Share This Article
Tidak hanya identik dengan wanita, menopause pun bisa terjadi pada pria. Istilah ini dipakai untuk mendeskripsikan perubahan-perubahan dalam level hormon karena pengaruh usia.
Menopause pada pria akan menyebabkan gejala seperti depresi, kehilangan dorongan seksual, disfungsi ereksi hingga masalah lain pada emosi dan psikologi. Gejala-gejala itu timbul saat pria memasuki usia akhir 40 tahun dan awal 50 tahun.
Apa itu menopause pria?
Beberapa literatur menyebut kondisi ini sebagai andropause. Meskipun demikian, menamai kondisi ini sebagai menopause juga masih belum tepat, lantaran gejala, penyebab dan perawatan dari kondisi ini masih belum diketahui secara pasti.
Menopause pria dikaitkan dengan kondisi saat produksi testosteron turun pada usia 50 tahun ke atas. Kondisi ini biasanya berkaitan dengan hypogonadism.
Testosteron merupakan hormon yang diproduksi di testis pria. Tidak hanya sekadar menjadi bahan bakar dorongan seksual, hormon ini pun memiliki fungsi lain sebagai berikut:
- Pendorong perubahan di masa pubertas
- Sumber energi mental dan fisik
- Menjaga massa otot
- Mengatur fight or flight response
- Mengatur kemampuan evolusi lainnya
Beda menopause pria dengan wanita
Meskipun penambahan usia berpengaruh terhadap hormon yang berkaitan dengan dorongan seksual, mengaitkannya dengan proses menopause yang umum dialami oleh wanita sama sekali tidak tepat.
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine menyebut kalau kondisi ini hanya dialami oleh 2,1 persen pria. Sementara menopause adalah bagian dari perkembangan seksual tiap wanita.
Kondisi menopause pada pria tidak mematikan secara keseluruhan organ reproduksi. Meskipun demikian, komplikasi seksual bisa berkembang karena rendahnya level hormon yang terjadi seiring usia bertambah.
Gejala yang timbul
Kondisi ini dapat menyebabkan masalah fisik, seksual dan psikologis pada pria. Gejala-gejala yang terjadi dapat semakin parah seiring usia bertambah, di antaranya adalah:
- Energi menurun
- Depresi
- Kurangnya motivasi
- Kepercayaan diri berkurang
- Kesulitan berkonsentrasi
- Insomnia atau sulit tidur
- Penambahan berat badan
- Kekurangan massa otot dan merasa lemah secara fisik
- Gynecomastia, atau dada menjadi tumbuh
- Kehilangan kepadatan tulang
- Disfungsi ereksi
- Penurunan libido
- Infertilitas
Kamu juga bisa mengalami pembengkakan pada payudara, penurunan ukuran testis, kehilangan bulu di tubuh atau hot flashes. Level testosteron yang rendah dalam kondisi ini juga sering dikaitkan dengan osteoporosis.
Penyebab
Saat pria memasuki usia 30 tahun, level testosteron menurun secara bertahap. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Endocrinology & Metabolism International Journal mencatat rata-rata penurunan ini mencapai 1 persen per tahun.
Situs kesehatan MedicalNewsToday menyebut beberapa dokter tidak percaya jika penurunan level testosteron yang disebabkan oleh penambahan usia sebagai biang keladi kondisi ini. Hal ini karena tiap pria akan mengalami penurunan level testosteron tapi tidak otomatis menopause.
Meskipun gejala-gejala yang sudah disebutkan di atas dialami oleh pria yang mengalami penurunan level testosteron, tapi ternyata kondisi ini rentan terjadi pada pria dengan penyakit jantung, obesitas, tekanan darah tinggi dan diabetes tipe 2.
Itu sebabnya, perubahan level hormon tidak merupakan satu-satunya faktor penyebab menopause pria. Beberapa faktor risiko lain yang bisa jadi penyebab masalah kesehatan di atas adalah:
- Kurang berolahraga
- Merokok
- Konsumsi alkohol
- Stres
- Resah
- Kurang tidur
Diagnosis dan perawatan
Untuk melakukan diagnosis, dokter akan mengambil sampel darah kamu dan memeriksa level testosteron di dalamnya.
Jika menopause yang kamu alami tidak menyebabkan kesulitan atau mengganggu kualitas hidup, maka kemungkinan kamu tidak membutuhkan perawatan apapun. Jangan malu untuk membicarakan gejala yang kamu alami pada dokter supaya perawatan bisa maksimal.
Tipe perawatan yang harus kamu jalani yang biasanya disarankan dokter adalah merubah pola hidup sehat. Yaitu dengan cara sebagai berikut:
- Makan makanan sehat
- Olahraga rutin
- Tidur yang cukup
- Kurangi stres
Terapi hormon
Terapi pengganti hormon merupakan salah satu opsi perawatan, meskipun hal ini masih kontroversial. Kamu pun harus hati-hati dengan efek samping dari testosteron sintesis ini karena bisa membuat beberapa masalah kesehatan bertambah parah.
Misalnya kalau kamu ternyata memiliki kanker prostat, steroid peningkat performa yang kamu konsumsi ini ternyata bisa menyebabkan sel kanker menjadi semakin bertumbuh.
Kalau dokter menawarkan terapi hormon, maka pertimbangkan dahulu semua efek negatif dan positifnya sebelum kamu mengambil keputusan, ya!
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!