Share This Article
Puasa di bulan Ramadan bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pengidap gastroesophageal reflux disease atau GERD. Ini berhubungan dengan kondisi lambung yang kosong selama berjam-jam.
Sebenarnya, bolehkah pengidap GERD tetap berpuasa? Kondisi seperti apa yang mengharuskan pengidap GERD membatalkan puasanya? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Baca juga: 10 Makanan Penambah Energi saat Puasa, Cocok Dijadikan Menu Sahur
Hubungan antara puasa dan asam lambung
Ada hubungan yang kuat antara asupan makanan dengan kondisi lambung. Dikutip dari Houston Heartburn and Reflux Center, selama berpuasa, terjadi proses sekresi ghrelin di lambung, yaitu hormon yang bisa memicu rasa lapar.
Peningkatan ghrelin dapat membuat pelepasan zat asam menjadi lebih sedikit. Ini berbeda ketika ada makanan yang masuk, lalu asam lambung juga akan meningkat. Maka dari itu, sebenarnya berpuasa bisa dikatakan dapat memperbaiki gejala dari GERD itu sendiri.
Pernyataan tersebut telah dibuktikan oleh sebuah penelitian di Universitas Indonesia yang menyebutkan bahwa pengidap GERD mengalami perbaikan gejala saat berpuasa Ramadan.
GERD sendiri adalah kondisi ketika cairan asam lambung mengalami peningkatan kadar hingga naik ke esofagus atau kerongkongan.
Gejala umum dari GERD
Umumnya, pengidap GERD akan merasakan gejala saat berbaring atau duduk, setelah makan berat, atau sesudah mengonsumsi makanan berlemak dan pedas. Tanda-tandanya meliputi:
- Heartburn: Muncul sensasi panas atau terbakar di sekitar dada, disebabkan oleh naiknya cairan asam lambung ke kerongkongan. Hal itu dipicu oleh mengendurnya otot sfingter yang ada di bawah esofagus.
- Rasa asam di mulut: Bukan hanya di kerongkongan, cairan asam lambung bisa naik hingga ke belakang tenggorokan yang menyebabkan mulut terasa asam. Kamu mungkin juga merasakan panas atau sensasi terbakar di area tersebut.
- Regurgitasi: Perasaan ketika ada makanan yang bergerak ke atas tenggorokan, bukan ke bawah. Akibatnya, kamu mungkin akan merasa ingin muntah.
- Dispepsia: Rasa terbakar dan tidak nyaman di bagian tengah atas perut, biasanya terasa seperti kembung, mual, atau disertai sendawa.
- Disfagia: Kondisi saat kamu sulit untuk menelan makanan. Bisa disebabkan oleh rasa sakit yang muncul akibat iritasi karena naiknya asam lambung ke tenggorokan.
- Asma: Baik orang dewasa maupun anak-anak bisa mengalami gejala asma karena GERD. Pemicunya adalah cairan asam lambung yang telah mengiritasi saluran udara.
Gejala yang harus diwaspadai saat puasa
Secara teori, puasa dapat meminimalkan gejala GERD. Namun, santapan sahur juga ikut berpengaruh pada kondisi tersebut. Sehingga, bukannya membaik, terkadang gejala yang muncul mungkin lebih berat.
Kamu disarankan untuk membatalkan puasa dan segera mencari bantuan medis jika mengalami tanda-tanda berikut:
- Heartburn yang berbeda dari biasanya dan cenderung lebih parah.
- Nyeri di bagian dada.
- Rasa nyeri menjalar ke lengan kiri, bahu, punggung, leher, atau rahang.
- Dada yang mengencang dan seperti ada yang meremas.
- Sesak napas.
- Sakit kepala.
Jika salah satu atau lebih gejala di atas telah kamu rasakan, jangan pernah berpikir untuk mengabaikannya. Sebab, hal itu bisa menyebabkan komplikasi yang lebih parah, seperti penyakit jantung.
Menurut American College of Gastroenterology, setidaknya ada 66 persen pasien GERD yang berkunjung ke rumah sakit karena gejala nyeri dada. Dokter akan memastikan apakah gejala itu merupakan indikasi penyakit jantung atau tidak.
Baca juga: 5 Tips agar Tubuh Tetap Bertenaga meski Sedang Berpuasa Ramadan
Langkah pencegahan saat sahur dan berbuka
Seperti yang telah disebutkan, asam lambung sangat berkaitan dengan asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh. Maka dari itu, sebagai pencegahan, kamu perlu mempertimbangkan pola dan menu makan saat sahur dan berbuka, seperti:
- Hindari makan berlebihan: Terlalu banyak makanan di perut bisa memberi tekanan terlalu tinggi, sehingga memicu asam lambung kembali naik.
- Makan perlahan: Jangan terburu-buru ketika makan. Saat sahur, luangkan waktu lebih banyak agar kamu bisa makan secara perlahan. Dibutuhkan waktu 20 menit bagi lambung untuk memberi tahu otak bahwa kamu sudah kenyang.
- Batasi makanan berminyak: Makanan yang digoreng sudah pasti memiliki kandungan lemak. Hal itu dapat memperlambat pencernaan dan memicu peningkatan asam lambung.
- Hindari makanan pedas: Menu yang pedas bisa berdampak pada cairan asam di lambung. Selain itu, makanan itu juga dapat membuatmu sakit perut.
- Bergerak setelah makan: Jangan berdiam diri setelah makan. Jalan-jalan sebentar sesudah makan bisa meminimalkan terjadinya heartburn akibat peningkatan asam lambung.
Ketika membatalkan puasa, sebisa mungkin hindari air dingin dan minumlah air hangat. Menurut Peyton Berookim, MD, pakar gastroenterologi di Gastroenterology Institute of Southern California, air hangat dapat menenangkan perut.
Jika memungkinkan, kamu juga bisa mengonsumsi teh jahe. Jahe dikenal dengan sifat antiinflamasinya yang baik untuk mengatasi gangguan pencernaan.
Nah, itulah ulasan tentang hubungan puasa dengan asam lambung yang perlu kamu tahu. Agar tetap aman berpuasa Ramadan meski mengidap GERD, terapkan beberapa tips di atas saat sahur dan berbuka, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!