Share This Article
MAT-ID-2100573-V1.0 (04/2021)
Selain pola makan, tahukah kamu bahwa pola tidur yang salah juga bisa menjadi penyebab dari konstipasi? Ya, kurang tidur ternyata bisa memengaruhi kinerja usus, lho.
Konstipasi yang terjadi saat puasa tentu membuatmu tidak nyaman dalam menjalani aktivitas. Maka penting bagi kamu segera mengatasi konstipasi. Lalu, bagaimana cara mengatasi konstipasi saat puasa? Yuk, simak ulasannya di sini.
Apa itu konstipasi?
Konstipasi atau sembelit adalah suatu kondisi ketika kamu buang air besar (BAB) lebih jarang dibanding biasanya.
BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu, feses keras, kering, atau menggumpal, serta kesulitan atau nyeri saat buang air besar adalah gejala umum konstipasi. Kondisi ini tidak mengenal usia, dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak.
Pada dasarnya, lamanya waktu normal antara buang air besar sangat bervariasi pada masing-masing individu. Namun, tidak buang air besar selama 3 hari atau lebih dalam seminggu dapat dikatakan tidak normal. Sebab, setelah 3 hari feses menjadi lebih keras sehingga sulit dikeluarkan.
Konstipasi terjadi ketika feses melewati usus besar (kolon) terlalu lambat. Semakin lama makanan bergerak, maka semakin banyak pula air yang diserap usus besar. Pada akhirnya menyebabkan feses memiliki konstitensi yang kering atau keras.
Sembelit saat puasa bisa disebabkan karena perubahan pola tidur
Konstipasi bisa disebabkan berbagai faktor, misalnya saja pola makan yang salah. Seperti kurangnya asupan serat, menahan keinginan buang air besar, hingga tidak cukup memenuhi asupan cairan saat sahur maupun berbuka.
Namun satu lagi perlu kamu ketahui, konstipasi saat puasa juga bisa terjadi akibat perubahan pola tidur. Tak bisa dipungkiri saat berpuasa, kita mengalami perubahan pola tidur. Bahkan, sebagian orang mengalami kurang tidur di malam hari selama Ramadan.
Penting diketahui terdapat hubungan antara pola tidur dengan kesehatan usus. Sebuah studi melaporkan, kurang tidur bisa meningkatkan risiko sembelit, dibandingkan dengan mereka yang memiliki kualitas tidur normal.
Hubungan antara durasi tidur dan fungsi usus, teridentifikasi dari data sekitar 14.590 orang dewasa yang menyelesaikan kuesioner mengenai pola tidurnya dengan kesehatan usus mereka. Dalam survei tersebut, durasi tidur panjang didefinisikan lebih dari 8 jam, durasi tidur normal antara 7-8 jam. Sedangkan, durasi tidur pendek atau kurang didefinisikan kurang dari 7 jam.
Hasil studi menemukan bahwa mereka yang memiliki waktu tidur singkat, memiliki peningkatan risiko konstipasi sebesar 38 persen.
Sementara itu, studi lain juga menemukan keterkaitan antara kualitas tidur dengan gejala Irritable bowel syndrome (IBS). IBS sendiri merupakan gangguan fungsional usus yang juga dapat menyebabkan sembelit.
Faktor penyebab gangguan tidur
Pola tidur dan konstipasi sangat erat kaitannya. Laman National Center for Biotechnology Information (NCBI), menyebut gangguan tidur dapat memengaruhi fungsi usus pada individu yang sehat.
Kesulitan atau gangguan tidur bisa disebabkan oleh faktor tertentu, tak terkecuali pola makan yang salah. Misalnya saja mengonsumsi makanan pedas atau makan dalam jumlah berlebihan sebelum waktu tidur bisa menyebabkanmu merasa tidak nyaman. Pun mengonsumsi kafein secara berlebihan juga bisa mengganggu pola tidur.
Selain pola makan, stres atau perasaan tertekan juga dapat menyebabkan gangguan tidur. Jika faktor-faktor tersebut tidak segera ditangani, ini bisa memicu konstipasi.
Cara alami mengatasi konstipasi
Untuk mencegah sembelit akibat perubahan pola tidur saat puasa, terdapat beberapa hal penting untuk diperhatikan, di antaranya adalah:
1. Tetapkan jadwal tidur
Jumlah tidur yang disarankan untuk orang dewasa adalah setidaknya 7 jam. Usahakan untuk tidur pada waktu yang sama setiap harinya. Di bulan Ramadan, kita bangun lebih awal untuk sahur, karenanya sebaiknya kamu juga perlu memajukan waktu tidur menjadi lebih awal.
2. Perhatikan pola makan
Hindari makan berat dan mengonsumsi makanan porsi banyak, beberapa jam sebelum tidur di malam hari. Juga hindari konsumsi kafein sebelum tidur.karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, sehingga membuatmu tetap terjaga.
Saat berbuka puasa, sebaiknya hindari atau batasi konsumsi makanan yang tinggi kalori, gula, terlalu pedas, atau gorengan. Sistem pencernaan memerlukan usaha ekstra untuk mengolah asupan tersebut, sehingga  berisiko mengganggu waktu tidurmu.
Sebaliknya, konsumsi makanan kaya akan kandungan serat pada saat sahur dan berbuka. Mengapa? Ini dapat meningkatkan massa dan konstitensi gerakan usus, sehingga memudahkan feses dikeluarkan.
3. Ciptakan lingkungan tidur yang baik
Untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik, pastikan kamar tidur dalam kondisi yang tenang dan minim cahaya. Paparan cahaya dapat membuatmu lebih sulit tertidur. Selain itu, hindari penggunaan gadget dalam waktu lama sebelum tidur.
Selain cara alami, obat pencahar atau laksatif juga dapat mengatasi konstipasi
Obat pencahar atau laksatif juga dapat membantu meredakan konstipasi. Laksatif adalah suatu zat yang dapat melunakan feses dan menstimulasi buang air besar. Laksatif juga mempercepat transit usus.
Salah satu jenis laksatif yang ampuh mengatasi sembelit adalah laksatif stimulan. Laksatif stimulan bekerja dengan cara menstimulasi lapisan usus, sehingga membantu mempercepat pergerakan feses melalui usus besar. Laksatif stimulan juga dapat mempertahankan hidrasi feses. Salah satu jenis dari laksatif stimulan adalah bisacodyl.
Konstipasi bikin tidak nyaman, atasi dengan Dulcolax
Agar puasa kamu berjalan lancar, konstipasi harus ditangani dengan tepat. Tak perlu khawatir, karena kamu bisa mengatasi sembelit dengan Dulcolax.
Dulcolax mengandung bisacodyl yang merupakan laksatif yang bekerja secara lokal dengan mekanisme merangsang gerakan peristaltikusus besar dan meningkatkan akumulasi air & elektrolit di dalam lumen usus besar. Hal ini menghasilkan rangsangan buang air besar, pengurangan waktu transit dan pelunakan tinja.
Dulcolax tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet, suppositoria, hingga sirup.
Bekerja dalam waktu 6-12 jam, Dulcolax tablet dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak kecil di atas umur 10 tahun. Sedangkan, bagi pasien yang membutuhkan penanganan dengan cepat dapat menggunakan Dulcolax Suppositoria yang bekerja memberikan efek laksatif rata-rata sekitar 20 menit setelah pemberian. Dulcolax Suppositoria tersedia dosis untuk anak diatas 6 tahun dan dewasa.
Dulcolax juga tersedia dalam bentuk sirup, yakni Dulcolactol yang dapat digunakan oleh anak-anak, orang dewasa, maupun lansia. Dulcolactol mengandung Laktulosa dimana setelah terhidrolisa menjadi asam-asam organik dengan berat molekul rendah akan menaikkan tekanan osmosa dan suasana asam sehingga feses dapat menjadi lebih lunak. Dulcolactol bekerja dalam waktu 24-48 jam dan dapat menormalkan kembali fungsi fisiologis kolon.
Berikut ini adalah petunjuk penggunaan Dulcolax Suppositoria.
- Sebelum menggunakan Dulcolax Suppositoria, cuci tangan terlebih dahulu, kemudian keringkan
- Buka kemasan supponya
- Berbaring dengan posisi menyamping, angkat salah satu lutut ke arah dada
- Masukkan suppositoria (bagian yang runcing) ke dalam anus
- Rapatkan kedua kaki, tetap berbaring selama 5 menit hingga obat terserap sempurna
- Setelah menggunakan suppositoria, cuci kembali tangan kemudian keringkan.
Nyeri perut setelah meminum obat, adalah efek samping yang normal dan masih bisa ditolerir. Petunjuk pengunaan obat harus tetap sesuai dengan anjuran dokter dan selalu ikuti instruksi yang tertera pada kemasan.
Bagi ibu hamil dan anak di bawah 6 tahun yang membutuhkan penanganan cepat, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter di Good Doctor, ya.