Share This Article
Meningitis dan ensefalitis adalah dua jenis utama kondisi neurologis yang terkait dengan otak dan sumsum tulang belakang. Kondisi di mana lapisan yang mengelilingi otak atau otak itu sendiri mengalami peradangan.
Meski sama-sama bisa menyebabkan peradangan di otak, nyatanya meningitis dan ensefalitis merupakan dua penyakit yang berbeda. Penyakit ensefalitis juga populer dengan sebutan radang otak. Lalu apa yang membuat kedua penyakit ini berbeda? Simak pembahasannya di bawah ini.
Baca Juga: Penting, Ini Segala Sesuatu tentang Meningitis pada Bayi yang Wajib Moms Pahami
Perbedaan definisi meningitis dan ensefalitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput tipis bernama meninges. Selaput meninges ini letaknya mengelilingi seluruh bagian otak dan sumsum tulang belakang.
Sementara ensefalitis adalah peradangan yang terjadi pada organ otak itu sendiri. Itulah kenapa ensefalitis juga disebut dengan penyakit radang otak.
Jadi kalau meningitis itu radang pada selaput otak, sementara ensefalitis yang radang adalah organ otak kita.
Agen penyebab
Penyakit meningitis bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, maupun parasit. Berbagai virus penyakit lain juga bisa menyebabkan meningitis, termasuk virus gondongan dan campak, virus influenza, dan virus herpes.
Bakteri penyebab meningitis diantaranya Streptococcus, Neisseria, Haemophilus, Listeria, dan bakteri lainnya. Sementara itu penyakit radang otak atau ensefalitis kebanyakan disebabkan oleh virus.
Tetapi bisa juga karena bakteri atau autoimun. Dalam kasus ensefalitis autoimun, sistem kekebalan tubuh sendiri secara keliru menyerang sel-sel otak yang sehat, sehingga menyebabkan peradangan.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke melaporkan bahwa sekitar 10 persen dari semua kasus ensefalitis disebabkan oleh virus herpes simpleks. Ensefalitis juga dapat disebabkan oleh beberapa virus yang ditularkan melalui hewan.
Faktor risiko meningitis dan ensefalitis
Selain infeksi oleh bakteri dan virus, kedua penyakit ini juga bisa terjadi pada orang-orang dengan kondisi tertentu. Beberapa orang dengan kondisi khusus bisa punya risiko lebih tinggi terkena meningitis dan radang otak.
Faktor risiko penyebab meningitis
- Respons terhadap tumor otak
- Reaksi setelah kemoterapi
- Keracunan timah.
Faktor risiko penyebab ensefalitis
- Tumor otak parah
- Sarcoidosis
- Leukemia
- Multiple sclerosis
- Keracunan timbal
- Reaksi setelah aplikasi berbagai zat dalam minuman keras
- Kecelakaan serebrovaskular (pembuluh darah di otak).
Perbedaan gejala meningitis dan ensefalitis
Gejala meningitis yang mungkin muncul tiba-tiba, sering kali meliputi:
- Demam tinggi
- Sakit kepala hebat dan terus-menerus
- Leher kaku
- Mual dan muntah
- Sensitif terhadap cahaya terang
- Penglihatan ganda
- Perubahan perilaku seperti kebingungan, kantuk, dan kesulitan bangun
- Ruam kulit atau perubahan warna kulit.
Gejala utama ensefalitis meliputi:
- Sakit kepala
- Demam
- Kelelahan dan mengantuk
- Nyeri otot
- Otot lemah
- Gaya berjalan canggung dan goyah
- Sensitivitas tinggi terhadap cahaya
- Dalam kasus yang lebih parah, orang mungkin mengalami masalah dengan bicara atau pendengaran, masalah penglihatan, dan halusinasi.
Gejala ensefalitis yang mungkin memerlukan perawatan darurat di antaranya kehilangan kesadaran, kejang, kelemahan otot, atau demensia parah yang tiba-tiba.
Baik meningitis dan ensefalitis bisa menular
Kedua penyakit ini bisa menular lho, namun proses penularan keduanya juga berbeda. Kemungkinan penularan tergantung pada jenis agen penyebab yang terlibat.
Penularan meningitis bisa berawal dari bakteri yang hadir dalam kotoran dari hidung dan mulut sehingga dapat menyebabkan penularan melalui tetesan atau droplet.
Sementara itu penyakit radang otak bisa saja menular melalui:
- Menghirup tetesan pernapasan dari orang yang terinfeksi
- Kontak kulit
- Nyamuk, caplak, dan gigitan serangga lainnya
- Kutu kuda
- Burung migrasi
- Makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Orang yang berisiko terkena
Orang yang berusia lebih dari 60 tahun dan anak-anak di bawah 5 tahun masuk golongan yang berisiko terkena meningitis.
Sementara itu ensefalitis seringkali terjadi pada bayi di bawah 1 tahun. Atau pasien lanjut usia yang berusia di atas 65 tahun.
Baca Juga : Paling Banyak Diidap Anak-Anak, Seberapa Bahayanya Meningitis?
Pengobatan penyakit meningitis dan ensefalitis
Siapa pun yang mengalami gejala meningitis atau ensefalitis harus segera ke dokter. Orang dengan ensefalitis atau meningitis bakterial biasanya dirawat di rumah sakit untuk pengobatan.
Antibiotik untuk sebagian besar jenis meningitis dapat sangat mengurangi risiko kematian akibat penyakit tersebut. Pasien meningitis umumnya diberi ampisilin yang biasanya diresepkan bersama dengan aminoglikosida atau obat sefalosporin (sefotaksim).
Sementara pasien radang otak atau ensefalitis diberi asiklovir dan biasanya diberikan melalui infus di rumah sakit setidaknya selama sepuluh hari. Obat antivirus dapat diresepkan untuk ensefalitis yang disebabkan oleh infeksi virus.
Antikonvulsan digunakan untuk mencegah atau mengobati kejang. Obat kortikosteroid dapat mengurangi pembengkakan dan peradangan otak.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!