Share This Article
Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia, orang yang sedang sakit diperkenankan untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan. Namun, tak sedikit pengidap penyakit tertentu yang ingin tetap berpuasa. Tentu saja, hal itu akan berdampak pada penggunaan obat saat puasa.
Lantas, bagaimana aturan minum obat di bulan Ramadan? Yuk, simak ulasan tentang penggunaan obat saat puasa berikut ini!
Baca juga: 5 Tips agar Tubuh Tetap Bertenaga meski Sedang Berpuasa Ramadan
Minum obat saat puasa, bagaimana aturannya?
Untuk orang yang sedang sakit tapi tetap berpuasa, konsumsi obat-obatan menjadi tantangan tersendiri. Sebab, ada beberapa hal yang berkaitan dengan konsumsi obat, seperti frekuensi minum dan apakah dikonsumsi sebelum atau setelah makan.
Perubahan jadwal waktu minum mungkin dapat memengaruhi efek dari obat itu sendiri. Dengan demikian, perlu kehati-hatian dalam mengonsumsinya. Kamu disarankan hanya mengonsumsi obat sesuai dengan petunjuk dokter atau apoteker.
Dosis satu kali minum
Penggunaan obat saat puasa untuk dosis sekali minum cenderung tidak ada bedanya dengan saat di luar bulan Ramadan. Sebab, obat itu bisa diminum kapan saja, baik pada sahur maupun berbuka.
Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah obat tersebut diminum sebelum atau sesudah makan.
Dosis dua kali minum
Karena keterbatasan waktu, maka obat yang harus diminum dua kali dalam sehari bisa dikonsumsi pada sahur dan berbuka. Jeda sekitar 13 jam pada rentang waktu sahur dan berbuka sudah sesuai dengan aturan minum obat pada umumnya.
Dalam aturan minum obat, frekuensinya dihitung per 24 jam. Artinya, jika obat dikonsumsi dua kali dalam sehari, maka jeda untuk mengonsumsinya adalah 24 jam dibagi 2 waktu minum, yaitu 12 jam.
Dosis lebih dari dua kali minum
Dengan pertimbangan jeda waktu setiap kali minum, seseorang yang harus mengonsumsi obat lebih dari dua kali dalam sehari sebaiknya tidak berpuasa.
Namun, jika ingin tetap berpuasa, kamu dapat meminta dokter untuk mengganti obat menjadi bentuk sediaan lepas lambat atau aksi panjang. Sehingga, frekuensi minumnya bisa dikurangi menjadi satu atau dua kali dalam sehari.
Obat diminum saat sahur atau berbuka?
Sebenarnya, tidak aturan khusus tentang mana waktu yang lebih baik antara sahur atau berbuka untuk minum obat. Dokter menyarankan pasien untuk minum obat saat sahur atau berbuka karena pertimbangan adanya makanan di dalam perut.
Konsumsi obat sebelum makan
Beberapa obat hanya bisa bekerja saat perut kosong dalam kondisi kosong. Maka, obat itu harus diminum sebelum makan. Kamu dapat mengonsumsinya 30 menit sebelum santap sahur.
Jika ingin meminumnya ketika berbuka, jangan makan dulu setelah minum air saat membatalkan puasa. Setelah membatalkan puasa dengan air, segera minum obat itu dan tunggu 30 menit kemudian untuk makan. Ada alasannya mengapa obat harus diminum sebelum makan, yaitu:
1. Makanan bisa menghilangkan khasiat obat
Beberapa obat mudah hancur atau berinteraksi jika terkontaminasi zat lain. Oleh karena itu, sebaiknya obat-obatan tersebut diminum sebelum ada makanan yang masuk. Bifosfonat (untuk masalah tulang) misalnya, sangat reaktif terhadap makanan yang mengandung kalsium dan zat besi.
Itu juga berlaku untuk ciprofloxacin, antibiotik yang digunakan mengatasi berbagai infeksi bakteri seperti infeksi saluran pencernaan (seperti diare), infeksi saluran kemih, hingga infeksi menular seksual.
2. Makanan merangsang produksi asam lambung
Beberapa obat harus diminum sebelum makan agar tidak bereaksi dengan asam lambung. Ketika makanan masuk ke saluran pencernaan, asam lambung akan mengalami peningkatan kadar. Kondisi tersebut bisa menurunkan kinerja obat, bahkan menghilangkan efeknya.
Obat-obatana itu di antaranya adalah:
- Eritromisin, yaitu antibiotik golongan makrolid yang digunakan untuk mengatasi beberapa infeksi bakteri, seperti pertusis (batuk rejan) dan difteri
- Isoniazid, yaitu obat yang digunakan untuk mengatasi penyakit tuberkulosis (TBC)
- Azitromisin, yaitu antibiotik untuk mengatasi sejumlah infeksi bakteri seperti gangguan saluran pernapasan
Konsumsi obat setelah makan
Jika obat harus diminum setelah makan, kamu bisa mengonsumsinya 30 menit setelah perut terisi, baik sesudah sahur atau berbuka. Ada beberapa alasan mengapa obat harus diminum setelah makan.
Mengutip NHS UK, beberapa obat dapat mengiritasi perut, sehingga sebaiknya diminum bersama atau sesudah makan untuk mengurangi efek tersebut. Obat-obatan itu meliputi:
- Aspirin
- Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti ibuprofen dan diklofenak
- Kortikosteroid seperti prednisolon dan deksametason
Tidak hanya itu, beberapa obat juga harus diminum setelah makan karena hanya bisa bekerja optimal jika ada peningkatan kadar asam lambung. Ketonazole dan itraconazole misalnya, obat antijamur yang justru tidak akan bekerja jika diminum saat perut masih kosong.
Obat yang tidak membatalkan puasa
Bicara soal penggunaan obat saat puasa, ternyata ada beberapa obat yang tidak membatalkan ibadah tersebut, lho. Berdasarkan sebuah publikasi yang diterbitkan Qatar Unviersity, berikut daftar obat yang tidak membatalkan puasa:
- Obat tetes mata dan obat tetes telinga
- Semua obat yang ditempelkan ke kulit, seperti krim, salep, koyo, dan plester
- Suntikan lewat kulit, otot, persendian, atau vena (kecuali melalui infus)
- Pemberian gas oksigen dan anestesi
- Tablet nitrogliserin yang diletakkan di bawah lidah untuk pengobatan angina
- Obat kumur atau semprotan mulut, asalkan tidak ada yang tertelan
- Tetes hidung
- Inhaler
Nah, itulah ulasan tentang penggunaan obat saat puasa yang perlu kamu tahu. Agar tetap bisa berpuasa meski sedang mengonsumsi obat-obatan, selalu konsultasikan keadaanmu kepada dokter, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!