Share This Article
Tinja yang encer pada bayi adalah hal umum terjadi terutama pada beberapa bulan pertama usianya. Meski demikian, hal tersebut bisa menjadi tanda diare pada bayi.
Ketika diare, bayi lebih sering buang air besar hingga 12 kali sehari dan tinjanya biasanya sangat cair.
Baca Juga: Tersiksa karena Gatal? Coba Cara Menghilangkan Kutu Rambut Ini, Yuk!
Diare pada bayi, gejala dan penyebabnya
Diare pada bayi biasanya dibarengi dengan gejala berikut:
- demam sedang hingga tinggi
- muntah-muntah
- lesu dan rewel
- menolak makan
- menunjukkan tanda-tanda dehidrasi seperti mulut kering
- tidak buang air kecil selama lebih dari tiga jam.
Kebanyakan kasus diare tidak bertahan lama dan seringkali disebabkan oleh virus dan hilang dengan sendirinya.
Kemungkinan penyebab lain yang memicu diare pada bayi antara lain;
- perubahan pola makan bayi atau ibu menyusui
- penggunaan antibiotik oleh bayi atau ibu menyusui
- keracunan
- alergi
- infeksi bakteri yang harus diatasi dengan antibiotik
- infeksi parasit yang harus diatasi dengan obat-obatan
- atau penyakit langka seperti fibrosis kistik
Cara penanganan diare pada bayi
Ketika bayi kamu baru mengalami diare, pastikan lakukan beberapa langkah penanganan berikut ini.
- Memberikan banyak cairan agar tidak terkena dehidrasi karena diare menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral bernama elektrolit.
- Menyusui juga dapat membantu mencegah dan mempercepat pemulihan diare. Meski demikian, jika bayi kamu muntah ketika sedang minum, berikan secara bertahap dan sedikit-sedikit saja mulai dari 1 sendok teh cairan setiap 10-15 menit sekali.
- Bagi bayi yang sudah biasa makan makanan padat sebelum diare, mulailah dengan memberikan makanan yang ringan bagi perut seperti pisang, biskuit, roti, pasta, maupun sereal.
- Hindari memberikan makanan atau minuman yang justru dapat memperparah diare seperti jus buah-buahan, susu, atau makanan yang digoreng.
- Jika diare tidak kunjung sembuh, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan pengobatan dan penanganan yang tepat terutama pada bayi di bawah tiga bulan yang terkena diare.
Dokter biasanya tidak menyarankan obat-obatan tanpa resep untuk bayi dan memberikan obat atau antibiotik tergantung penyebab diare tersebut.
Selain itu, dokter juga dapat merekomendasikan rehidrasi oral yang mengandung cairan dan elektrolit untuk mencegah atau mengobati dehidrasi. Pada kasus diare yang sudah parah, dokter akan memberikan cairan melalui intravena pada pembuluh darah.
Baca Juga: Tak Boleh Asal Diminum, Ini Aturan Konsumsi Lansoprazole
Diare mudah menular, jaga kebersihan adalah upaya pencegahan utama
Diare yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dapat sangat mudah menular. Karenanya upaya pencegahan sangat penting dilakukan untuk mencegah penularan.
- Sebaiknya kamu mencuci tangan setiap dengan air hangat dan sabun setelah mengganti popok/diaper bayi untuk mencegah penyebaran infeksi. Jaga agar area mengganti popok bersih dan steril.
- Kondisi pantat bayi yang steril terutama ketika bersentuhan dengan tinja diare dapat memicu iritasi kulit dan ruam diaper yang disebabkan oleh asam pada diare dan diaper kotor, serta terlalu sering diseka dengan lap.
- Ketika bayi sedang diare, disarankan kamu lebih sering mengganti diapernya dan pastikan menyeka pantatnya dengan kain lembut dan air hangat.
- Cara lain untuk mengeringkan adalah dengan cara membiarkannya terbuka dan diangin-angini hingga kering untuk mencegah iritasi. Mengoleskan salep atau pencegah kelembaban seperti petroleum jelly setiap mengganti diaper.
Jika ruam tidak kunjung hilang yang seringkali merupakan pertanda infeksi ragi, dokter akan memberikan obat resep atau krim anti jamur.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Download di sini untuk berkonsultasi dengan mitra dokter kami.