Share This Article
Cacar merupakan penyakit kulit yang sering diderita oleh manusia. Jenis cacar yang paling terkenal adalah cacar air dan cacar api. Lalu bagaimana dengan cacar monyet? Apakah kamu pernah mendengarnya?
Kebanyakan orang pasti asing dengan istilah cacar monyet. Hal ini sangat wajar, karena di Indonesia sendiri belum pernah ditemui kasus cacar monyet.
Monkeypox atau yang lebih dikenal dengan penyakit cacar monyet merupakan penyakit langka yang penyebaran utamanya berasal dari hewan seperti tikus, monyet, dan tupai yang terinfeksi virus monkeypox.
Penyakit ini juga dapat menular dari manusia ke manusia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyakit ini, kamu dapat menyimak ulasan berikut.
Baca Juga: Harapan Sehat Penderita Diabetes, Terapkan Kardio dan Diet Rendah Kalori
Apa itu penyakit cacar monyet (monkeypox)?
Monkeypox atau yang lebih dikenal dengan istilah cacar monyet adalah penyakit yang pertama kali terdeteksi pada monyet tahun 1958.
Penyakit ini tercatat pertama kali menyerang manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo selama periode intensif untuk menghilangkan cacar. Sejak saat itu cacar monyet dilaporkan telah menyebar ke negara-negara Afrika barat dan tengah.
Penyakit ini merupakan penyakit yang sangat jarang terjadi dan disebabkan oleh virus monkeypox yang merupakan golongan dari orthopoxvirus. Virus monkeypox merupakan endemik pada populasi hewan pengerat di Afrika.
Infeksi monkeypox yang terjadi pada manusia di luar wilayah Afrika sendiri hanya ditemukan sebanyak tiga kali.
Negara yang tercatat pernah mengalami infeksi virus ini adalah Amerika Serikat tahun 2003 dengan 47 kasus. Pada 2018, Inggris tercatat memiliki 3 kasus, dan Israel yang hanya memilki 1 kasus.
Sejak 2017, Nigeria memiliki 89 orang dilaporkan telah terinfeksi virus ini dimana kasus kematian terjadi pada 6 pasien.
Kasus ini juga pernah terjadi di Singapura. Pemerintah Singapura mengonfirmasi kasus pertama monkeypox di negaranya pada 2019.
Pemerintah setempat memastikan bahwa penyakit ini dibawa oleh seorang warga Nigeria berusia 38 tahun yang sebelumnya menghadiri pernikahan di Nigeria dan kemungkinan mengonsumsi daging hewan liar yang terinfeksi oleh virus monkeypox.
Baca juga: Mengenal Penyakit Kusta, Antara Mitos & Fakta
Apa penyebab cacar monyet?
Seperti yang sudah diketahui sebelumnya bahwa, cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox. Monkeypox adalah virus yang menghasilkan lesi mirip dengan cacar di kulit. Monkeypox atau cacar monyet sendiri adalah penyakit zoonis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Kasus ini sering ditemukan di hutan hujan tropis dimana terdapat hewan yang membawa virus ini. Kebanyakan kasus pada manusia penyebarannya disebabkan langsung oleh hewan yang terinfeksi.
Penyakit cacar monyet (monkeypox) tentu saja berbeda dengan penyakit cacar air. Penyakit cacar monyet dapat ditularkan dari hewan yang terinfeksi orthophoxvirus, sedangkan untuk cacar air (chickenpox) sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus varicella zoozter.
Siapa saja yang lebih berisiko terkena virus cacar monyet?
Dilansir dari WHO, terdapat beberapa kategori orang yang rentan terserang virus cacar monyet. Beberapa di antaranya adalah sebegai berikut:
- Orang yang mengalami kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit atau mukosa hewan yang terinfeksi
- Orang yang mengonsumsi daging hewan terinfeksi dengan tingkat kematangan tidak sempurna
- Petugas kesehatan atau anggota keluarga yang menjalin kontak dekat dengan droplet pernapasan, lesi kulit orang yang terinfeksi, atau benda yang baru terkontaminasi.
- Orang yang tinggal di dalam atau dekat kawasan hutan yang secara tidak langsung berinteraksi dengan hewan yang terinfeksi, kemungkinan memiliki risiko rendah dan mengarah ke infeksi tanpa gejala.
Apa gejala dan ciri-ciri penyakit cacar monyet?
Gejala awal terinfeksi penyakit ini tidak terlalu spesifik, tetapi biasanya penderita mengalami beberapa gejala seperti:
- Panas
- Berkeringat
- Malaise (kondisi tubuh yang mengalami sejumlah gejala seperti lemas, pegal-pegal, dan pusing)
- Sakit kepala
- Panas dingin
- Menggigil
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Tak hanya itu, beberapa pasien juga mengalami:
- Batuk
- Mual
- Nafas pendek
Gejala monkeypox harus diperhatikan, sangat penting untuk membedakan monkeypox dari penyakit lainnya seperti cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi yang disebabkan oleh obat.
Pada penderita, tahap demam biasanya berlangsung sekitar 1-3 hari dengan gejala demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati), sakit punggung, nyeri otot (myalgia) dan kekurangan energi.
Pada 2 hingga 4 hari setelah demam biasanya muncul ruam dengan papula dan pustula yang bentuknya mirip dengan cacar air, yaitu berwarna kemerahan, lenting berisi nanah, lenting berisi cairan bening, bintil, dan juga diikuti dengan munclnya kerak.
Ruam tersebut biasanya sering muncul pada wajah dan dada, akan tetapi area tubuh yang lain juga dapat terinfeksi, termasuk selaput lendir di dalam mulut dan hidung. Selain itu, pada periode 2 hingga 4 hari ini juga selalu diikuti dengan pembengkakan kelenjar getah bening.
Cacar pada kulit ini dapat menyebabkan borok di permukaan kulit yang dapat mengeras dan kemudian akan sembuh dalam kurun waktu sekitar 2 sampai 4 minggu.
Pada penyakit ini juga terjadi masa inkubasi, yakni waktu dari paparan gejala pertama. Masa inkubasi berlangsung sekitar 7 hingga 14 hari.
Gejala awal termasuk, demam, sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan merasa lelah. Pembengkakan kelenjar getah bening ini membantu membedakan gejala monkeypox dengan cacar biasa.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi akibat virus ini?
Apabila tidak ditangani dengan segera, monkeypox virus bisa berkembang menjadi gangguan kesehatan lainnya. Mulai dari infeksi tahap kedua seperti bronchopneumonia, sepsis, encephalitis, sampai infeksi pada kornea mata yang dapat menurunkan fungsi penglihatan.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati virus cacar monyet?
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini tergantung dari gejala yang diderita pasien. Beberapa senyawa yang mungkin efektif untuk melawan infeksi virus monkeypox sedang dikembangkan dan diuji.
Pencegahan dan pengendalian monkeypox pada manusia bergantung pada kesadaran di masyarakat dan pemberian edukasi yang memadai untuk petugas kesehatan untuk mencegah infeksi serta menghentikan penularan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memberikan beberapa anjuran untuk mengobati penyakit ini, diantaranya adalah:
- Vaksinisasi cacar harus diberikan dalam waktu 2 minggu setelah terpapar monkeypox
- Cidofovir, yang merupakan obat antivirus disarankan untuk diberikan pada pasien yang memiliki gejala berat dan dapat mengancam jiwa
- Vaksin imun globulin mungkin saja dapat digunakan, tetapi belum ada dokumentasi mengenai kemanjuran obat ini
Yang terpenting adalah untuk mengobati penyakit ini dianjurkan untuk segera menghubungi dan berkonsultasi dengan dokter ahli jika mengalami gejala monkeypox.
Bagaimana cara mencegah penyakit cacar monyet?
Meskipun penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ataupun dari manusia sendiri, akan tetapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan penyakit ini, diantaranya adalah:
- Hindari kontak dengan hewan yang terjangkit virus ini, termasuk hewan yang sakit atau hewan yang ditemukan mati di daerah mana penyakit ini terjadi.
- Hindari kontak dengan barang-barang seperti tempat tidur yang telah digunakan oleh hewan yang sakit
- Pisahkan pasien yang terinfeksi dari orang lain yang beresiko untuk tertular penyakit ini. Seseorang yang terkena monkeypox disarankan untuk mengisolasi diri sendiri hingga semua lesi cacar sembuh (keraknya hilang)
- Langsung bersihkan tangan setelah melakukan kontak dengan hewan dan manusia yang terinfeksi. Tangan dapat dibersihkan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan berbahan dasar alkohol (hand sanitizer)
- Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat merawat pasien yang terinfeksi
- Hindari mengkonsumsi daging hewan yang terinfeksi monkeypox
Tak hanya itu saja, pencegahan juga dapat dilakukan dengan memberikan vaksin. Hal ini dikarenakan cacar dan monkeypox memiliki hubungan yang erat. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang diberikan vaksin cacar memiliki peluang 85% terlindung dari penyakit ini.
Oleh karena itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan hal berikut:
- Pasien dengan kekebalan tubuh yang rendah serta mereka yang alergi terhadap lateks ataupun vaksin cacar, tidak boleh diberikan vaksin cacar
- Siapapun yang pernah terpapar monkeypox dalam 14 hari harus mendapatkan vaksin cacar, termasuk anak-anak yang berumur di bawah 1 tahun, ibu hamil, dan orang yang memiliki kondisi kulit yang sedang tidak baik.
Meskipun demikian, tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial yang dikhususkan untuk monkeypox.
Penyebaran virus cacar monyet
Monkeypox merupakan penyakit yang menular akan tetapi penyebarannya tidak mudah. Penyebarannya dari manusia ke manusia dapat terjadi karena beberapa hal, seperti:
- Menyentuh barang-barang yang telah digunakan oleh orang yang terinfeksi virus ini seperti pakaian, tempat tidur, atau handuk
- Menyentuh bintik-bintik orang yang terinfeksi monkeypox
- Monkeypox juga dapat ditularkan melalui batuk dan bersin
- Pada kasus yang jarang terjadi, monkeypox juga dapat ditularkan melalui percikan liur penderita yang dapat masuk ke dalam mata, hidung, mulut, ataupun luka pada kulit
Meskipun demikian, sejarah mencatat bahwa penularan virus ini dari manusia ke manusia jarang terjadi. Hal ini didukung oleh studi awal epidemiologi.
Sebagai contoh, pada tahun 1981-1986 di Republik Demokratik Kongo, ada 338 kasus yang teridentifikasi merupakan kasus monkeypox.
Dari 338 kasus, 67% diantaranya terkonfirmasi berasal dari kultur virus itu sendiri, sekitar 10% ditularkan dari tingkat penularan sekunder rumah tangga yang memiliki anggota yang tidak divaksinasi, dan 38% dilaporkan tertular melalui kontak langsung dengan penderita pada saat masa inkubasi.
Satu studi menyebutkan bahwa hanya sekitar 8%-15% infeksi yang terjadi melalui penularan manusia ke manusia ditularkan di antara anggota keluarga dekat.
Sedangkan pada kasus penularan dari hewan ke manusia dapat melalui cakaran atau gigitan hewan yang terinfeksi monkeypox, seperti tupai ataupun monyet.
Tak hanya melalui cakaran atau gigitan saja, penularannya dari hewan ke manusia juga dapat disebabkan oleh terpapar langsung cairan tubuh hewan tersebut atau melalui benda yang terkontaminasi virus ini.
Orang-orang sangat diharuskan menghindari mengkonsumsi daging dari hewan yang terinfeksi. Studi terbaru menunjukkan bahwa monkeypox dapat menginfeksi beberapa jenis spesies mamalia.
Apakah penyakit ini berbahaya?
Melansir dari laman detik.com, Dr. Kardiana Purnama Dewi, SpKK yang merupakan dokter kulit dari RS Pondok Indah mengatakan bahwa cacar monyet atau monkeypox merupakan virus yang sebenarnya sudah dianggap tidak ada. Ia juga mengatakan bahwa penyakit ini tidak berbahaya.
“Dikatakan berbahaya sih tidak, tapi tergantung lagi sama daya tahan tubuh penderitanya, jadi agar tidak tertular selalu menjaga daya tahan tubuh dan usahakan hindari kontak langsung dengan penderita,” katanya.
Secara umum, banyak pasien yang pulih dari penyakit ini. Namun, bagi pasien yang memiliki gangguan sistem kekebalan, pasien yang memiliki masalah kesehatan lain seperti kurang gizi, ataupun memiliki penyakit paru-paru harus sangat berhati-hati dengan penyakit ini.
Monkeypox memiliki angka kematian yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan cacar (smallpox). Meskipun demikian, angka kematian pada kasus ini pernah tercatat terutama di kalangan anak muda. Angka kematian dalam kasus infeksi virus ini pun bervariasi.
Dilansir dari Independent News, pada 2017 di Nigeria terdapat 172 kasus yang diidentifikasi sebagai dugaan monkeypox, 61 kasus terkonfirmasi dilaporkan seluruh negeri. 75% penderitanya laki-laki berusia 21-40 tahun.
Di Afrika sendiri terdapat sekitar 1%-15% dan sekitar 15%-20% kasus kematian pada anak-anak. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa tingkat kematian dari infeksi virus ini kurang dari 10%.
Dalam 10-15 tahun terakhir, angka kematian yang disebabkan oleh penyakit ini direvisi menjadi kurang dari 2% dengan kasus terburuk penyebarannya berasal dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia.
Meskipun demikian, sebaiknya kamu harus tetap berhati-hati terhadap penyakit ini.
Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!