Share This Article
Tahukah kamu bahwa penyakit hepatitis C seringkali muncul tanpa menunjukkan gejala apapun? Ya, penyakit ini sering tidak diketahui hingga pengidapnya melakukan tes kesehatan.
Nah supaya paham lebih lanjut seputar penyakit hepatitis C, yuk simak informasi selengkapnya dalam ulasan berikut ini!
Apa itu penyakit hepatitis C?
Hepatitis C adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga dapat berkembang hingga tahap kronis dan menyebabkan kerusakan hati.
Tidak seperti hepatitis A dan B, sampai saat ini belum ada vaksin untuk hepatitis C. Hepatitis C sangat menular dan jumlah penderitanya di sangat banyak di dunia. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius hingga kematian.
Tahapan penyakit hepatitis C
Virus hepatitis C dapat menginfeksi seseorang dengan berbagai cara. Namun berikut adalah tahapan yang umum terjadi pada penderita hepatitis C:
- Masa inkubasi. Ini merupakan waktu di antara paparan pertama virus hingga awal kemunculan gejala serius. Masa inkubasi bisa berlangsung antara 14 hingga 80 hari, tetapi rata-rata dari masa inkubasi yang terjadi adalah 45 hari.
- Hepatitis C akut. Pada 6 bulan pertama setelah virus memasuki tubuh biasanya seseorang akan memasuki tahap hepatitis C akut. Sebagian orang yang mengalami tahap ini ditemukan berhasil sembuh dengan sendirinya.
- Hepatitis C kronis. Tahap ini terjadi bila tubuh tidak berhasil menghilangkan virus dengan sendirinya dalam kurun waktu 6 bulan. Virus yang menginfeksi tubuh kemudian dapat menyebabkan masalah kesehatan lain yang berbahaya seperti kanker hati atau sirosis.
- Sirosis. Penyakit sirosis hati terjadi ketika sel-sel hati yang sebelumnya sehat terinfeksi dan menimbulkan jaringan parut. Rata-rata butuh 20-30 tahun hingga sirosis muncul di dalam tubuh. Namun pada penderita HIV atau pecandu alkohol, sirosis dapat muncul lebih cepat.
- Kanker hati. Penderita sirosis berpeluang besar menderita kanker hati. Untuk itu, penderita sirosis harus melakukan pemeriksaan berkala karena biasanya tidak ada gejala pada tahap awal kanker.
Baca juga: Kasus Hepatitis Akut Terus Bertambah, Ini Kemungkinan Penyebab dan Penularannya
Penyebab dan penularan hepatitis C
Penyakit hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus ini menyebar melalui kontak darah dari orang yang terinfeksi. Setitik darah dapat membawa ratusan partikel virus hepatitis C dan dengan mudah menginfeksi orang yang tidak terpapar hepatitis C.
Virus ini pun tidak mudah untuk dibunuh. Penularan virus hepatitis C dapat terjadi melalui beberapa cara seperti di bawah ini:
- Dilahirkan dari seorang ibu yang menderita hepatitis C
- Berbagi peralatan penggunaan narkoba, seperti jarum suntik atau alat pengisap yang berpotensi menularkan
- Hubungan seks. Terutama jika salah satunya adalah penderita HIV, penyakit menular seksual, atau memiliki banyak pasangan
- Berbagi peralatan yang bisa memunkinkan kontak darah. Seperti sikat gigi, pisau cukur, dan gunting kuku
- Melakukan transfusi darah tanpa screening darah untuk hepatitis C terlebih dahulu
- Peralatan medis yang tidak steril
- Melakukan tato atau tindik dengan peralatan yang tidak bersih
- Tertusuk jarum yang terinfeksi (kemungkinan besar hal ini terjadi pada petugas kesehatan)
Sementara itu, virus hepatitis C tidak dapat ditularkan melalui:
- Menyusui (kecuali puting mengalami pecah-pecah dan berdarah)
- Kontak biasa
- Batuk
- Berpelukan
- Berpegangan tangan
- Ciuman
- Gigitan nyamuk
- Berbagi peralatan makan
- Berbagi makanan atau minuman
- Bersin
Gejala penyakit hepatitis C
Faktanya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC) menyatakan bahwa sekitar 70-80 persen orang dengan hepatitis C tidak menunjukkan gejala.
Namun dalam beberapa kasus, orang akan mengalami gejala tidak lama setelah terinfeksi HCV. Rata-rata gejala akan muncul dalam kurun waktu antara 2 minggu hingga 6 bulan. Gejala-gejala yang terjadi bisa ringan atau berat, seperti:
- Mudah berdarah
- Mudah memar
- Merasa kelelahan
- Kulit terasa gatal
- Nafsu makan buruk
- Perubahan warna pada kulit dan mata menjadi kuning (jaundice)
- Urine berwarna gelap
- Kulit yang gatal
- Penumpukan cairan di perut
- Penurunan berat badan
- Timbul spider angioma atau kumpulan pembuluh darah kecil yang berbentuk laba-laba pada kulit
Baca juga: Jangan Dibiarkan, Pahami Penyakit Hepatitis A Agar Tidak Semakin Parah
Siapa yang berisiko terkena hepatitis C?
Berikut adalah kelompok orang yang berisiko lebih tinggi terkena penyakit hepatitis C:
- Pengguna narkoba dengan cara suntik (baik di masa sekarang, masa lalu atau pernah mencoba walau hanya satu kali)
- Pengguna obat-obatan intranasal (melalui hidung)
- Pasien hemodialisis
- Menerima darah atau organ dari donor yang dites positif terkena virus hepatitis C
- Memiliki gejala penyakit hati
- Orang dengan infeksi HIV
- Anak-anak yang lahir dari ibu yang terinfeksi virus hepatitis C
- Orang yang berada di penjara atau pernah di penjara
- Orang yang menerima tindik atau tato tubuh dengan alat tidak steril
- Petugas kesehatan yang sering berhadapan dengan jarum suntik
Bila kamu termasuk dari salah satu kelompok di atas, ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan hepatitis C.
Diagnosis dan pemeriksaan penyakit hepatitis C
Dokter dapat mendiagnosis hepatitis C dengan melakukan tes darah, ada dua jenis tes darah yang akan dilakukan:
- Tes antibodi HCV
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi pada tubuh ketika menemukan virus hepatitis C dalam darah. Biasanya antibodi muncul sekitar 12 minggu sejak pertama terkena infeksi virus. Bila hasilnya menunjukkan positif pasien harus menjalani tes lain untuk memastikan kondisi virus dalam tubuh.
- Tes HCV RNA
Jika tes antibodi dinyatakan positif, selanjutnya pasien perlu menjalankan tes HCV RNA. Tes ini dilakukan untuk mengukur jumlah partikel RNA atau partikel genetik pada virus dalam darah.
- Tes fungsi hati
Tes ini dilakukan untuk mengukur kadar protein dan enzim. Biasanya enzim dapat meningkat setelah 7-8 minggu sejak pertama tubuh terinfeksi virus hepatitis C. Saat hati rusak, enzim akan bocor ke aliran darah. Namun pada beberapa kasus, penderita hepatitis C tetap memiliki enzim yang normal dalam darah.
Perawatan penyakit hepatitis C
Hepatitis C dapat diobati dengan minum obat selama beberapa minggu. Penderita hepatitis kronis umumnya akan mendapat pengobatan berupa:
- Obat tablet
- Perubahan gaya hidup
- Pemeriksaan berkala
Selama pengobatan berlangsung pasien hepatitis C wajib melakukan tes darah secara berkala untuk memeriksa apakah obat berfungsi dengan baik atau tidak. Dokter juga akan memonitor sejauh mana kerusakan hati yang terjadi di dalam tubuh.
Kemudian tes darah akan dilakukan kembali setelah 12 atau 24 minggu sejak pengobatan dihentikan. Hal ini dilakukan untuk memastikan apakah tubuh sudah bersih dari virus atau belum. Bila tes darah tidak menunjukkan tanda-tanda virus berarti pengobatan telah berhasil.
Pengobatan penyakit hepatitis C
Hepatitis C diobati menggunakan obat Direct Acting Antivirus (DAA). Obat ini merupakan obat yang paling aman dan paling efektif untuk mengobati hepatitis C. DAA terbukti sangat efektif dalam menyembuhkan infeksi virus hepatitis C pada lebih dari 90 persen orang.
Lamanya pengobatan akan bergantung pada jenis hepatitis C yang diderita pasien. Tetapi rata-rata obat DAA harus dikonsumsi selama 8 hingga 12 minggu.
Sebagai catatan penting, pengobatan hepatitis yang berhasil tidak akan memberikan kamu perlindungan di masa depan. Kamu masih tetap berisiko terkena penyakit hepatitis C bila terinfeksi HCV lagi.
Di samping itu, bila pengobatan tidak berhasil dokter mungkin akan memperpanjang atau membuat kombinasi obat yang berbeda.
Efek samping pengobatan penyakit hepatitis C
Pengobatan hepatitis C dengan obat DAA memiliki efek samping yang sangat sedikit. Kebanyakan orang justru berpendapat bahwa tablet DAA sangat mudah dikonsumsi.
Namun pada sebagian kecil orang, pengobatan hepatitis C mungkin menyebabkan efek samping seperti:
- Gejala mirip flu
- Kelelahan
- Rambut rontok
- Sakit kepala
- Tekanan darah rendah
- Kesulitan berpikir
- Sering merasa gugup
- Depresi
Perlu diingat bahwa pengobatan hepatitis C harus dilakukan hingga tuntas supaya virus tidak tersisa di dalam tubuh.
Cara mencegah hepatitis C
Hepatitis A dan B dapat dicegah dengan vaksin, tetapi hingga saat ini tidak ada vaksin untuk hepatitis C. Untuk mencegah infeksi virus hepatitis C, kamu harus menghindari paparan virus yang menyebabkannya.
Cara terbaik untuk mencegah datangnya penyakit hepatitis C adalah dengan menghindari penggunaan jarum suntik sembarangan. Perlu diingat bahwa penggunaan jarum suntik harus selalu dalam keadaan bersih dan steril serta tidak dapat digunakan berulang atau bergantian dengan orang lain.
Mencegah penyebaran penyakit hepatitis C
Bila kamu adalah penderita hepatitis C, ada beberapa langkah penting yang perlu kamu lakukan untuk mencegah penularan penyakit ini. Berikut adalah langkah yang dapat kamu lakukan:
- Berhenti minum alkohol. Alkohol mempercepat perkembangan penyakit hati
- Hindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kerusakan hati
- Cegah terjadinya kontak darah dengan orang lain
- Tidak berbagi alat kebersihan seperti sikat gigi, gunting kuku atau alat pencukur
- Jangan menyumbangkan darah, organ tubuh atau air mani
- Selalu memberitahu petugas kesehatan bahwa kamu adalah penderita hepatitis C
- Beritahu pasangan, bahwa kamu adalah penderita hepatitis C
- Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks
Serba-serba lain tentang penyakit hepatitis C
- Apakah hepatitis C dapat menyebabkan kematian? Secara teknis, komplikasi hepatitis C kronis berakibat fatal. Di seluruh dunia, sekitar 400 ribu orang meninggal setiap tahun karena sirosis dan kanker hati.
- Berapa lama harapan hidup penderita hepatitis C? Tidak ada kepastian mengenai terkait harapan hidup penderita hepatitis C. Tetapi sekitar 70-80 persen orang yang terinfeksi virus ini mengidap hepatitis C kronis yang kemudian menyebabkan sirosis.
- Apakah penyakit hepatitis C bisa disembuhkan? Bisa. Bila hasil tes darah yang kamu lakukan menunjukkan hasil negatif setelah 3-6 bulan menjalani perawatan, tandanya kamu sudah sembuh.
- Bisakah hepatitis C sembuh sendiri? Bisa. Sekitar 15-20 persen penderita hepatitis C sembuh dengan sendirinya tanpa menjalani perawatan.
Demikian informasi yang perlu kamu ketahui seputar hepatitis C. Selalu jaga kesehatan dan sebisa mungkin hindari kemungkinan tertular penyakit ini, ya.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar hepatitis? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!