Share This Article
Komite Kesehatan dan Kesejahteraan Kota Bayannur di Mongolia Dalam, pada 5 Juli 2020, mengonfirmasi satu kasus bubonic plague atau biasa dikenal dengan pes. Konfirmasi ini setelah seorang gembala didiagnosis terinfeksi bubonic plague dan saat ini telah menjalani karantina di rumah sakit.
Melansir xinhuanet.com, kasus ini pertama kali dilaporkan oleh sebuah rumah sakit yang memberi tahu pemerintah kota tentang temuan kasus tersebut.
Baca Juga: Tidak Melulu Pakai Obat, Sejumlah Makanan Ini Bisa untuk Memutihkan Gigi!
Mengeluarkan peringatan isolasi
Setelah mendapat laporan, pemerintah setempat langsung mengeluarkan peringatan level 3 untuk seluruh kota sebagai bentuk pencegahan penularan wabah.
“Saat ini, pasien telah diisolasi dan dirawat di rumah sakit setempat dengan kondisi yang stabil. Peringatan level 3 yang dikeluarkan pemerintah akan tetap diberlakukan sampai akhir tahun,” seperti dikutip dari Xinhua.
Langkah pencegahan penyebaran bubonic plague
Otoritas kesehatan Bayannur mengeluarkan aturan sebagai bentuk tindakan pencegahan ekstra untuk meminimalkan risiko penularan dari manusia ke manusia.
Selain itu, otoritas setempat juga meminta masyarakat untuk menghindari perburuan dan mengonsumsi hewan yang dapat menyebabkan infeksi seperti marmut.
“Kami meminta masyarakat untuk melaporkan jika ada dugaan kasus wabah atau demam tanpa sebab yang jelas dan melaporkan setiap kali mendapati marmut yang sakit atau mati,” ujar otoritas kesehatan mengutip dari bbc.com.
Pantauan WHO
Melansir laman bbc.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaku telah melakukan pemantauan kasus wabah pes atau bubonic plague di wilayah utara Mongolia Dalam, China ini. Menurut WHO, kasus tersebut masih aman dan tidak memiliki risiko yang tinggi.
Juru Bicara WHO, Margaret Harris mengatakan bahwa temuan kasus di Mongolia Dalam sudah bisa dikelola dengan baik. Menurutnya, kasus tersebut masih terbilang aman walaupun dahulu wabah pes dianggap penyakit yang paling ditakuti di dunia.
“Sekarang bubonic plague dapat dengan mudah diobati. Kami tidak menganggap kasus bubonic plague ini sebagai kasus yang berisiko tinggi. Tetapi kami tetap akan melakukan pemantauan,” ungkap Margaret.
Kemungkinan bubonic plague menjadi epidemi?
Seorang dokter penyakit menular di Stanford Health Care, Dr Shanti Kappagoda mengatakan bahwa kemungkinan bubonic plague atau yang dikenal sebagai wabah hitam, akan menjadi epidemi sangat kecil.
“Tidak seperti yang terjadi pada abad ke-14, kita sekarang memiliki pemahaman tentang bagaimana penyakit ini ditularkan. Jadi kami tahu bagaimana cara mencegahnya,” ujar Dr Shanti.
Baca Juga: Seringkali Diabaikan, Inilah Ciri-ciri Kurang Darah yang Wajib Kamu Ketahui
Apa itu wabah bubonic plague?
Bubonic plague adalah penyakit zoonosis yang menyerang hewan pengerat dan ditularkan oleh kutu dari hewan pengerat ke hewan lain dan ke manusia.
Wabah pes atau bubonic plague disebabkan oleh infeksi bakteri dan bertanggung jawab atas salah satu epidemi paling mematikan dalam sejarah manusia yang dikenal dengan kematian hitam atau black death.
Kasus ini menewaskan sekitar 50 juta orang di seluruh Afrika, Asia dan Eropa pada abad ke-14.
Sejak kasus di Afrika, wabah ini meluas dan menewaskan sekitar seperlima dari populasi London pada 1665, sementara lebih dari 12 juta orang tewas dalam wabah yang sama selama abad ke-19 di Cina dan India.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!