Share This Article
Terkadang kita terlalu menyepelekan jajan makanan di tempat-tempat yang kotor. Padahal jika kamu tidak berhati-hati dalam mengonsumsi jajanan tersebut, kamu bisa berisiko terkena leptospirosis.
Yuk ketahui lebih lanjut tentang penyakit ini!
Apa itu leptospirosis?
Leptospirosis adalah salah satu jenis infeksi bakteri langka yang bisa didapatkan dari hewan. Penyebaran infeksi ini biasanya terjadi melalui urine hewan, termasuk sigung, tikus, rubah, rakun, dan hewan ternak lain.
Hewan-hewan tersebut terkadang tidak memiliki gejala apapun, namun bisa menjadi pembawa bakteri.
Dalam kebanyakan kasus, leptospirosis tidak menyebabkan masalah berbahaya seperti kematian.
Beberapa spesies dari genus bakteri Leptospira menyebabkan leptospirosis dan dapat berkembang menjadi kondisi seperti meningitis yang berakibat fatal. Kondisi ini umumnya tidak akan berpindah dari satu orang ke orang lain.
Baca juga: Cukup dengan Bahan Rumahan, Ini Cara Menghilangkan Kantung Mata
Apa penyebab penyakit leptospirosis?
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri yang disebut dengan Leptospira interrogans. Organisme ini banyak ditemukan pada hewan dan hidup di dalam organ ginjal.
Bakteri akan terbawa oleh urine yang seringkali terdapat pada tanah setelah buang air kecil.
Jika kamu berada di sekitar tanah atau air tempat hewan yang terinfeksi buang air kecil, maka kuman dapat menyerang tubuh melalui celah kulit.
Beberapa celah yang bisa dimasuki bakteri atau kuman, seperti goresan, luka terbuka, atau area kering. Selain itu, bakteri juga dapat masuk melalui hidung, mulut, atau organ kelamin.
Penyakit ini sulit didapatkan dari manusia lain, namun bisa menular akibat melakukan hubungan seksual atau menyusui.
Seseorang yang sering melakukan kegiatan di luar rumah atau kerap berinteraksi dengan binatang memiliki kemungkinan untuk terinfeksi bakteri penyebab leptospirosis.
Siapa saja yang lebih berisiko terkena leptospirosis?
Pada umumnya orang-orang yang sering berkegiatan di luar lebih berisiko terkena penyakit leptospirosis. Contohnya seperti:
- Petani
- Dokter hewan
- Tukang daging
- Pekerja selokan
- Penambang
- Orang yang mandi di danau, sungai, atau kanal air tawar
Apa gejala dan ciri-ciri leptospirosis?
Tanda dan gejala penyakit leptospirosis biasanya muncul secara tiba-tiba sekitar 5 hingga 14 hari setelah terinfeksi bakteri. Namun, masa inkubasi dapat berkisar 2 hingga 30 hari.
Biasanya, penyakit ini akan diawali dengan gejala ringan yang ditandai dengan demam, kedinginan, batuk, diare, muntah, sakit kepala, mata merah, penyakit kuning dan nyeri otot.
Penyakit leptospirosis yang sudah memasuki tahap berat biasanya akan memunculkan gejala setelah gejala ringannya menghilang. Gejala biasanya tergantung pada organ vital mana yang terlibat.
Pada tahap ini, leptospirosis dapat menyebabkan gagal ginjal atau hati, gangguan pada pernapasan, meningitis, serta bisa berakibat fatal jika tak segera ditangani.
Penyakit ini bisa memunculkan gejala yang berbeda-beda tergantung pada organ mana yang terinfeksi. Beberapa gejala yang akan dirasakan, antara lain sebagai berikut:
Gejala pada jantung, hati, dan ginjal
Jika leptospirosis memengaruhi jantung, hati, dan ginjal maka orang yang terinfeksi bisa mengalami beberapa gejala.
Gejala yang akan dirasakan, seperti kelelahan, detak jantung cepat, nyeri pada otot, mual, mimisan, sakit di dada, serta nafsu makan buruk.
Selain itu, tanda lain juga akan menyertai, berupa penyakit kuning dan penurunan berat badan.
Tanpa perawatan yang tepat, penyakit ini bisa menyebabkan gagal ginjal yang mengancam jiwa. Gejala yang muncul terkadang mirip dengan penyakit lain, termasuk flu dan meningitis sehingga penting untuk melakukan pemeriksaan bersama dokter.
Gejala pada otak
Jika penyakit sudah memengaruhi otak atau sumsum tulang belakang, maka meningitis, ensefalitis, atau keduanya bisa berkembang.
Meningitis sendiri merupakan infeksi pada membran yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
Sementara itu, ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Kedua kondisi ini biasanya akan memiliki tanda dan gejala yang serupa.
Beberapa gejalanya, berupa kebingungan atau disorientasi, kantuk, kejang, demam tinggi, mual atau muntah, peka terhadap cahaya, serta perilaku agresif atau tidak biasa.
Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan pada otak yang serius. Selain itu, penderitanya juga kemungkinan akan mengalami kondisi kesehatan yang mengancam jiwa.
Gejala pada paru-paru
Bakteri penyebab penyakit yang sudah memengaruhi paru-paru bisa menyebabkan penderitanya kesulitan bernapas. Gejala yang akan dirasakan biasa akan dirasakan dengan jelas dan memerlukan penanganan medis segera.
Beberapa gejala akibat infeksi yang sudah menyebar hingga ke paru-paru adalah demam tinggi, batuk dengan darah, serta terengah-engah atau kesulitan bernapas.
Dalam kasus yang sudah parah, penderitanya mungkin akan mengeluarkan begitu banyak darah hingga menyebabkan mati lemas.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat leptospirosis?
Jika kamu telah merasakan beberapa gejala dri penyakit sebaiknya segera periksa ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Jika tidak segera diobati penyakit ini dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius pada tubuh.
Beberapa penyakit lain yang ditimbulkan yaitu gagal ginjal atau hati, meningitis, kesulitan bernapas, dan perdarahan.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati leptospirosis?
Perawatan di dokter
Untuk kasus yang ringan, dokter dapat meresepkan obat antibiotik, seperti doksisiklin atau penisilin. Sementara untuk pasien dengan leptospirosis berat biasanya perlu menghabiskan waktu di rumah sakit.
Pasien dengan kasus berat akan menerima perawatan penyakit dengan menggunakan obat antibiotik secara intravena. Pemberian bergantung pada organ mana yang memengaruhi leptospirosis.
Pasien kemungkinan memerlukan ventilator untuk membantu pernapasan ketika perawatan dilakukan.
Cairan intravena dapat memberikan hidrasi dan nutrisi penting bagi tubuh. Tidak hanya itu, jika leptospirosis memengaruhi organ ginjal, maka dialisis mungkin diperlukan.
Masa inap di rumah sakit berkisar dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Lama masa penyembuhan sebagian besar tergantung pada bagaimana pasien merespons terhadap obat antibiotik dan seberapa parah infeksi merusak organ-organ tubuh.
Dalam beberapa kasus, tes mungkin memerlukan pengulangan untuk mengonfirmasi hasil pemeriksaan. Dokter akan bertanya tentang perjalanan yang baru dilakukan oleh pasien, terutama ke daerah-daerah rawan penyebaran leptospirosis
Cara mengatasi leptospirosis secara alami di rumah
Kamu juga bisa mengatasi penyakit ini di rumah, hal yang paling utama adalah dengan memastikan air minum yang ada di rumah benar-benar bersih dan tidak terkontaminasi.
Alternatif lain kamu juga bisa memilih air minum kemasan yang masih disegel dengan baik untuk menjamin kebersihannya.
Hal tersebut perlu dilakukan karena bukan hal yang tidak mungkin minuman milikmu akan terkontaminasi oleh bakteri leptospira. Ada baiknya, rebus air terlebih dahulu dan taruhlah di teko atau wadah tertutup lainnya sebelum diminum.
Apa saja obat leptospirosis yang biasa digunakan?
Obat leptospirosis di apotik
Obat antibiotik yang umumnya digunakan untuk leptospirosis adalah penisilin dan doksisiklin. Tak hanya antibiotik, guna meredakan nyeri, pada umumnya kamu juga dianjurkan untuk mengonsumsi paracetamol untuk mengatasi gejala awal leptospirosis, seperti demam, atau nyeri otot.
Obat leptospirosis alami
Demi mengurangi gejala yang terjadi kamu juga bisa mengobatinya dengan cara alami yaitu, pastikan air minum tidak terkontaminasi, segera obati luka yang terbuka, dan pastikan kamu menggunakan alas kaki.
Apa saja makanan dan pantangan untuk penderita leptospirosis?
Bagi kamu yang menderita penyakit ini sangat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang banyak mengandung protein, lektin, saponin, kolagen, asam amino, fosfor, dan zinc.
Kemudian, untuk makanan tidak ada pantangan khusus. Hanya saja mungkin penderita leptospirosis tetap harus menjaga pola makan sehat. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan sumber penyakit seperti makanan berkolesterol jahat, makanan pedas, dan alkohol.
Bagaimana cara mencegah leptospirosis?
Sejumlah tindakan dapat membantu mengurangi risiko terkena leptospirosis, terutama bagi orang yang memiliki aktivitas bekerja di luar ruangan.
Pencegahan yang dilakukan ini tergantung pada jenis kegiatan yang dapat meningkatkan risiko penyebaran infeksi, seperti:
Olahraga air
Jika ingin melakukan olahraga air ketika liburan atau seseorang yang secara teratur berenang di air tawar perlu mengambil tindakan pencegahan. Salah satu caranya adalah dengan memastikan setiap kulit ditutupi dengan pakaian anti-air.
Hal ini bertujuan untuk melindungi terhadap berbagai infeksi, seperti hepatitis A dan giardiasis. Setelah berenang di air tawar, ada baiknya kamu segera mandi dengan benar agar bakteri atau kuman yang menempel tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Paparan di tempat kerja
Bagi orang-orang yang bekerja dengan hewan, berkaitan dengan air atau tanah biasanya berpotensi terkontaminasi bakteri penyebab penyakit. Untuk itu, para pekerja harus mengenakan pakaian pelindung dan mematuhi peraturan serta ketentuan setempat.
Beberapa perlengkapan harus digunakan untuk menghindari infeksi bakteri yang mungkin terjadi. Perlengkapan yang diperlukan, seperti sarung tangan, masker untuk wajah, sepatu bot, serta kacamata.
Perjalanan atau ke tempat wisata
Orang yang gemar bepergian ke daerah di mana bakteri penyebab leptospirosis hidup perlu melakukan beberapa tindak pencegahan awal. Pencegahan ini dimaksudkan agar tidak muncul masalah yang lebih serius.
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari bakteri tersebut adalah perbanyak minum air hangat. Selain itu, jika kulit memiliki luka maka bersihkan dan tutup area yang terluka dengan pembalut anti air.
Petugas bencana di bidang tertentu
Pekerja yang memungkinkan risiko leptospirosis tinggi adalah pekerja darurat atau personel militer di zona bencana. Biasanya, orang yang bekerja di bidang ini kerap kali terpapar bakteri tanpa disadari.
Cara lain yang bisa dilakukan untuk menghindari leptospirosis, antara lain:
- Kendalikan hama, terutama tikus
- Mencuci tangan dengan sabun dan air setelah menangani hewan
- Hindari menyentuh binatang mati dengan tangan kosong
- Segera bersihkan luka dan tutup luka dengan benar
- Kenakan pakaian pelindung ketika bekerja di tempat berisiko
- Hentikan kegiatan yang berkaitan dengan sungai, aliran air, atau danau
- Tidak mengonsumsi air minum dari sungai kecuali jika sudah direbus
Jika memiliki hewan peliharaan yang rentan menjadi pembawa bakteri, seperti anjing maka vaksinasi harus rutin dilakukan.
Orang yang berisiko terpapar bakteri penyebab penyakit dengan mudah biasanya akibat sering melakukan kontak langsung dengan darah hewan.
Bakteri juga dapat bertahan di tanah dan air selama berbulan-bulan. Karena itu, perlu tindak pencegahan yang tepat agar penyakit tidak menginfeksi tubuh. Penanganan yang segera bersama dokter ahli sangat diperlukan untuk menghindari infeksi penyakit berlanjut lebih serius.
Cara diagnosis leptospirosis
Untuk memeriksakan leptospirosis, dokter biasanya akan melakukan tes darah sederhana untuk mengetahui antibodi. Antibodi sendiri merupakan organisme yang diproduksi tubuh untuk melawan bakteri.
Jika kamu memiliki penyakit pada tubuh dan melakukan tes darah, maka kemungkinan hasilnya positif yang didapat adalah palsu atau menunjukkan antibodi dari infeksi sebelumnya.
Jadi, dokter akan melakukan tes kedua sekitar seminggu kemudian untuk memastikan hasilnya.
Diagnosis yang tepat bisa didapatkan dengan melakukan pemeriksaan lanjutan lainnya.
Salah satu pemeriksaan yang dokter lakukan adalah tes DNA. Namun, tes ini lebih mahal dan memakan waktu yang lebih banyak serta belum tersedia di beberapa daerah di dunia.
Terapi leptospirosis yang umum digunakan
Mengatasi penyakit ini bisa dilakukan dengan dua terapi yaitu:
1. Terapi non-farmakologik
Terapi ini berfokus pada pemberian cairan dan nutrisi. Biasanya ketika kamu mengalami penyakit leptospirosis nafsu makan akan menurun.
Hidrasi dengan cairan yang mengandung elektrolit sampai tercapai hidrasi yang baik, monitoring elektrolit dan produksi urin dengan balance cairan/24 jam.
2. Terapi farmakologik
Secara umum terapi farmakologik ini sama dengan penyakit sistemik akut yang lain. Rasa sakit diobati dengan analgetik, gelisah dan cemas dikendalikan dengan sedatif, demam diberikan antipiretik, jika kejang dikelola dengan antikejang.
Baca juga: Penyebab Leukimia dan Cara Pengobatannya, Yuk Cari Tahu!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!