Share This Article
Phenytoin (fenitoin) merupakan obat antikonvulsan dari turunan hydantoin yang cukup efektif. Obat ini biasanya diberikan terutama jika obat-obatan benzodiazepine tidak dapat digunakan secara memadai.
Berikut informasi selengkapnya mengenai manfaat obat, dosis, cara pakai, serta risiko efek samping yang mungkin terjadi.
Untuk apa obat phenytoin?
Phenytoin adalah obat antikejang (antikonvulsan) untuk mengontrol berbagai jenis kejang pada penderita epilepsi. Namun, phenytoin tidak direkomendasikan untuk mengobati jenis kejang petit mal.
Phenytoin juga dapat diberikan untuk mengobati aritmia jantung dan kondisi saraf tertentu yang disebut neuralgia trigeminal. Obat ini juga telah diteliti untuk beberapa indikasi lain, seperti gangguan bipolar, perlindungan retina, dan penyembuhan luka.
Phenytoin diberikan melalui pembuluh darah vena untuk kondisi kejang akut, terutama status epileptikus, dan setelah bedah saraf. Obat ini juga tersedia sebagai sediaan tablet oral untuk perawatan jangka panjang.
Apa fungsi dan manfaat phenytoin?
Phenytoin memiliki fungsi untuk meredakan kejang dan menstabilkan aktivitas saraf. Secara khusus, obat ini bekerja dengan mengubah permeabilitas natrium sehingga mengurangi stimulasi berlebihan akibat tegangan yang terjadi dalam saraf.
Phenytoin akan bekerja dalam 30 menit dan efeknya dapat bertahan hingga 24 jam setelah disuntikan pada pembuluh vena. Berdasarkan sifat tersebut, phenytoin efektif digunakan untuk mengobati masalah kesehatan berikut:
Epilepsi (kejang)
Phenytoin diberikan untuk mengobati berbagai jenis epilepsi, termasuk grand mal (tonik-klonik umum) dan status epileptikus. Obat ini juga dapat diberikan dalam kombinasi dengan obat kejang lain apabila diketahui terdapat jenis kejang campuran.
Phenytoin diberikan melalui suntikan intravena untuk mengatasi kejang status epileptikus, terutama jika kejang masih berlanjut setelah pemberian benzodiazepine. Onset kerjanya yang lambat membuat obat ini direkomendasikan sebagai terapi lini kedua untuk jenis kejang tersebut.
Obat ini tidak direkomendasikan untuk jenis kejang petit mal, yakni serangan epilepsi singkat 10 hingga 15 detik tanpa disertai kejang. Jika phenytoin diberikan, maka ia dapat meningkatkan risiko kejang.
Dalam sebuah analisis, pengobatan antiepilepsi dini dapat mengurangi risiko kejang pada minggu pertama setelah bedah saraf untuk tumor otak. Dalam studi tersebut, phenytoin dan fenobarbital direkomendasikan karena efektif untuk pencegahan epilepsi pascaoperasi.
Jangka waktu pengobatan mungkin diperlukan 5 hingga 10 hari untuk mencapai efek antikonvulsan yang diharapkan. Pemberian dosis ini diperlukan untuk mengontrol dan profilaksis kejang yang mungkin muncul, terutama jenis kejang fokal.
Aritmia jantung
Phenytoin digolongkan sebagai antiaritmia kelas 1b karena efeknya terhadap saluran Na+ dan pengaruhnya untuk mengelola ritme jantung. Ia dapat menstabilkan curah jantung yang terlalu cepat sehingga efektif untuk mengobati takikardia.
Umumnya, phenytoin diresepkan untuk takikardia ventrikel dan episode takikardia atrium akut yang tidak merespons pengobatan lini pertama.
Namun, penggunaan untuk artimia kini telah dibatasi karena manfaat terapi obat yang sempit dan risiko efek samping yang berisiko.
Merek dan harga obat phenytoin
Obat ini termasuk dalam golongan obat resep sehingga kamu memerlukan rekomendasi dokter untuk bisa mendapatkannya. Beberapa merek phenytoin yang telah beredar di Indonesia adalah Decatona, Dilantin, Kutoin, Ikaphen, Curelepz, dan Movilepz.
Berikut informasi mengenai beberapa merek obat phenytoin beserta harganya:
Obat generik
- Phenytoin Ika 100mg capsule. Sediaan obat generik dalam sediaan kapsul untuk meredakan gejala epilepsi tonik dan psikomotor. Obat ini diproduksi oleh Ikapharmindo dan bisa kamu dapatkan dengan harga Rp860/capsul.
- Phenytoin Ika 100mg/2ml Injeksi. Sediaan suntikan yang diproduksi oleh Ikapharmindo yang bisa didapatkan dengan harga Rp47.133/pcs.
Obat paten
- Dilantin 100mg capsule. Sediaan obat kapsul untuk membantu meredakan dan mencegah gejala epilepsi serta merelaksasikan otot. Obat ini diproduksi oleh Pfizer dan bisa kamu dapatkan dengan harga Rp7.189/kapsul.
- Kutoin 100mg capsule. Sediaan kapsul untuk membantu meredakan dan mencegah gejala epilepsi grand mal dan serangan psikomotor. Obat ini diproduksi oleh Mersifarma TM dan bisa kami dapatkan dengan harga Rp1.756/kapsul.
- Ikaphen 100mg capsule. Sediaan kapsul untuk membantu mengontrol gejala epilepsi grand mal dan psikomotor. Obat ini diproduksi oleh Ikapharmindo dan bisa kamu dapatkan dengan harga Rp1.784/kapsul.
Bagaimana cara pakai obat phenytoin?
Minum obat tablet sesuai dosis dan cara pakai yang telah diresepkan oleh dokter. Dokter mungkin mengubah dosis obat sesuai kondisi pasien. Jangan minum obat dalam jumlah lebih besar atau kurang dari dosis yang direkomendasikan.
Sediaan parenteral akan diberikan oleh dokter atau tenaga medis lain dengan disuntikan ke dalam pembuluh darah.
Sediaan obat kapsul sebaiknya diminum bersama dengan makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman saat mengonsumsi phenytoin. Jika pasien menggunakan selang nasogastrik atau alat enteral makanan lain, jangan memberikan makanan 2 jam sebelum dan sesudah minum obat.
Minum kapsul utuh dengan segelas air putih. Kapsul jangan dibuka, dihancurkan, atau dilarutkan tanpa ada perintah dari dokter. Beritahu dokter apabila kamu mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul.
Jika kamu mengonsumsi suspensi oral, kocok sirup lebih dahulu sebelum digunakan. Takar obat dengan alat pengukur dosis yang disediakan bersama obat. Tanyakan pada apoteker mengenai cara mengukur dosis yang tepat apabila kamu tidak menjumpai alat pengukur dosis.
Minum obat secara teratur untuk mendapatkan efek pengobatan yang maksimal. Jika lupa dosis, segera minum apabila dosis berikutnya masih lama. Lewati dosis jika masuk waktu minum berikutnya dan jangan menggandakan dosis yang terlewat dalam waktu minum yang bersamaan.
Kamu mungkin memerlukan tes darah secara berkala saat mengonsumsi phenytoin. Konsultasikan dengan dokter mengenai jadwal pemeriksaan yang kamu perlukan.
Beritahu dokter apabila phenytoin yang kamu konsumsi tidak dapat meredakan gejala kejang atau bahkan membuat gejalanya memburuk.
Jangan berhenti menggunakan obat secara tiba-tiba karena dapat memperburuk kondisi gejala yang kamu alami. Konsultasikan dengan dokter mengenai pengurangan dosis sebelum memutuskan berhenti menggunakan obat.
Jika kamu membutuhkan operasi, termasuk operasi kecil dan perawatan gigi, beritahu dokter bahwa kamu meminum phenytoin.
Phenytoin dapat menyebabkan pembengkakan pada gigi dan gusi. Periksakan gigi dan mulut secara berkala saat kamu mengonsumsi obat ini.
Kamu bisa menyimpan phenytoin pada suhu ruangan terhindar dari kelembapan dan paparan sinar matahari setelah digunakan.
Berapa dosis obat phenytoin?
Dosis dewasa
Epilepsi pascabedah saraf
- Dosis lazim: 100 hingga 200mg setiap 4 jam selama operasi dan dilanjutkan pascaoperasi selama 48 hingga 72 jam secara intramuskuler.
- Dosis pemeliharaan: 300mg setiap hari, disesuaikan dengan konsentrasi dalam plasma.
Status epileptikus tonik-klonik
- Dosis diberikan setelah benzodiazepine (misalnya, midazolam): 10 hingga 15mg/kg berat badan melalui suntikan ke dalam pembuluh vena dengan kecepatan tidak lebih dari 50mg/menit.
- Dosis pemeliharaan: 100mg diberikan setiap 6 hingga 8 jam
Epilepsi pascabedah saraf, kejang parsial, serta epilepsi tonik-klonik
- Dosis lazim diberikan sebagai sediaan oral: 3 hingga 4mg/kg berat badan per hari.
- Dosis alternatif: 150 hingga 300mg per hari diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam dosis terbagi.
- Dosis pemeliharaan: 200-500 mg setiap hari.
Dosis anak
Status epileptikus tonik-klonik
Dosis lazim: 15-20mg/kg berat badan melalui suntikan ke pembuluh vena dengan kecepatan tidak melebihi 1-3mg/kg/menit.
Epilepsi pascabedah saraf, kejang parsial, serta epilepsi tonik-klonik
- Dosis lazim: 5mg/kg berat badan per hari diberikan dalam dua dosis terbagi.
- Dosis maksimal: 300mg setiap hari.
- Dosis pemeliharaan: 4-8mg/kg sehari dalam dosis terbagi.
Apakah phenytoin aman untuk ibu hamil dan menyusui?
U.S. Food and Drug Administration (FDA) memasukkan phenytoin dalam golongan obat kategori kehamilan D.
Studi penelitian telah menunjukkan bahwa obat dapat menimbulkan efek merugikan pada janin wanita hamil (teratogenik). Namun, penggunaan obat dapat dilakukan untuk kondisi tertentu yang mengancam jiwa.
Phenytoin diketahui dapat terserap dalam ASI sehingga tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi ibu menyusui tanpa konsultasi dengan dokter.
Apa efek samping obat phenytoin yang mungkin terjadi?
Efek samping mungkin terjadi terutama karena penggunaan obat yang tidak sesuai dosis atau karena respons dari tubuh penderita. Efek samping berikut mungkin muncul ketika kamu mengonsumsi phenytoin:
- Gejala reaksi alergi, seperti ruam kulit kemerahan, gatal-gatal, sulit bernapas, wajah atau tenggorokan membengkak.
- Reaksi hipersensitivitas, termasuk demam, sakit tenggorokan, mata terasa terbakar, nyeri kulit, ruam kulit merah atau ungu yang menyebar dan menyebabkan lepuh dan mengelupas.
- Sakit tenggorokan yang sering dan terus-menerus disertai demam
- Perdarahan atau memar yang tidak biasa
- Kulit atau mata menguning disertai sakit perut, urine berwarna gelap, kelelahan, bengkak di kaki dan pergelangan kaki
- Nyeri sendi
- Kebingungan atau halusinasi, misalnya melihat, mendengar atau merasakan hal-hal yang tidak ada
- Perubahan suasana hati atau perilaku yang tidak biasa, misalnya terlalu tertekan atau gelisah, atau memiliki perilaku kompulsif dan impulsif
- Kecenderungan pikiran untuk menyakiti diri sendiri
- Detak jantung lambat atau tidak seimbang, nyeri dada, dada berdebar-debar, dan pusing parah
- Demam, menggigil, sakit tenggorokan, kelenjar bengkak
- Gusi merah atau bengkak, seriawan
- Mudah memar, perdarahan yang tidak biasa, atau muncul bintik-bintik ungu atau merah di bawah kuli
- Kelainan hati yang ditandai dengan gejala kehilangan nafsu makan, sakit perut bagian atas, urine gelap, tinja berwarna tanah liat, penyakit kuning.
Hubungi dokter segera apabila muncul gejala reaksi efek samping tersebut. Kamu mungkin harus menghentikan pengobatan dengan phenytoin dan tidak dapat menggunakan obat ini kembali.
Efek samping lain yang umum terjadi dari penggunaan phenytoin, antara lain:
- Mengantuk
- Kebingungan
- Bicara cadel
- Pembengkakan dan nyeri pada gusi
- Gerakan mata yang tidak normal
- Gangguan keseimbangan atau gerakan otot
- Mual, muntah, sembelit
- Penglihatan kabur
- Kesulitan tidur di malam hari
Efek samping ini umum terjadi, terutama jika kamu baru saja memulai pengobatan dengan phenytoin. Beritahu dokter jika salah satu efek samping tidak hilang atau semakin parah, atau jika kamu mengalami efek samping lain.
Peringatan dan perhatian
Kamu tidak boleh mengonsumsi phenytoin apabila pernah mengalami reaksi alergi saat menggunakan obat ini atau obat yang serupa, seperti carbamazepine.
Kamu mungkin juga tidak dapat menerima phenytoin apabila memiliki riwayat kesehatan berikut:
- Hepatotoksik atau penyakit hati yang disebabkan oleh phenytoin
- Penyakit jantung tertentu, terutama bradikardia, blok sino-atrium, blok AV derajat 2 dan 3, serta sindrom Adams-Stokes.
Kamu jangan mengonsumsi phenytoin jika kamu telah menggunakan obat-obatan untuk mengobati infeksi HIV, seperti delavirdine.
Beritahu dokter mengenai riwayat penyakit lain yang kamu miliki sebelum mengonsumsi phenytoin, terutama:
- Penyakit hati
- Penyakit ginjal
- Kelainan darah
- Diabetes
- Osteoporosis, kekurangan vitamin D, atau masalah perkembangan tulang lain
- Porfiria
- Hipotiroidisme
- Depresi
- Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri
Disarankan untuk melakukan tes darah sebelum memutuskan menggunakan phenytoin, terutama jika kamu adalah ras Asia. Beberapa ciri genetik orang Asia dapat menyebabkan reaksi kulit yang serius, misalnya ruam kulit yang berpotensi mengancam jiwa saat mengonsumsi phenytoin.
Beritahu dokter apabila kamu sedang hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui bayi sebelum memutuskan mengonsumsi phenytoin.
Sebaiknya kamu tidak memulai atau berhenti mengonsumsi phenytoin tanpa arahan dokter jika kamu sedang hamil. Kejang selama kehamilan dapat membahayakan ibu dan bayi, tetapi mengontrol kejang selama kehamilan juga penting dilakukan.
Jika kamu telah minum phenytoin selama kehamilan, pastikan untuk memberi tahu dokter mengenai penggunaan obat ini. Baik ibu dan bayi mungkin perlu menerima obat untuk mencegah perdarahan yang berlebihan selama persalinan dan setelah lahir.
Phenytoin dapat membuat pil KB menjadi kurang efektif. Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan KB non-hormonal, seperti kondom dan diafragma dengan spermisida, untuk mencegah kehamilan.
Phenytoin dapat menyebabkan pembengkakan dan nyeri pada gusi, terutama pada anak-anak. Untuk meminimalkan pembengkakan gusi, perhatikan kebersihan mulut dengan menyikat dan membersihkan gigi secara benar dan teratur.
Hindari alkohol saat kamu sedang masa pengobatan dengan phenytoin. Risiko efek samping tertentu dapat meningkat saat kamu meminum alkohol secara bersamaan.
Jangan berkendara atau melakukan aktivitas yang membutuhkan kewaspadaan karena phenytoin dapat menurunkan kewaspadaan.
Interaksi obat
Beberapa jenis obat dapat berinteraksi dengan phenytoin dan menimbulkan efek samping atau meningkatkan risiko tertentu. Berikut interaksi obat yang mungkin terjadi:
- Phenytoin dapat menghilangkan efek antivirus dari delavirdine dan meningkatkan risiko resistansi jika digunakan bersamaan.
- Meningkatkan kadar obat dalam darah jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan berikut:
- Golongan obat salicylate, seperti aspirin
- Agen antibakteri, misalnya chloramphenicol, clarithromycin, isoniazid, sulfadiazine, sulfametoksazol-trimetoprim, sulfonamida
- Antikonvulsan lain, misalnya oxcarbazepine, succinimides, topiramate
- Agen antijamur, misalnya amfoterisin B, fluconazole, itraconazole, ketoconazole, miconazole
- Agen antineoplastik, misalnya capecitabine, fluorouracil
- Benzodiazepine atau obat psikotropika, misalnya disulfiram, methylphenidate, trazodone
- Obat-obatan kardiovaskular, seperti amiodarone, diltiazem, nifedipine
- Cimetidine
- Fluvastatin
- Tacrolimus
- Tolbutamide
- Omeprazole
- Penghambat serotonin re-uptake, misalnya fluoxetine, fluvoxamine
- Dapat menurunkan kadar phenytoin dalam darah jika digunakan dengan obat-obatan berikut:
- Vigabatrin
- Agen antineoplastik, misalnya bleomycin, carboplatin, cisplatin, doxorubicin
- Sucralfate
- Reserpine
- Asam folat
- Rifampicin
- Antiretroviral, misalnya fosamprenavir, nelfinavir, ritonavir
- Theophylline
- Diazoxide
- Kadar phenytoin dapat meningkat atau menurun apabila digunakan dengan ciprofloxacin, dan agen psikotropika, misalnya chlordiazepoxide, diazepam, phenothiazines.
- Memengaruhi efek dan mengubah kadar doxycycline dalam darah apabila digunakan bersamaan.
- Kadar phenytoin dalam darah dapat berubah jika digunakan dengan warfarin, furosemide, methotrexate, dan obat hiperlipidemia, misalnya atorvastatin dan simvastatin.
- Phenytoin dapat mengurangi kadar obat estrogen, kontrasepsi oral, serta agen penghambat neuromuskuler, misalnya pancuronium, rocuronium, vecuronium.
- Dapat mengubah konsentrasi obat methadone, tolbutamide, serta agen psikotropika atau antidepresan, misalnya clozapine, paroxetine, quetiapine, sertraline.
- Mengurangi konsentrasi vitamin D dalam serum darah.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.