Share This Article
Penyakit rabies merupakan virus yang biasanya disebarkan melalui gigitan atau cakaran hewan. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat menyebabkan kematian. Yuk, simak penjelasan berikut ini!
Apa itu penyakit rabies?
Penyakit rabies sering disebut dengan anjing gila yang menular ke manusia melalui air liur hewan yang terinfeksi virus rabies. Pada umumnya penyebaran terjadi melalui gigitan dan hewan yang terinfeksi.
Penyakit ini tersebar hampir di seluruh benua, kecuali Antartika, dan endemik dalam beberapa negara Afrika dan Asia. Di Indonesia, penyakit rabies merupakan penyakit hewan yang mematikan dan bisa berakibat fatal.
Menurut data dari WHO, anjing domestik merupakan pembawa paling umum dari virus rabies, dengan lebih dari 95% kematian manusia disebabkan oleh anjing domestik yang memiliki virus rabies.
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan pada manusia tidak langsung muncul setelah terkena gigitan atau cakaran. Gejala rabies pada manusia secara jelas akan muncul setelah virus melewati sistem saraf pusat dan mengenai otak.
Risiko penyakit rabies
Kondisi seperti ini sama sekali tidak boleh dianggap sepele dan harus segera mendapat penanganan medis saat gejala mulai muncul atau terasa. Jika penyakit ini tidak ditangani serius dan sesegera mungkin, bisa menyebabkan kematian.
Di samping itu, yang termasuk dalam kelompok dengan risiko tinggi yaitu anak-anak yang tinggal di daerah yang rawan terhadap infeksi gigitan binatang, dan orang yang bepergian ke daerah-daerah terpencil di mana kondisi kesehatan masih belum berkembang.
Penyakit ini dapat dicegah dengan cara mengenali faktor-faktor risiko yang dapat dihindari. Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penyakit ini.
Penyebab penyakit rabies
Pada umumnya penyakit ini disebabkan oleh virus rabies. Virus ini dapat menular melalui saliva atau air liur dari hewan atau manusia yang menderita rabies.
Selain itu penyakit ini dapat pula menular ketika air liur yang terinfeksi masuk ke luka terbuka atau selaput lendir, seperti mulut atau mata. Hal ini dapat terjadi ketika hewan yang terinfeksi menjilat luka yang terbuka.
Selain anjing, hewan lain yang dapat menyebarkan virus ini adalah hewan mamalia, seperti kucing, anjing, sapi, kambing, musang, kelelawar, rakun, serigala, monyet dan lain-lain. Meskipun demikian, kebanyakan kasus rabies sebagian besar ditularkan melalui gigitan anjing.
Gejala rabies
Gejala rabies biasanya muncul setelah 3-12 minggu setelah tergigit hewan yang terinfeksi. Gejala awal yang dialami mirip dengan flu, dan dapat berlangsung selama beberapa hari.
Berikut beberapa gejala rabies yang dapat muncul, antara lain:
Flu
Biasanya orang yang terkena rabies keliru dengan gejala yang satu ini. Gejala seperti penyakit flu merupakan tanda awal kamu terkena penyakit yang satu ini.
Kamu juga akan merasakan sensasi linu pada bagian yang digigit, masa-masa awal infeksi rabies pada manusia juga memunculkan gejala, seperti demam tinggi, menggigil, mudah merasa lelah, nyeri otot, kesulitan menelan, hingga kesulitan tidur di malam hari.
Linu dan kesemutan
Rasa linu dan kesemutan merupakan salah satu gejala yang pertama muncul setelah gigitan hewan pembawa rabies. Namun, biasanya gejala ini tidak akan langsung terasa.
Kamu akan merasakan hal ini setelah beberapa hari terkena gigitan. Biasanya akan mulai muncul dan diawali dengan rasa linu atau kesemutan di tempat yang digigit. Bekas gigitan hewan pembawa rabies juga akan menyebabkan rasa gatal, bahkan perih.
Gelisah dan linglung
Jika terkena virus ini dapat menyebabkan penderitanya gelisah dan linglung. Penyakit ini juga memicu gejala berupa halusinasi dan gangguan kecemasan tertentu.
Kelumpuhan
Bahkan yang lebih berbahayanya lagi, penyakit ini dapat mengakibatkan kelumpuhan yang serius pada anggota tubuh jika tidak segera ditanganani lebih lanjut.
Koma dan kematian
Jika penyakit ini tidak ditangani dengan serius, penderitanya hampir selalu akan memasuki fase koma.
Lebih menyeramkannya lagi koma akibat rabies seringkali berujung pada kematian hanya dalam hitungan jam, kecuali penderitanya terhubung dengan alat bantu pernapasan (ventilator).
Kematian biasanya terjadi dari hari ke-4 hingga hari ke-7 setelah pertama kali muncul gejala awal.
Faktor risiko penularan rabies
Rabies merupakan penyakit yang dapat menyerang semua orang dari berbagai kelompok usia dan ras. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit ini.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu munculnya penyakit ini, antara lain:
Tinggal di negara berkembang
Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah negara berkembang seperti Afrika dan Asia Tenggara saat virus rabies ini masih umum ditemukan pada binatang.
Melakukan kegiatan outdoor
Melakukan kegiatan yang memungkinkan kamu berhubungan langsung dengan hewan liar, seperti menjelajah gua yang terdapat banyak kelelawar, atau berkemah tanpa melakukan pencegahan masuknya hewan liar, dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini.
Kontak langsung dengan hewan
Orang yang sering melakukan kontak langsung dengan hewan yang menjadi penyebab utama terkena infeksi ini. Hal ini sangat rentan terkena virus yang mematikan ini.
Bekerja atau meneliti virus rabies di laboratorium
Apabila kamu bekerja di laboratorium dan sedang melakukan penelitian pada rhadovirus, risiko kamu untuk terinfeksi akan lebih tinggi.
Memiliki luka terbuka pada daerah kepala atau leher
Jika kamu memiliki luka terbuka di bagian leher atau kepala dapat mempermudah penyebaran virus ke otak secara lebih cepat.
Memiliki hewan peliharaan yang belum divaksin
Apabila kamu memiliki hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, atau hewan ternak seperti sapi dan kambing, pastikan kamu sudah memberikan vaksin pada hewan-hewan tersebut.
Cara penularan rabies
Ternyata tidak hanya melalui gigitan atau cakaran hewan saja, setiap kontak virus dengan selaput lendir seperti mata atau mulut dan luka terbuka juga dapat menyebarkan virus rabies ini semakin menyebar.
Setelah seseorang digigit oleh hewan yang terinfeksi rabies, virus menyebar melalui saraf ke otak.
Penting untuk dicatat bahwa gigitan atau goresan pada kepala dan leher dianggap mempercepat keterlibatan otak dan sumsum tulang belakang karena lokasi trauma diawal.
Di otak, virus berkembang biak dengan cepat. Aktivitas ini menyebabkan peradangan otak dan sumsum tulang belakang yang parah. Infeksi akan memburuk dengan cepat dan menyebabkan kematian.
Diagnosis rabies
Diagonsis biasanya dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ketika seseorang baru digigit oleh hewan, sulit untuk diketahui apabila hewan tersebut menularkan virus rabies atau tidak.
Hal yang dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan terjadinya infeksi sebelum tanda dan gejala muncul. Kamu harus segera memeriksakan ke dokter apabila mengalami gejala-gejala seperti yang telah dijelaskan di atas.
Pengobatan untuk mencegah infeksi virus akan dilakukan apabila dokter berpikir bahwa ada kemungkinan kamu telah terpapar oleh virus.
Pengobatan rabies
Pada umumnya jika orang yang sudah terinfeksi rabies tidak ada pengobatan efektif yang diberikan pada tahap ini. Tetapi ada beberapa penanganan yang dapat diberikan antara lain:
Penanganan awal
Pencucian luka
Penanganan awal yang dapat kamu lakukan dengan mencuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun kurang lebih selama 10-15 menit.
Pemberian antiseptik
Kamu bisa memberikan antiseptik seperti alkohol sebesar 70%, obat merah, betadine, dan sebagainya. Kamu bisa mengoleskan ke bagian luka setelah dicuci dengan air bersih.
Penanganan lanjutan
Pemberian immunoglobulin rabies (rabies immune globulin)
Ini merupkan Serum Anti Rabies (SAR) segera setelah terpapar virus rabies. SAR berperan sebagai imunisasi pasif yang bertujuan memberikan antibodi penetral yang cepat sebelum sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi sendiri.
Vaksin anti rabies (VAR)
Biasanya vaksin ini diberikan secara intradermal atau intramuskular untuk membantu tubuh mengidentifikasi dan melawan virus rabies. Vaksin ini diberikan sebanyak 5 kali dalam waktu 14 hari.
Pencegahan rabies
Meski penyakit ini pada umumnya sulit disembuhkan, tetapi kamu bisa melakukan beberapa pencegahan untuk mengurangi risiko kamu terkena virus yang satu ini, antara lain:
- Pastikan kamu sudah melakukan vaksinasi rabies kepada hewan peliharaan seperti kucing, anjing, dan musang.
- Menjaga hewan peliharaan agar tidak memiliki kontak dengan hewan yang terinfeksi rabies.
- Melindungi hewan peliharaan kecil dari pemangsa, misalnya hewan peliharaan kecil seperti kelinci tidak dapat divaksinasi rabies.
- Jangan mendekati binatang buas. Tidaklah normal bagi hewan liar untuk bersahabat dengan manusia.
- Sebaiknya jauhi hewan liar karena mungkin saja hewan liar tersebut sudah terinfeksi rabies.
- Dapatkan vaksin rabies saat berpergian ke negara di mana rabies umum terjadi atau daerah terpencil di mana perawatan medis sulit ditemukan.
- Jauhkan kelelawar dari rumah, sebaiknya tutup semua celah yang memungkinkan kelelawar dapat masuk ke rumah.
- Melaporkan kepada pihak berwenang ketika menemui hewan dengan gejala rabies.
Apakah rabies dapat disembuhkan?
Meski sebagian besar penyakit ini susah untuk disembuhkan, cara terbaik untuk mencegah terkena virus ini adalah mendapatkan vaksinasi rabies sesegera mungkin.
Namun, jika sudah terlanjut terkena gigitan, dokter akan merawat luka dengan mencuci setidaknya selama 15 menit dengan sabun dan air, deterjen, atau yodium.
Setelah terpapar virus rabies, seseorang dapat melakukan serangkaian suntikan untuk mencegah infeksi agar tidak masuk.
Imunoglobulin rabies, memberi dosis langsung antibodi rabies untuk melawan infeksi, membantu mencegah virus berkembang. Protokol ini dikenal sebagai “profilaksis pasca pajanan.” Ini mencegah masuknya virus ke dalam sistem saraf pusat, yang mengakibatkan kematian cepat.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar penyakit rabies? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!