Share This Article
Melansir Antara, Presiden Joko Widodo menandatangi aturan terkait kebiri kimia untuk para pelaku pelecehan seksual pada anak. Namun, keputusan terkait kebiri kimia ini menuai pro dan kontra. Terlebih soal efektivitas dan dampak kesehatan dari protokol ini.
Lalu, sebenarnya seperti apa sih protokol kebiri kimia dilakukan? Serta apa saja dampaknya untuk kesehatan? Berikut pembahasannya.
Baca Juga: Pria Wajib Tahu, Ini Jenis-Jenis Vitamin untuk Mengatasi Impotensi
Apa itu kebiri kimia?
Kebiri kimia adalah penggunaan obat hormonal untuk menurunkan libido pada pelaku kekerasan seksual.
Tidak seperti pengebirian bedah, pengebirian kimiawi bersifat reversibel karena gonad (kelenjar seks) tidak diangkat dengan sayatan bedah. “Dengan melakukan ini, laki-laki kehilangan fungsi testisnya, sehingga mengakibatkan hilangnya libido dan kemandulan,” tulis dokter Simi Paknikar’s MD.
Protokol ini pertama kali dilakukan pada 1944 di mana obat diethylstilbestrol diresepkan untuk menurunkan kadar testosteron pada pelaku kejahatan seksual.
Medroksiprogesteron asetat dan cyproterone asetat juga telah digunakan di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara Eropa untuk mengurangi fantasi seksual dan dorongan seksual pada pelanggar seksual.
Pada 1996, California menjadi negara bagian pertama di Amerika Serikat yang mengizinkan penggunaan pengebirian kimiawi atau bedah untuk pelaku kejahatan seksual tertentu yang dibebaskan dari penjara ke masyarakat.
Kenapa dilakukan kebiri kimia?
Testosteron adalah hormon utama yang terkait dengan libido dan fungsi seksual, dan beberapa studi telah melaporkan bahwa pelaku kekerasan seksual memiliki tingkat androgen lebih tinggi.
Namun, hubungan sebab-akibat yang jelas antara kadar testosteron dan gangguan seksual masih belum pasti.
Namun demikian, berbagai teori komprehensif tentang pelecehan seksual telah memasukkan faktor hormonal meskipun sangat sedikit bukti, dan pengebirian kimia dan bedah tidak diragukan lagi mengurangi minat seksual, kinerja seksual, dan pelanggaran seksual.
Obat yang digunakan untuk kebiri kimia
Obat-obatan yang memiliki efek anti-androgen digunakan untuk melakukan pengebirian kimiawi. Testosteron adalah hormon pria yang bertanggung jawab untuk menjaga dorongan seksual, agresi, dan fungsi testis pada pria.
Obat-obatan yang mengurangi kadar atau berlawanan dengan aksi testosteron mengakibatkan pengebirian kimiawi atau medis. Obat-obatan ini dikatakan memiliki sifat anti-androgen (karena testosteron adalah androgen).
Beberapa jenis obat yang kerap digunakan dalam kebiri kimia adalah:
- Medroksiprogesteron asetat (MPA)
- Cyproterone acetate
- Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) analogs
- Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH) antagonist.
Obat lain seperti estrogen dan ketokonazol juga dapat digunakan jika obat di atas tidak efektif. Selain untuk kebiri kimia, obat-obat ini juga digunakan dalam pengobatan kanker prostat.
Kebiri medis mengurangi kadar testosteron, dengan demikian menjaga sel-sel kanker tetap terkendali. Namun, terapi hormonal tidak menyembuhkan kanker tetapi hanya mengecilkan kanker sampai batas tertentu.
Ini digunakan untuk kasus-kasus lanjut di mana operasi tidak dapat menghasilkan penyembuhan.
Adakah efek samping kebiri kimia pada kesehatan pria?
Berikut beberapa kemungkinan efek samping dari kebiri kimia pada kesehatan pria:
- Penurunan gairah seksual dan libido
- Impotensi
- Ukuran testis dan penis berkurang
- Hot flashes (sensasi panas pada bagian tubuh)
- Pertumbuhan jaringan payudara (ginekomastia) dan nyeri di seluruh payudara
- Penipisan tulang atau osteoporosis dan risiko patah tulang
- Anemia
- Kehilangan massa otot
- Penambahan berat badan
- Kelelahan dan masalah memori
- Depresi
- Peningkatan kolesterol darah.
Baca Juga: Apa Itu Kelainan Fetish dan Bisakah Disembuhkan? Ini Penjelasannya
Pro kontra kebiri kimia
Ada perdebatan besar tentang apakah kebiri kimia harus menjadi pilihan bagi pelaku pelecehan seksual semacam itu. Kebiri kimiawi mengurangi sifat agresif seseorang, yang sering dikaitkan dengan testosteron.
Beberapa pihak yang pro terhadap kebiri kimia memiliki pendapat:
- Kebiri kimia mengurangi kemampuan seseorang untuk mendapatkan rangsangan seksual dan dengan demikian mengurangi kemungkinan pelanggaran seksual berulang.
- Melansir Medindia, penelitian menemukan 97 persen kasus pelaku seks setelah dibebaskan akan pergi dan melakukan kejahatan lagi sedangkan dengan kebiri kimia tingkat pelanggarannya kurang dari 3 persen.
- Jika orang tersebut menjalani kebiri kimia, ia dapat dibebaskan lebih awal ke dalam masyarakat, sehingga mengurangi masa penahanannya.
Sementara para ahli ada juga yang menolak kebiri kimia memberikan saran:
- Karena efek obat bersifat sementara, maka diperlukan pemberian berulang. Jadi, perawatannya bisa jadi sangat mahal.
- Pelaku pelecehan seksual harus secara teratur kontrol dengan dokter untuk pengobatan berulang, yang tidak selalu memungkinkan.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar kebiri kimia? Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!