Share This Article
Gejala alergi obat yang terlambat ditangani ternyata dapat berakibat fatal bahkan mengancam jiwa.
Agar tidak terlambat menanganinya, yuk, pahami lebih dalam soal alergi obat hingga penanganannya pada ulasan di bawah ini!
Baca Juga: Obat Gatal Alergi, Mulai dari Resep Apotek Hingga Bahan Alami!
Apa itu alergi obat?
Alergi obat adalah reaksi abnormal sistem kekebalan tubuh terhadap obat. Reaksi alergi dapat dipicu jenis obat apapun mulai dari obat resep, obat apotek, hingga obat herbal.
Namun, alergi obat lebih mungkin terjadi dengan obat-obatan tertentu. Tanda dan gejala alergi obat yang paling umum adalah gatal-gatal, ruam atau demam.
Alergi obat dapat menyebabkan reaksi serius, termasuk kondisi mengancam jiwa yang mempengaruhi banyak sistem tubuh (anafilaksis).
Sedangkan alergi obat tidak sama dengan efek samping obat yang mungkin tercantum pada label obat. Reaksi alergi obat juga berbeda dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh overdosis obat.
Berapa lama sampai gejala alergi obat muncul?
Gejala reaksi alergi obat akan sangat berbeda dari satu individu dengan individu lain. Beberapa orang mungkin langsung bereaksi, sementara yang lain mungkin minum obat sampai beberapa kali hingga akhirnya mengalami reaksi alergi.
Sebagian besar gejala akan muncul antara 1-2 jam setelah minum obat kecuali jika kamu memiliki reaksi tipe tertunda yang lebih jarang. Gejala alergi obat yang kurang umum ini termasuk demam, kulit melepuh, dan kadang-kadang nyeri sendi.
Gejala alergi obat
Secara umum obat tidak dapat menyebabkan dampak buruk bagi tubuh jika diminum sesuai dengan anjuran dokter.
Namun, bagi sebagian orang yang memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi menyerang zat obat tersebut.
Nah, berikut adalah beberapa gejala alergi obat pada tubuh, antara lain:
1. Ruam pada kulit
Gejala alergi obat yang sering terjadi adalah munculnya ruam berupa benjolan gatal berwarna merah pada kulit kulit atau biduran.
Biduran biasanya berkembang dengan muncul berkelompok dan dapat menutupi area kulit serta dapat mempengaruhi bagian tubuh mana pun.
Ruam merah pada kulit muncul ketika sistem kekebalan melepaskan zat kimia yang disebut histamin setelah kamu terpapar alergen yang merupakan zat pemicu alergi.
2. Demam
Gejala alergi obat yang kedua adalah demam. Demam dapat terjadi karena sistem kekebalan tubuh sedang melawan peradangan.
Gejala demam karena alergi dapat disebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan saat melawan zat di dalam obat yang diminum.
3. Mata gatal dan berair
Gejala yang dapat timbul karena alergi juga bisa menimbulkan mata berair. Hal ini dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh di sekitar mata mendeteksi zat obat yang dianggap sebagai alergen.
Maka, sistem kekebalan tubuh akan mengeluarkan histamin lewat sel di mata yang disebut dengan sel mast. Pelepasan histamin dari sel khusus ini akan menyebabkan mata terasa gatal.
4. Pembengkakan di area tubuh tertentu
Pembengkakan dapat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi obat yang masuk sebagai zat berbahaya. Tubuh akan melepaskan zat lain yang dapat menyebabkan kulit membengkak.
Pembengkakan dapat terjadi pada area wajah seperti bibir, lidah, dan tenggorokan. Pembengkakan di satu area biasanya berlangsung antara satu hingga tiga hari.
Bahkan pembengkakan juga dapat terjadi di organ dalam seperti kerongkongan yang dampaknya bisa memicu nyeri dada atau perut. Bengkak di tubuh ini kadang juga disertai gejala gatal dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman.
5. Sesak napas
Gejala alergi pada obat yang lebih parahnya lagi dapat menyebabkan sesak napas. Sesak napas terjadi karena penyempitan saluran napas yang dikarenakan pembengkakan sebelumnya.
Hal ini terjadi ketika zat obat atau zat yang dianggap alergen masuk ke kerongkongan, tubuh umumnya akan mencoba mengeluarkan hal tersebut.
Cara tubuh mengeluarkannya adalah dengan menghasilkan antibodi dan histamin. Histamin yang keluar di bagian tenggorokan itulah yang dapat menyebabkan saluran udara meradang dan memproduksi banyak lendir.
Hal tersebut dapat menyebabkan tenggorokan bengkak dan berlendir sehingga menyebabkan sesak napas.
Penyebab alergi obat
Alergi obat terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kamu keliru mengidentifikasi obat sebagai zat berbahaya, seperti virus atau bakteri.
Setelah sistem kekebalan mendeteksi obat sebagai zat berbahaya, ia akan mengembangkan antibodi khusus untuk obat tersebut.
Hal ini dapat terjadi saat pertama kali kamu menggunakan obat, tetapi terkadang alergi tidak berkembang sampai paparan berulang.
Faktor risiko alergi obat
Meskipun siapapun dapat mengalami reaksi alergi terhadap suatu obat, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kamu mengalami gejala alergi obat.
Berikut beberapa faktor yang membuat kamu berisiko lebih besar terkena alergi obat:
- Memiliki riwayat alergi lain seperti alergi pada makanan tertentu atau alergi terhadap serbuk bunga
- Kamu memiliki riwayat keluarga yang mengalami alergi obat
- Peningkatan paparan obat, karena dosis tinggi, penggunaan berulang, atau penggunaan lama
- Penyakit tertentu yang umumnya terkait dengan reaksi alergi obat, seperti infeksi HIV atau virus Epstein-Barr
Jenis obat yang menyebabkan gejala alergi
Semua jenis obat dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang yang tidak cocok. Namun, ada beberapa jenis obat yang lebih sering memicu alergi di antaranya:
- Obat antibiotik seperti amoksisilin, ampisilin, penisilin, tetrasiklin, dan lainnya
- Obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan naproxen
- Aspirin
- Obat Sulfa
- Obat kemoterapi
- Terapi antibodi monoklonal seperti cetuximab, rituximab, dan lain-lain
- Obat HIV seperti abacavir, nevirapine, dan lain-lain
- Insulin
- Obat anti kejang seperti karbamazepin, lamotrigin, fenitoin, dan lain-lain
- Relaksan otot yang diberikan melalui infus seperti atracurium, succinylcholine, atau vecuronium
- Pengobatan untuk penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis
Cara kamu mengonsumsi obat juga berperan. Kamu lebih mungkin mengalami alergi obat jika mengonsumsi obat dengan cara:
- Menggunakan suntikan, bukan melalui mulut
- Digosokkan ke kulit
- Mengonsumsinya sering
Reaksi obat non alergi
Terkadang reaksi terhadap obat dapat menghasilkan tanda dan gejala yang hampir sama dengan alergi obat.
Tetapi reaksi obat tidak dipicu oleh aktivitas sistem kekebalan. Kondisi ini disebut reaksi hipersensitivitas non alergi atau reaksi obat pseudoallergic.
Berikut beberapa jenis obat yang kerap picu reaksi non alergi:
- Obat penyakit jantung yang disebut inhibitor ACE
- Pewarna kontras untuk sinar-X dan CT scan
- Beberapa obat kemoterapi
- Anestesi lokal
Apakah alergi obat berbahaya?
Gejala alergi obat dapat menjadi parah dan berbahaya sehingga memicu kondisi bernama anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi parah yang berpotensi mengancam nyawa yang secara bersamaan dapat memengaruhi dua atau lebih sistem organ.
Misalnya, saat ada pembengkakan dan kesulitan bernapas, atau muntah dan gatal-gatal. Jika ini terjadi, segera cari perawatan medis darurat.
Jika kamu merawat seseorang yang tampaknya mengalami reaksi parah terhadap suatu obat, beri tahu tim perawatan darurat obat apa yang diminum, kapan diminum dan berapa dosisnya.
Berikut tanda dan gejala alergi obat saat seseorang mengalami Syok anafilaksis atau alergi berat :
- Pembengkakan pada saluran udara dan tenggorokan, menyebabkan kesulitan bernapas
- Mual atau kram perut
- Muntah atau diare
- Pusing atau pusing
- Denyut nadi lemah dan cepat
- Penurunan tekanan darah
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Diagnosis gejala alergi obat
Alergi obat sulit didiagnosis. Alergi terhadap obat jenis penisilin adalah satu-satunya yang dapat didiagnosis secara pasti melalui tes kulit. Beberapa reaksi alergi terhadap obat terutama ruam, gatal-gatal, dan asma dapat menyerupai penyakit tertentu.
Padahal, diagnosis yang akurat sangatlah penting. Sebab, alergi obat yang salah didiagnosis dapat menyebabkan penggunaan obat yang kurang tepat atau lebih mahal.
Berikut beberapa jenis tes yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis gejala alergi obat:
1. Tes kulit
Diagnosis gejala alergi obat yang pertama adalah tes kulit. Tes kulit dilakukan dengan cara memberikan sejumlah kecil obat yang dicurigai sebagai penyebab alergi ke kulit.
Bisa dengan jarum kecil yang menggores kulit, suntikan, atau tambalan. Reaksi positif terhadap tes akan menyebabkan benjolan merah, gatal, dan menonjol.
Hasil positif menunjukkan kamu mungkin memiliki alergi obat. Sementara hasil negatif tidak begitu jelas. Untuk beberapa obat, hasil tes negatif biasanya berarti kamu tidak alergi terhadap obat tersebut. Untuk obat lain, hasil negatif mungkin tidak sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan alergi obat.
2. Tes darah
Tes darah juga dapat dilakukan untuk menguji apakah kamu memiliki reaksi alergi terhadap obat jenis tertentu.
Meskipun ada tes darah untuk mendeteksi reaksi alergi terhadap beberapa obat, tes ini jarang digunakan karena penelitian yang relatif terbatas pada keakuratannya. Mereka dapat digunakan jika ada kekhawatiran tentang reaksi parah terhadap tes kulit.
3. Pemeriksaan diagnostik
Ketika dokter menganalisis gejala dan hasil tes, dokter biasanya dapat mencapai salah satu kesimpulan berikut:
- Kamu memiliki alergi obat
- Tidak memiliki alergi obat
- Kamu mungkin memiliki alergi obat, dengan tingkat kepastian yang berbeda-beda
Kesimpulan ini dapat membantu dokter dan kamu dalam membuat keputusan pengobatan di masa depan.
Cara mengatasi gejala alergi obat
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi alergi pada obat-obatan tertentu, antara lain:
- Menghindari konsumsi obat atau zat yang menyebabkan alergi.
- Mengonsumsi obat antihistamin yang berfungsi untuk menghambat produksi histamin yang keluar dari dalam tubuh dan membantu meredakan reaksi alergi.
- Mengonsumsi obat kortikosteroid yang berfungsi untuk membantu mengurangi peradangan yang menjadi penyebab reaksi gejala muncul.
- Pemberikan suntikan epinefrin jika pada kondisi yang parah dan mengancam jiwa seperti kondisi anafilaktik. Suntikan ini diberikan pada orang yang mengalami kondisi seperti napas jadi sesak, tekanan darah menurun, dan denyut nadi melemah.
Cara mencegah gejala alergi obat
Jika kamu memiliki alergi obat, pencegahan terbaik adalah menghindari obat pemicunya.
Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk mencegah gejala alergi obat datang lagi di kemudian hari:
- Jelaskan ke dokter. Pastikan alergi obat teridentifikasi dengan jelas dalam rekam medis kamu. Beri tahu petugas kesehatan lain, seperti dokter, perawat, bidan, dokter gigi atau spesialis medis apa pun.
- Kenakan gelang. Kenakan gelang peringatan medis yang mengidentifikasi alergi obat kamu. Informasi ini dapat memastikan perawatan yang tepat dalam keadaan darurat.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar info sehat lainnya? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!