Share This Article
Obat metamizole dianggap ampuh sebagai penghilang beragam rasa sakit. Meski ada sejumlah peringatan tegas terkait cara mengonsumsi dan dosisnya yang wajib kamu perhatikan. Apa saja?
Untuk mengetahui lebih jauh, kamu perlu simak pembahasan berikut.
Baca Juga: Banyak Menyerang Lansia, Kenali Cara Mencegah Alzheimer
Untuk apa obat metamizole?
Metamizole adalah obat analgesik-antipretik yang dapat membantu meredakan rasa sakit hingga mengurangi demam.
Obat ini juga dikenal sebagai metampiron dan dipyrone. Metamizole juga merupakan obat yang termasuk golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID).
Apa fungsi dan manfaat obat metamizole?
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa metamizole adalah obat dengan efek analgesik (meredakan rasa nyeri) dan antipiretik (penurun demam), yang bisa membantu meringankan rasa sakit sedang atau berat.
Misalnya, sakit kepala, migrain, sakit gigi, nyeri setelah operasi, nyeri yang disebabkan kanker, nyeri otot dan sendi, serta demam.
Merek dan harga obat metamizole
Metamizole memiliki beberapa merek dagang, di antaranya adalah Antalgin, Novalgin, Metamizole sodium, Mionalgin, hingga Mixalgin.
Untuk Antalgin 500 mg isi 10 tablet harganya berkisar antara Rp3.000-Rp16.000, untuk Novalgin 500 mg isi 10 tablet memiliki kisaran harga Rp15.000-Rp34.200, sedangkan untuk Mixalgin isi 10 tablet, harganya berkisar antara Rp6.000-Rp14.500.
Perlu kamu ketahui bahwa harga masing-masing merek metamizole bergantung pada apotek yang menjualnya. Untuk mengetahui harga pasti dari metamizole, sebaiknya bertanyalah pada apotek yang menjual obat-obatan tersebut.
Bagaimana cara minum atau cara pakai metamizole?
Obat metamizole dipasarkan dengan ratusan nama merek di seluruh dunia, dan umumnya tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, larutan, bubuk atau butiran untuk larutan.
Metamizole biasanya digunakan melalui mulut (oral), tetapi ada juga yang lewat suntikan, hingga sebagai supositoria (dimasukkan melalui anus)
Saat mengonsumsi obat metamizole, harus persis seperti yang diarahkan oleh dokter, atau sesuai dengan instruksi pada label. Kamu tidak diperkenankan mengambil lebih atau kurang dari yang diarahkan.
Obat metamizole dikenal juga dengan beberapa sebutan seperti dipyrone, noramidopyrine, sulpyrine, novaminsulfon, methylmelubrin. Disarankan saat meminumnya bersamaan dengan makanan atau segera setelah makan. Minumlah bersama dengan segelas air.
Berapa dosis obat metamizole?
Pada Maret 2019, telah disahkan temuan dan ulasan dari European Medicines Agency (EMA) tentang obat metamizole, yang mana merekomendasikan untuk menyelaraskan informasi yang beredar di pasaran terkait dosis obat-obatan metamizole dan penggunaannya.
Rekomendasi EMA mencakup dosis maksimum harian dari obat metamizole, dan juga kontraindikasi untuk penggunaan pada kehamilan atau wanita yang menyusui.
Rekomendasi EMA terkait dosis adalah menetapkan dosis tunggal maksimum melalui mulut yakni sebesar 1.000 mg, dan diminum hingga 4 kali sehari (dosis harian maksimum 4.000 mg), pada pasien dari usia 15 tahun.
Pengobatannya sendiri harus dimulai dengan dosis terendah yang disarankan, dan hanya ditingkatkan jika diperlukan.
Jika obat metamizole diberikan dengan injeksi, maka total dosis harian tidak boleh lebih dari 5.000 mg. Selain itu, dosis pada pasien yang lebih muda harus didasarkan pada berat badan mereka, meski beberapa produk mungkin juga tetap tidak cocok karena kekuatan obatnya.
Dosis obat metamizole untuk anak
Metamizole tidak untuk diberikan kepada anak-anak yang lebih muda dari 3 bulan, atau yang beratnya lebih rendah dari 5 kg, kecuali memang diperintahkan untuk melakukannya oleh dokter.
Penggunaan obat metamizole untuk anak-anak harus di bawah pengawasan dokter. Sebaiknya, konsultasikanlah terlebih dahulu pada dokter sebelum menggunakan obat ini.
Apakah obat metamizole aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Jangan minum obat metamizole jika kamu sedang hamil atau berencana memiliki bayi segera. Jika kamu hamil saat tengah dirawat atau mengonsumsi metamizole, segera beritahu dokter, sebab obat metamizole bisa jadi membahayakan untuk janin yang belum lahir.
Jangan juga meminum obat metamizole jika kamu sedang menyusui. Ini karena bayi bisa jadi menerima sejumlah kandungan obat dalam susu ibu.
Rekomendasi EMA juga memperingatkan bahwa obat metamizole tidak untuk digunakan selama kehamilan khususnya selama 3 bulan terakhir kehamilan, dan juga selama menyusui.
Apa efek samping obat metamizole?
Apa efek samping yang bisa kamu alami saat mengonsumsi metamizole atau metamizole sodium? Metamizole ternyata dapat mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi.
Jika kamu dalam pengaruh metamizole, sebaiknya tidak mengemudi atau mengambil bagian dalam aktivitas apapun di mana perlu kewaspadaan. Efek samping lainnya juga termasuk mual, muntah, sakit perut, nyeri dada, jantung berdebar, urine berwarna merah, ruam, demam, dan kedinginan.
Beberapa efek samping mungkin memerlukan bantuan medis segera. Maka dari itu peringatkan dokter segera, jika kamu mengalami salah satu dari hal berikut:
- Tanda dan gejala reaksi alergi yang parah, misalnya keringat dingin, ruam parah, bengkak pada wajah, mata, bibir, lidah atau tenggorokan, dan sesak napas
- Ruam dengan kulit di sekitar bibir, mulut, atau mata yang mengelupas, disertai demam
- Demam mendadak, kedinginan, sakit tenggorokan, sariawan, kelelahan, dan kelemahan
- Perdarahan atau memar yang tidak biasa
Beri tahu dokter jika salah satu efek samping tersebut tidak hilang atau semakin parah, atau jika kamu mengalami efek samping lain.
Pastikan untuk memeriksakan ke dokter sebelum memberikan metamizole kepada anak-anak, karena anak-anak mungkin lebih sensitif terhadap efek samping obat tersebut.
Peringatan dan perhatian metamizole
Saat kamu meminum metamizole atau tengah dalam perawatan dengan metamizole, ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan. Di antaranya adalah dengan memberi tahu dokter, jika kamu mengalami kondisi berikut:
- Tekanan darah rendah dan penyakit pembuluh darah lainnya
- Dehidrasi
- Asma, dan gatal-gatal yang muncul lebih dari 6 minggu dan sering kambuh
- Tukak lambung
- Penyakit hati
- Penyakit ginjal
Segera atur janji temu dengan dokter, khususnya apabila kamu mengalami hal-hal di atas, karena dokter perlu memantau kondisi dan respons kamu terhadap obat ini secara teratur.
Kamu juga mungkin perlu menjalani tes darah rutin saat sedang dirawat dengan metamizole. Saat sedang dirawat dengan metamizole juga sebaiknya menghindari alkohol.
Jangan lupa juga untuk memberitahu dokter atau apoteker jika kamu sedang meminum obat lain. Termasuk tonik herbal, obat tradisional, suplemen, atau obat-obatan yang kamu beli tanpa resep.
Tata laksana penyimpanan
Selain itu, dalam hal penyimpanan obat, simpanlah obat ini di tempat yang sejuk dan kering, yang jauh dari jangkauan anak-anak.
Metamizole perlu dilindungi dari cahaya, sebab cahaya dapat menyebabkan obat kehilangan beberapa efektivitasnya. Pastikan juga obat-obatan tersebut tidak digunakan melewati tanggal kedaluwarsa.
Kapan sebaiknya tidak menggunakan metamizole sodium?
Jangan mengunakan metamizole sodium jika kamu pernah mengalami reaksi alergi, seperti ruam, sesak napas, atau mata bengkak. Misalnya, akibat interaksi terhadap obat-obatan, seperti phenazone, phenylbutazone, diclofenac, ibuprofen, dan paracetamol.
Sebelumnya beritahu dokter jika kamu memiliki kondisi berikut di bawah ini, sebab metamizole sodium bisa jadi tidak cocok untuk kamu.
- Memiliki kelainan darah, misalnya penurunan sel darah merah atau sel darah putih
- Gangguan sumsum tulang
- Defisiensi G6PD (Glukosa-6-Fosfat Dehidrogenase), yakni kelainan darah bawaan yang memengaruhi sel darah merah
- Porphyria, yakni kelainan bawaan yang dapat menyebabkan masalah kulit atau saraf
Interaksi obat metamizole
Untuk mengetahui interaksi obat, sebelum mengonsumsi metamizole beri tahu dokter jika kamu menggunakan obat-obatan ini:
- Obat-obatan NSAID (obat untuk nyeri dan peradangan) lainnya, misalnya aspirin, atau phenylbutazone
- Obat pengencer darah, misalnya warfarin
- Obat-obatan untuk gangguan mood, misalnya chlorpromazine, moclobemide, atau selegiline
- Pil KB
- Obat-obatan untuk gangguan kekebalan tubuh tertentu, misalnya cyclosporine, atau methotrexate
- Allopurinol (obat untuk asam urat)
- Glutethimide (obat untuk gangguan tidur)
- Phenytoin (obat untuk kejang)
- Bupropion (obat untuk mengobati depresi)
Baca Juga: Gak Cuma Wajah! Ini 8 Jenis Operasi Plastik Terpopuler di Dunia
Stigma dan kontroversi metamizole
Keamanan dalam hal mengonsumsi obat metamizole memang telah lama menjadi subyek perdebatan. Kontradiksi ini dipicu oleh fakta bahwa metamizole adalah obat over-the-counter (OTC) yang mudah ditemukan di pasaran dan banyak digunakan di beberapa negara.
Namun di sisi lain, metamizole juga adalah obat yang dilarang di banyak negara, selama kurun waktu lebih dari 40 tahun terakhir ini.
Obat ini pada awalnya ditarik dari pasar di Kanada sekitar 1963, lalu menyusul di Amerika Serikat sekitar 1973. Kemudian hampir 30 negara lain di dunia telah menarik metamizole ini dari pasaran, termasuk Jepang, sejumlah negara Eropa dan Australia.
Meski ada peringatan tentang risiko metamizole, sejumlah negara lainnya, misalnya di Amerika Latin dan juga Cina, tetap menggunakannya untuk tujuan klinis. Tujuannya, untuk memerangi rasa sakit dan demam, karena metamizole diyakini sebagai obat penghilang rasa sakit yang efektif.
Sebaliknya, negara yang melarang penggunaan metamizole umumnya akibat sejumlah temuan, seperti:
- Metamizole dianggap dapat menyebabkan kerusakan darah serius atau fatal, yang disebut agranulositosis. Penyakit ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memproduksi sel darah putih untuk melawan infeksi.
- Penggunaan klinis metamizole juga dikaitkan dengan berbagai efek samping seperti anemia aplastik, anaphylaxis, toxic epidermal necrolysis, gagal ginjal, perdarahan saluran pencernaan bagian atas, hingga induksi serangan porfiria akut.
- Ada juga studi yang melaporkan peningkatan risiko leukemia pada anak-anak, yang lahir dari ibu yang menggunakan metamizole selama kehamilan.
Penelitian terkait obat metamizole
Terlepas dari kekhawatiran atas obat ini, bisa dibilang metamizole masih dianggap efektif dalam mengobati rasa sakit atau peradangan, mengalahkan obat lainnya.
Metamizole kerap digunakan untuk mengobati sakit parah, ketika tindakan lainnya tidak efektif, atau tidak dapat dikontrol dengan perawatan lainnya.
Sejumlah penelitian bahkan menunjukkan bahwa metamizole memiliki khasiat yang lebih efektif dibanding obat sejenis lainnya.
Lebih efektif ketimbang paracetamol
Sebuah studi pernah meneliti dan membandingkan antara efek metamizole dan paracetamol, pada nyeri dan stres oksidatif yang diinduksi pada tikus.
Ternyata hasilnya adalah metamizole lebih efektif dari paracetamol untuk mengobati rasa sakit, peradangan, dan stres oksidatif yang berkaitan dengan trauma bedah.
Lebih efektif ketimbang aspirin
Sebuah studi yang dilakukan di Brasil juga menunjukkan efek positif dari metamizole (sodium dipyrone intravena) pada migrain akut dan perawatan sakit kepala dalam satu uji coba klinis.
Studi ini membandingkan penggunaan metamizole dan aspirin untuk pengobatan sakit kepala. Di mana hasilnya menunjukkan bahwa penghilang rasa sakit yang lebih dalam diberikan oleh metamizole.
Efektif mengatasi nyeri
Dalam sebuah laporan juga disebutkan bahwa metamizole merupakan salah satu analgesik yang paling sering digunakan dalam mengatasi nyeri pasca operasi. Baik pada orang dewasa dan anak-anak.
Untuk penggunaan jangka pendek di lingkungan rumah sakit, seperti untuk mengobati kolik ginjal atau rasa sakit pasca operasi, metamizole banyak menjadi pilihan bila dibandingkan dengan analgesik lainnya.
Namun dokter yang memilih menerapkan metemizole sebagai analgesik, harus terlebih dahulu memberi tahu pasien tentang efek bahayanya. Termasuk juga komplikasinya dan risiko kematian dari metamizole.
Apabila menggunakan metamizole, lamanya terapi juga perlu dijaga sesingkat mungkin.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.