Share This Article
Pada umumnya, penyakit fisik yang dialami seseorang disebabkan oleh infeksi atau peradangan di dalam tubuh. Tapi, tak jarang ada gejala yang muncul akibat faktor pikiran. Kondisi ini dinamakan gangguan psikosomatis.
Ya, pikiran bisa memengaruhi kondisi tubuh. Mengapa hal ini bisa terjadi dan apa faktor pemicunya? Yuk, simak ulasan tentang gangguan psikosomatis berikut ini.
Apa itu gangguan psikosomatis
Gangguan psikosomatis adalah suatu kondisi tubuh ketika mengalami gejala tertentu, diakibatkan oleh dorongan pikiran. Seringkali, gangguan ini dikait-kaitkan dengan faktor psikologis seseorang dalam menilai sesuatu.
Sejumlah pakar memasukkan kondisi ini sebagai gangguan mental, karena rasa sakit atau gejala yang timbul pada tubuh dipicu oleh dorongan emosi, bukan seperti penyakit yang disebabkan virus atau bakteri.
Psikosomatis sendiri terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu psykhe yang berarti pikiran, dan somatikos yang bermakna tubuh. Dengan kata lain, gangguan ini dipicu oleh pikiran yang berdampak pada tubuh.
Bagaimana psikosomatis bisa terjadi?
Sampai saat ini, belum jelas apa yang bisa memicu gangguan ini. Hanya saja, sejumlah penelitian meyakini bahwa faktor psikologis berperan besar dalam menciptakan kondisi ini.
Mengutip News Medical, gangguan psikosomatis bisa terjadi saat pikiran menstimulasi otak untuk membangkitkan saraf otonom. Saraf ini berfungsi untuk mengatur kinerja organ-organ internal di dalam tubuh.
Tekanan mental dan hiperaktivitas impuls saraf yang dikirim dari otak menuju bagian tubuh bisa memacu sekresi adrenalin pada darah. Sehingga, mampu memunculkan rasa cemas berlebih. Keadaan ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:
- Stres, yaitu kondisi saat seseorang mengalami tekanan mental yang diakibatkan oleh banyak hal, seperti trauma, peristiwa yang membekas, rasa tidak aman terhadap sesuatu, dan lainnya.
- Genetik, yaitu faktor dari dalam tubuh yang terbiasa menerjemahkan sesuatu secara berlebihan.
- Ketidakstabilan metabolisme, dipengaruhi oleh nutrisi yang tidak seimbang dalam tubuh, menyebabkan otak tidak bisa bekerja secara optimal.
- Pengaruh eksternal, yaitu saat seseorang mendapatkan banyak pengaruh dari luar tentang kondisi tertentu, sehingga membuat ia menempatkan diri pada situasi tersebut.
Baca juga: Skizofrenia: Penyebab, Gejala dan Cara Pencegahannya
Gejala yang muncul ketika psikosomatis
Setiap orang memiliki respons yang berbeda dalam menilai sesuatu. Tapi, pada pengidap gangguan psikosomatis, hal tersebut biasanya ditanggapi secara berlebihan. Sehingga, ia akan merasakan gejala-gejala pada tubuh sesuai dengan apa yang dipikirkan.
Pada beberapa kasus, rasa cemas dan stres berlebih bisa menyebabkan gejala seperti:
- Tubuh gemetar atau tremor
- Mual dan muntah
- Tubuh berkeringat
- Sakit kepala tanpa sebab
- Nyeri di dada
- Palpitasi jantung, yaitu detak yang semakin mengencang
- Sesak napas
- Masalah pencernaan seperti diare dan sembelit
Gejala-gejala tersebut bisa beragam, tergantung apa yang sedang memengaruhi pikiran pengidap gangguan ini. Misalnya, di tengah kabar wabah COVID-19 yang terus meluas, seseorang bisa mengalami gejala yang mirip dengan penyakit tersebut karena berpikir berlebihan.
Jenis gangguan psikosomatis
Gangguan psikosomatis dibedakan menjadi tiga jenis, berdasarkan gejala dan kondisi yang dirasakan pengidapnya, seperti:
- Tipe pertama, yaitu tahapan paling ringan berupa gejala-gejala yang muncul akibat pikiran berlebihan.
- Tipe kedua, gangguan psikologis berupa depresi yang diakibatkan oleh penyakit medis parah, seperti kanker dan perawatan yang lama.
- Tipe ketiga, juga dikenal dengan somatoform, yaitu munculnya gejala fisik yang murni disebabkan oleh faktor psikologis dan mental, bukan penyakit.
Diagnosis gangguan psikosomatis
Saat kamu pergi ke dokter dengan gejala fisik, tenaga medis hampir pasti akan mencari penyebabnya melalui pemeriksaan tubuh. Tapi pada pengidap gangguan psikosomatis, pemicu dari gejala itu akan sulit ditemukan, karena memang berasal dari pikiran dan mental.
Mengutip Verywell Mind, gejala pada fisik biasanya disebabkan oleh infeksi, peradangan, atau cedera pada tubuh. Tapi pada pengidap psikosomatis, rasa sakit yang muncul dipengaruhi oleh faktor emosi.
Hal tersebut akan menyulitkan dokter untuk membuat diagnosis. Dokter akan lebih intens menanyakan gejala yang dirasakan. Dari sini, dokter akan mengetahui bahwa pemicunya adalah stres dan emosi. Pengobatannya sendiri juga menitikberatkan pada suasana hati penderita.
Cara pengobatan gangguan psikosomatis
Pengobatan gangguan psikosomatis berbeda dengan penyakit fisik. Dokter mungkin akan memberimu obat penenang yang bisa meredakan stres dan rasa cemas, sehingga saraf otonom pada otak tidak terpacu untuk memunculkan gejala-gejala layaknya penyakit fisik.
Stres dan rasa cemas perlu untuk diredam, karena kedua hal itu bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon di dalam tubuh. Saat hormon tak stabil, tubuh akan rentan terhadap berbagai masalah.
Mengobati gejala fisik yang muncul mungkin bisa dilakukan, tapi ini tidak cukup efektif. Sebab, gejala fisik bisa muncul berkali-kali. Oleh karena itu, dokter akan mengobati pemicunya, yaitu kondisi mental dan pikirannya.
Baca juga: Mengenal Obat Dumolid, Tablet Penenang yang Kerap Disalahgunakan
Terapi untuk gangguan psikosomatis
Selain obat-obatan, pengidap gangguan ini disarankan untuk menjalankan beberapa terapi guna mengendalikan pikiran dan emosinya, di antaranya adalah:
- Psikoterapi, yaitu konsultasi yang bersifat interaktif antara pasien dan dokter. Biasanya, konsultasi ini membicarakan tentang apa saja pikiran pasien yang memicu stres dan depresi.
- Terapi perilaku kognitif, berfokus pada pola pikir dan perilaku pengidap gangguan psikosomatis. Perubahan perasaan dan perilaku pasien akan dianalisis untuk mendapatkan metode terapi lanjutan yang sesuai.
Nah, itulah ulasan tentang gangguan psikosomatis yang perlu kamu tahu. Yuk, tetap jaga pikiran dan kesehatan mental untuk meminimalkan terjadinya kondisi tersebut!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!