan vitamin B6 10mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp43.167/botol.
- TB Vit B6 424mg. Sediaan tablet mengandung isoniazide 400mg dan vitamin B6 24mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp1.088/tablet.
- Pehadoxin Forte 410mg. Sediaan tablet mengandung isoniazide 400mg dan vitamin B6 10mg. Obat ini bisa kamu dapatkan dengan harga Rp1.156/tablet.
Bagaimana cara minum obat isoniazid?
Ikuti semua petunjuk dosis dan cara minum yang tertera pada label resep obat. Jangan meminum isoniazid dalam jumlah yang lebih besar atau lebih kecil atau lebih lama dari yang direkomendasikan.
Minum isoniazid saat perut kosong, setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Meminum obat ini bersamaan dengan makanan dapat menurunkan efek terapi obat sehingga tidak disarankan. Konsultasikan lebih lanjut terutama bila kamu memiliki gangguan gastointestinal.
Jika kamu melewatkan satu dosis, ambillah dosis yang terlewat segera setelah kamu ingat. Setidaknya minum obat dalam waktu yang sama setiap hari untuk memudahkan kamu mengingat. Biasanya per hari kamu akan minum banyak tablet yang harus diminum satu waktu sekaligus.
Jika kamu melewatkan dosis untuk satu hari, kamu harus konsultasikan kembali dengan ahli penyakit TB. Biasanya, jika kamu melewatkan dosis bahkan untuk satu hari saja, kamu harus memulai pengobatan dari awal.
Gunakan obat ini untuk jangka waktu penuh yang ditentukan. Gejala mungkin membaik sebelum infeksi benar-benar sembuh. Melewatkan dosis juga meningkatkan risiko infeksi lebih lanjut atau bakteri resistan terhadap antibiotik.
Selalu rutin untuk melakukan pemeriksaan fungsi hati saat kamu meminum obat ini. Obat ini mungkin dapat memengaruhi fungsi hati.
Dokter mungkin akan menambahkan obat vitamin B6 sebagai terapi tambahan saat kamu menggunakan isoniazid. Minum vitamin B6 sesuai jumlah yang diresepkan dokter.
Simpan obat ini pada suhu kamar jauh dari kelembapan, panas, dan cahaya matahari setelah digunakan. Jaga agar botol atau klip obat tetap tertutup rapat saat tidak digunakan.
Berapa dosis obat isoniazid?
Dosis dewasa
Parenteral (suntikan)
- Obat injeksi diberikan apabila terapi oral tidak merespons atau kondisi pasien yang tidak dapat menoleransi pengobatan oral.
- Dosis lazim: 5mg per kilogram berat badan sampai 300mg per hari sebagai dosis tunggal atau 15mg per kilogram berat badan sampai 900mg per hari.
Oral
- Dosis lazim: 5mg per kilogram berat badan sampai 300mg sehari sebagai dosis tunggal atau 15mg per kilogram berat badan sampai 900mg per hari, 2 atau 3 kali seminggu.
- Oral dapat dibagi menjadi dosis minum per hari disesuaikan dengan kondisi klinis pasien.
Dosis anak
Parenteral
- 10-15mg per kilogram berat badan sampai 300mg per hari sebagai dosis tunggal atau 20-40mg per kilogram berat badan sampai dengan 900mg per hari, diminum 2 atau 3 kali seminggu.
- Dosis dapat dibagi menjadi dosis per hari, disesuaikan dengan respons klinis pasien.
Oral
- Dosis lazim: 10-15mg per kilogram berat badan sampai 300 mg per hari sebagai dosis tunggal atau 20-40mg per kilogram berat badan sampai dengan 900mg per hari. Obat diminum 2 atau 3 kali seminggu.
- Dosis dapat dibagi menjadi dosis per hari, disesuaikan dengan respons klinis pasien.
Apakah isoniazid aman untuk ibu hamil dan menyusui?
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan obat ini dalam golongan obat kategori C.
Studi pada hewan telah menunjukkan potensi merugikan pada janin (teratogenik). Namun, studi terkontrol pada wanita hamil masih belum memadai.
Penggunaan obat pada wanita hamil didasarkan pada pertimbangan manfaat obat yang lebih besar dari risiko efek merugikan.
Obat ini telah menunjukkan bukti dapat terserap dalam ASI sehingga tidak disarankan untuk digunakan ibu menyusui.
Apa efek samping obat isoniazid yang mungkin terjadi?
- Tanda-tanda reaksi alergi, seperti gatal-gatal, sulit bernapas, bengkak di wajah atau tenggorokan
- Reaksi kulit yang parah, seperti demam, sakit tenggorokan, mata terasa panas, nyeri kulit, ruam kulit merah atau ungu yang menyebar dan menyebabkan lepuh serta mengelupas
- Kelenjar bengkak
- Gejala seperti flu
- Nyeri otot
- Tubuh lemas parah
- Memar yang tidak biasa
- Kulit atau mata menguning
- Tubuh lemas tiba-tiba, nyeri atau demam selama 3 hari atau lebih
- Nyeri di perut bagian atas (bisa menyebar ke punggung)
- Mual
- Kehilangan nafsu makan
- Urine gelap
- Tinja berwarna seperti tanah liat
- Gangguan penglihatan
- Sakit di bagian belakang mata
- Kebingungan
- Gangguan ingatan, pikiran atau perilaku yang tidak biasa
- Kejang
- Kulit pucat, mudah memar atau berdarah (mimisan, gusi berdarah)
Efek samping umum yang mungkin terjadi setelah meminum isonazid, antara lain:
- Mati rasa, kesemutan, atau nyeri terbakar di tangan atau kaki
- Mual, muntah, sakit perut
- Tes fungsi hati abnormal.
Peringatan dan perhatian
Tidak disarankan untuk meminum obat ini apabila kamu memiliki riwayat alergi isonazid sebelumnya.
Sebaiknya kamu tidak meminum obat ini apabila kamu memiliki riwayat penyakit berikut:
- Penyakit hati aktif
- Riwayat reaksi alergi yang parah terhadap isoniazid
- Punya hepatitis atau masalah hati lainnya yang disebabkan oleh penggunaan isoniazid
- Riwayat efek samping isoniazid yang parah seperti demam, menggigil, atau nyeri sendi dan bengkak.
Untuk memastikan isoniazid aman diminum, beritahu dokter apabila kamu memiliki masalah kesehatan berikut:
- Riwayat penyakit hati
- Penyakit ginjal
- Gangguan saraf yang menyebabkan nyeri atau mati rasa
- Diabetes
- HIV atau AIDS
- Kekurangan gizi
Beritahu dokter apabila kamu memiliki kebiasaan minum alkohol, sedang menerima pengobatan suntik lain, atau kamu pernah terpaksa berhenti minum isoniazid karena alasan apapun.
Risiko masalah hati
Jika kamu berusia 35 tahun atau lebih, dokter mungkin akan memeriksa enzim hati sebelum memulai pengobatan. Hal ini untuk memastikan kamu dapat menggunakan isoniazid dengan aman. Risiko gangguan fungsi hati paling tinggi pada orang dewasa berusia antara 35 hingga 65 tahun.
Masalah hati yang serius dan fatal dapat terjadi selama pengobatan dengan isoniazid atau setelah kamu berhenti minum obat ini. Bahkan bisa muncul berbulan-bulan setelah berhenti.
Risiko masalah hati yang serius lebih mungkin terjadi pada wanita, terutama setelah melahirkan. Gangguan hati juga rentan muncul pada wanita keturunan Hispanik atau Afrika-Amerika. Konsultasikan lebih lanjut tentang risiko ini dengan dokter yang menangani.
Obat ini belum diketahui apakah dapat membahayakan bayi belum lahir atau tidak. Beritahu dokter apabila kamu sedang hamil atau sedang merencakan untuk hamil.
Obat ini bisa masuk ke ASI, tetapi tidak akan mengobati atau mencegah TBC pada bayi menyusui. Konsultasikan lebih lanjut dengan dokter mengenai pencegahan TB pada bayi dan cara aman untuk meminum obat.
Hindari minum alkohol karena dapat meningkatkan risiko kerusakan hati saat kamu menggunakan isoniazid.
Kamu mungkin perlu menghindari makanan tertentu saat menggunakan isoniazid. Makanan yang perlu dihindari termasuk anggur merah, keju, daging kering, dan tuna atau jenis ikan lainnya.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!