Share This Article
Tiap tahun, sekitar 60 ribu penduduk Indonesia meninggal karena tuberkulosis. Selain paru, ada satu jenis dari penyakit ini yang tak boleh dianggap remeh, yaitu TBC otak. Sebagian orang mungkin akan bertanya apakah TBC otak menular atau tidak.
Ini menjadi penting, karena infeksi bakteri yang tidak disadari bisa membuat penanganannya menjadi terlambat. Akibatnya, komplikasi serius rentan terjadi. Yuk, cari tahu jawabannya dengan ulasan di bawah ini.
Baca juga: ‘Batuk Tak Henti, Apakah Saya Kena TBC?’ Cari Tahu Gejalanya di Sini
Apa itu TBC otak?
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Umumnya, bakteri ini akan menyerang paru-paru terlebih dulu, kemudian menyebar ke bagian tubuh dan jaringan lainnya melalui aliran darah.
Saat sudah mencapai kepala, bakteri tersebut akan menyebabkan TBC otak atau tuberkulosis meningitis.
TBC meningitis terjadi ketika M. tuberculosis mulai menginfeksi selaput yang mengelilingi salah satu organ terpenting manusia itu. Kondisi ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian.
Kasus TBC otak sendiri relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan TBC paru. Biasanya, seseorang bisa mengidap penyakit TBC meningitis jika TBC paru tidak mendapat penanganan yang tepat, sehingga bakteri pemicunya berpindah ke bagian tubuh lain.
Apakah TBC otak menular?
Untuk menjawab pertanyaan apakah TBC otak menular atau tidak, kamu perlu memahami sifat dasar dari bakteri pemicunya lebih dulu. Mengutip dari Healthline, M. tuberculosis adalah bakteri yang bisa menular melalui udara. Tapi, penyebarannya tidak semudah yang dibayangkan.
Badan Kesehatan Dunia WHO menjelaskan, bakteri ini hanya bisa menyebar ke orang lain melalui droplet yang mengontaminasi udara. Droplet tersebut bisa keluar dari mulut pengidap saat sedang berbicara, batuk, atau bernyanyi.
Jika dilihat dari lokasi bersarangnya bakteri, sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya apakah TBC otak menular benar-benar melalui udara bebas? Bagaimana bisa? Seperti yang telah dijelaskan, M. tuberculosis adalah bakteri yang bisa berpindah-pindah tempat.
Bakteri yang ada di otak dapat berpindah ke saluran pernapasan dan keluar berupa droplet lalu mengontaminasi udara. Hanya saja, jika kamu tertular, besar kemungkinan bagian tubuh yang terserang pertama kali adalah paru-paru, bukan otak.
Baca juga: Kenali Penyebab TBC, Penyakit Menular yang Mematikan
Perbedaan penularan TBC dengan COVID-19
Setelah membaca cara penularan bakteri di atas, mungkin kamu akan berpikir bahwa M. tuberculosis bisa menyebar layaknya virus Corona. Ada perbedaan mendasar tentang penularan TBC dan Corona yang perlu kamu tahu.
Seseorang bisa tertular bakteri TBC hanya jika menghirup udara yang terkontaminasi bakteri dari droplet, bukan percikan yang secara langsung keluar dari mulut pengidap. Keberadaan ventilasi dan paparan sinar matahari bisa mengurangi konsentrasi paparan bakteri tersebut.
Sedangkan untuk COVID-19, penularannya bisa langsung dari percikan mulut pengidapnya. Sehingga, pembatasan jarak perlu dilakukan untuk menghindari paparan droplet yang keluar secara langsung dari sumbernya.
Kamu tidak bisa tertular TBC melalui jabat tangan, menyentuh dudukan toilet, dan memegang seprai yang digunakan bersama.
Gejala TBC otak
Setelah mengetahui tentang fakta apakah TBC otak menular atau tidak, kamu perlu mengetahui beberapa ciri-ciri dari penyakit ini. Dengan begitu, kamu akan mudah mengidentifikasi kemungkinan terjadinya penularan.
Tanda-tanda dari TBC otak umumnya muncul secara bertahap. Penyakit ini hampir pasti didahului oleh infeksi di paru-paru, tempat pertama kali bakteri menyerang. Beberapa gejalanya bisa berupa:
- Mudah lelah
- Demam ringan
- Rasa tidak nyaman di badan
Saat penyakit bertambah serius, gejalanya juga akan semakin memburuk. Jika penyakit meningitis biasanya ditandai dengan sakit kepala, kaku di bagian leher, dan sensitif terhadap cahaya, gejala lanjutan dari TBC otak cukup berbeda, yaitu:
- Demam tinggi
- Mual dan muntah
- Badan lemas
- Kebingungan
- Mudah marah
Baca juga: Bukan Cuma Paru-paru, Penyakit TBC Juga Bisa Serang Tulang Kamu, Ini Fakta Lengkapnya!
Bagaimana jika sudah tertular penyakit ini?
Hal yang perlu dilakukan setelah mengetahui adanya penularan bakteri M. tuberculosis adalah segera mencari pertolongan medis. Sejumlah pemeriksaan mungkin akan dilakukan untuk mengetahui penyebab pastinya.
Dokter biasanya akan memberikan obat-obatan untuk membunuh bakteri pemicu, seperti isoniazid, ethambutol, pirazinamid, dan rifampicin. Penanganan yang terlambat bisa memicu sejumlah komplikasi serius, seperti gangguan pendengaran, kejang, hingga kerusakan otak.
Saat otak sudah tidak bisa menjalankan fungsinya, seseorang sangat rentan untuk terkena stroke. Stroke dapat muncul ketika otak tidak bisa menerjemahkan impuls (rangsangan) dari saraf, ditandai dengan kelumpuhan anggota tubuh secara parsial maupun total.
Mencegah penularan TBC otak
Pencegahan TBC otak sama seperti tuberkulosis pada umumnya, yaitu menggunakan vaksin. Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) cukup efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran bakteri M. tuberculosis.
Menurut penjelasan dr. Dwi Astiny, ahli Neurologi RSUP Persahabatan Jakarta, vaksin ini sebaiknya sudah diberikan sejak bayi atau usia anak-anak. Pola hidup sehat juga akan membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, sehingga menurunkan risiko terkena TBC otak.
Saat ini, para ilmuwan di sejumlah negara sedang melakukan penelitian terhadap vaksin ini tentang kemungkinan penggunaannya untuk menangani pasien COVID-19.
Nah, itulah ulasan tentang apakah TBC otak menular dan bagaimana cara pencegahannya. Jika perlu, tetap gunakan masker saat beraktivitas agar tak menghirup udara yang telah terkontaminasi bakteri pemicu. Tetap jaga kesehatan, ya!
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.