Share This Article
Apa yang pertama kali melintas di pikiran kamu saat mendengar kata penyakit autoimun? Mungkin kamu teringat kasus kesehatan yang dialami beberapa selebriti seperti Ashanty atau Andrea Dian.
Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini belakangan memang cukup sering muncul di pemberitaan. Tapi di luar apa yang kamu baca, apa kamu sudah benar-benar mengenal apa penyakit autoimun itu sendiri?
Tidak hanya terdiri dari satu jenis, ternyata autoimun itu ada banyak sekali, lho. Nah agar tidak salah dalam mengenali gejalanya, kamu bisa membaca ulasan di bawah ini:
Apa itu autoimun?
Penyakit autoimun adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh kamu sendiri.
Pada situasi normal daya tahan tubuh yang kita punya berperan membunuh sel-sel asing dari luar seperti virus dan bakteri. Namun pada penderita autoimun, sayangnya hal yang terjadi tidak demikian.
Tidak hanya mematikan virus dan bakteri, sistem kekebalan tubuh yang ada justru juga melihat sel-sel baik sebagai benda asing yang harus dimatikan.
Ini terjadi karena sistem daya tahan tubuh tidak mampu membedakan sel-sel asing dengan sel yang berasal dari dalam tubuh kita sendiri. Sehingga setiap sel yang ia lihat akan dianggap sebagai musuh yang harus diserang.
Beberapa jenis autoimun hanya menyerang satu organ tubuh tertentu. Namun ada pula penyakit autoimun seperti lupus yang melemahkan seluruh organ di dalam tubuh.
Baca Juga : Kenali Jenis-jenis Penyakit Autoimun Umum dan Gejala Khasnya
Apa penyebab penyakit autoimun?
Sejauh ini belum ada penelitian yang dapat memastikan apa penyebab dari autoimun.
Namun beberapa teori mengarah pada kinerja sistem kekebalan tubuh yang terlampau aktif sehingga menyerang sel-sel tubuh dan menyebabkan infeksi sebagai penyebab utamanya.
Faktor risiko penyakit autoimun
Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terjangkit autoimun adalah sebagai berikut:
1. Keturunan
Beberapa jenis autoimun seperti lupus dan multiple sclerosis (MS) diketahui cenderung muncul dalam satu keluarga yang sama.
Meski demikian, memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit ini tidak serta merta membuat kamu akan terjangkit penyakit yang sama.
2. Berat badan
Para ahli sepakat bahwa memiliki berat badan di atas normal memperbesar risiko seseorang mengalami autoimun seperti rheumatoid arthritis dan psoriatic arthritis.
Ini karena kelebihan berat badan membuat tekanan pada persendian menjadi semakin besar. Selain itu lapisan lemak yang menumpuk juga akan mendorong terjadinya peradangan dalam tubuh.
3. Kebiasaan merokok
Merokok memang dikenal sebagai aktivitas yang memiliki banyak dampak buruk bagi kesehatan, termasuk menyebabkan autoimun.
Dilansir Healthline, ada penelitan yang membuktikan bahwa kebiasaan merokok sangat berkaitan dengan munculnya beberapa jenis penyakit autoimun seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan hypertiroid.
Baca Juga : Penderita Autoimun Terkena COVID-19: Seberapa Bahaya & Cara Mengatasinya
Siapa saja yang rentan terserang penyakit autoimun?
Beberapa orang juga punya risiko yang lebih tinggi terserang penyakit auto imun. Di antaranya:
1. Jenis kelamin wanita
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Scott M. Hayter dan Matthew C. Cook pada tahun 2014, perbandingan wanita yang terkena penyakit autoimun terhadap pria adalah 2:1.
Seringkali penyakit ini menyerang pada saat wanita memasuki masa reproduksi aktif yakni pada umur 15 sampai 44 tahun.
2. Kelompok etnis tertentu
Beberapa jenis autoimun juga umum dijumpai pada golongan etnis tertentu. Sebagai contoh, kasus penyakit lupus lebih banyak ditemukan pada orang dengan ras Afrika-Amerika dan Amerika Latin daripada Kaukasoid seperti Eropa.
3. Pekerja di lingkungan khusus
Tak hanya itu, penyakit autoimun juga kerap ditemukan pada orang-orang yang bekerja di lingkungan tertentu. Misalnya tempat kerja yang terpapar bahan-bahan kimiawi, laboratorium kesehatan penelitian virus, dan sejenisnya.
Tanda dan gejala penyakit autoimun
Gejala autoimun yang umum terjadi di antaranya sebagai berikut:
1. Mudah merasa lelah
2. Nyeri otot
3. Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
4. Demam ringan
5. Penurunan daya konsentrasi
6. Mati rasa dan kesemutan pada tangan serta kaki
7. Rambut rontok
8. Ruam kulit
Meski begitu ada beberapa jenis penyakit autoimun yang menunjukkan ciri-ciri khusus pada penderitanya. Misalnya penyakit diabetes tipe 1 sering menimbulkan rasa haus yang ekstrim, dan lonjakan penurunan berat badan.
Ada pula penyakit autoimun yang gejalanya timbul dan hilang seperti psoriasis. Periode saat gejala tersebut muncul disebut flare-up, sedangkan saat mereda disebut remission.
Baca Juga : Serba-serbi Penyakit Hashimoto: Penyakit Autoimun yang Menyerang Kelenjar Tiroid
Bagaimana cara mengetahui apakah kamu terkena penyakit autoimun?
Sampai saat ini tidak ada satu tes yang dapat mendiagnosis penyakit imun secara tunggal.
Jadi jika kamu ingin memeriksakan diri, dokter akan melakukan kombinasi dari beberapa tes untuk meninjau gejala-gejala yang muncul, lalu melengkapinya dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
Namun sebagai langkah awal kamu dapat melakukan beberapa persiapan di bawah ini:
1. Sampaikan riwayat kesehatan keluarga
Tuliskan secara lengkap riwayat kesehatan keluarga termasuk kerabat jauh yang sekiranya bisa memperkuat diagnosis dokter.
2. Catat keluhan yang kamu alami selama ini
Dokumentasikan setiap gejala yang kamu rasakan meski terasa tidak ada hubungannya dengan penyakit autoimun yang kamu curigai. Mulai dari waktu terjadi, frekuensi, dan sejenisnya.
3. Datang ke dokter spesialis terkait penyakit autoimun
Datang untuk berkonsultasi pada dokter spesialis yang memiliki pengalaman menangani sebagian besar gejala yang kamu alami.
Misalnya, jika tubuh kamu sering merasakan radang di saluran pencernaan, ada baiknya kamu datang ke dokter spesialis penyakit dalam.
Jika kamu bingung menentukan dokter mana yang harus kamu datangi, jangan ragu meminta saran pada dokter umum terdekat terlebih dahulu.
4. Cari opini medis lebih dari satu
Tak apa-apa jika kamu ingin mencari opini medis kedua, ketiga, atau bahkan keempat jika memang diperlukan. Ini akan membuat kamu semakin yakin dengan diagnosa penyakit autoimun yang kamu terima.
Baca Juga : Benarkah Diet Garam Bisa Jaga Imunitas di Tengah Pandemi?
Tes penyakit autoimun
Tes antinuclear antibody adalah salah satu alat deteksi pertama untuk memeriksa gejala penyakit autoimun.
Apabila hasilnya positif, maka diartikan kamu menderita salah satu penyakit autoimun. Sayangnya tes ini tidak dapat memberikan hasil spesifik mengenai jenis penyakit autoimun mana yang kamu idap.
Dokter juga mungkin melakukan tes non-spesifik jika dirasa diperlukan. Caranya adalah dengan melihat organ tubuh yang mengalami peradangan oleh penyakit ini.
Dokter untuk memeriksa penyakit autoimun
Jika kamu merasakan beberapa gejala penyakit autoimun, ada baiknya untuk segera berkonsultasi pada dokter spesialis.
Adapun dokter yang harus kamu temui tergantung pada jenis keluhan yang ingin kamu konsultasikan. Sebagai panduan, kamu bisa melihat penjelasan di bawah ini:
1. Rhematologist
Jika kamu merasakan gangguan kesehatan pada persendian. Di sini kamu akan diperiksa terkait kemungkinan penyakit autoimun seperti rheumatoid arthritis atau Sjögren’s syndrome.
2. Gastroenterologists
Apabila kamu ingin memeriksakan diri untuk penyakit autoimun dengan gejala sindrom Crhon.
3. Endocrinologists
Adalah dokter yang harus kamu temui untuk berkonsultasi seputar sindrom Hashimoto, Addison, dan sejenisnya.
4. Dermatologists
Untuk berkonsultasi seputar penyakit autoimun yang menyerang kulit seperti psoriasis.
5. Nephrologist
Adalah dokter yang khusus menangani penyakit seputar ginjal. Seperti batu ginjal, atau peradangan ginjal yang disebabkan penyakit lupus.
6. Neurologist
Merupakan dokter yang harus kamu tuju untuk memastikan apakah gangguan saraf yang kamu alami selama ini merupakan gejala dari penyakit autoimun atau bukan.
7. Hematologist
Jika kamu ingin memeriksakan gejala-gejala penyakit autoimun yang berhubungan dengan sistem peredaran darah.
Metode pengobatan penyakit autoimun
Ada beberapa jenis pengobatan yang bisa dilakukan untuk menangani penyakit autoimun. Semua itu tentu bergantung pada gejala-gejala yang timbul, dan pertimbangan medis lainnya.
Adapun beberapa di antaranya adalah:
Untuk meringankan gejala penyakit autoimun
Beberapa penderita autoimun dapat menggunakan obat penghilang rasa nyeri yang dijual bebas di apotek agar rasa sakit yang menyerang menjadi berkurang.
Obat-obatan seperti aspirin, dan ibuprofen cukup efektif meredakan rasa pusing yang ringan.
Namun untuk gejala yang lebih berat seperti pembengkakkan, depresi, gangguan kecemasan, rasa lelah yang berlebihan, ruam, atau kesulitan tidur, kamu disarankan untuk meminta resep obat secara khusus pada dokter.
Untuk mengganti fungsi vital organ yang tidak lagi bekerja
Sebagian jenis autoimun seperti gangguan kelenjar tiroid atau diabetes dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memproduksi zat-zat tertentu.
Diabetes misalnya, menyuntikkan insulin dalam periode tertentu diperlukan agar gula darah di dalam tubuh tetap berada di batas ambang normal. Terapi hormon juga dibutuhkan untuk mengganti hormon tiroid yang hilang akibat kelenjar tiroid yang gagal berfungsi.
Untuk menurunkan daya kekebalan tubuh
Beberapa jenis obat tertentu dapat membuat fungsi daya tahan tubuh menurun. Obat-obatan jenis ini biasanya memiliki fungsi kontrol untuk menjaga fungsi organ.
Sebagai contoh, obat yang dipakai dokter untuk meredakan peradangan ginjal pada penderita lupus berfungsi agar ginjal dapat terus aktif bekerja.
Sementara obat-obatan yang dipakai untuk menekan peradangan melalui kemoterapi umumnya diberikan dalam dosis yang lebih rendah daripada pasien pengobatan kanker atau transplantasi organ.
Gaya hidup sehat untuk menunjang pengobatan penyakit autoimun
Selain melakukan pengobatan secara medis, penderita autoimun juga harus memperbaiki gaya hidupnya agar lebih sehat.
Makan menu masakan yang bergizi dan berolahraga secara rutin sangat mungkin membuat tubuh terasa lebih baik. Beberapa jenis makanan yang baik dikonsumsi oleh penderita penyakit autoimun di antaranya adalah:
Ikan halibut
Mengonsumsi ikan halibut akan membuat tubuh mendapat asupan vitamin D yang berkualitas. Ini akan mengurangi gejala gangguan persendian yang umumnya dirasakan oleh penderita rheumatoid arthritis, multiple sclerosis, lupus, dan sejenisnya.
Sumber vitamin D lain yang direkomendasikan adalah ikan sarden, dan tuna. Jika kamu adalah seorang vegetarian, kuning telur atau jamur yang tumbuh di bawah sinar matahari bisa menjadi sumber vitamin D yang baik untuk tubuh kamu.
Kunyit
Rempah khas Indonesia yang berwarna kuning cerah ini memang dikenal memiliki banyak khasiat untuk tubuh.
Mengonsumsi kunyit dapat membantu mengurangi gejala radang yang dialami penderita autoimun seperti rheumatoid arthritis, atau psoriasis. Kamu bisa menyeduhnya dengan air hangat untuk diminum secara rutin.
Salmon
Kaya akan asam omega 3 yang mampu mengurangi peradangan, salmon adalah pilihan tepat untuk dikonsumsi penderita autoimun seperti rheumatoid arthritis, sindrom crohn, psoriasis dan multiple sclerosis.
Brokoli
Seperti sumber makanan yang kaya akan sulfur lainnya, brokoli, kembang kol, timun, kale, dan bawang bombay mengandung antioksidan yang disebut glutathione.
Glutathione terbukti secara ilmiah dapat membantu mengurangi radang kronis dan melindungi kita dari rasa nyeri pada tubuh sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita autoimun.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!