Share This Article
MAT-ID-2100499-V1.0 (04/2021)
Sembelit termasuk salah satu keluhan umum saat berpuasa. Kondisi ini bisa disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah pola makan yang salah. Sembelit bisa dialami siapa saja, baik anak-anak maupun orang dewasa.
Sembelit saat puasa tentu dapat membuatmu merasa tidak nyaman. Selain itu, kondisi ini tidak boleh dibiarkan, sebab jika tidak ditangani sembelit bisa menimbulkan gangguan kesehatan lainnya. Lalu, bagaimana cara mengatasi sembelit saat berpuasa? Yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Puasa dan kesehatan pencernaan
Puasa memberikan banyak sekali manfaat bagi tubuh. Namun, jika puasa tidak diikuti dengan pola makan yang benar, ini dapat menyebabkan masalah pada sistem pencernaan.
Menurut sebuah studi di 2015, gejala dispepsia sering ditemui saat Ramadan dengan gangguan pencernaan, kembung, dan mulas, lebih umum terjadi. Terutama setelah makan terlalu banyak pada saat sahur dan berbuka puasa.
Sementara itu, penelitian dalam Journal of Nutrition Fasting and Health menemukan bahwa asam lambung dan sekresi pepsin mengalami peningkatan selama puasa Ramadan, kemungkinan terkait dengan gejala dispepsia.
Di sisi lain, masalah pencernaan umum lainnya yang juga dapat dialami saat berpuasa adalah sembelit.
Apa itu sembelit?
Sembelit atau konstipasi yakni suatu kondisi yang terjadi ketika frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dan feses menjadi sulit dikeluarkan karena teksturnya yang keras. Sembelit sendiri ditandai dengan buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu.
Sembelit dapat terjadi karena usus besar (kolon) menyerap terlalu banyak air dari feses. Pada dasarnya, makanan bergerak melalui saluran pencernaan dan kemudian nutrisi dari makanan akan diserap.
Sisa makanan kemudian berpindah dari usus kecil ke usus besar. Usus besar menyerap air dari sisa makanan tersebut dan menghasilkan zat padat yang dikenal sebagai feses. Nah, apabila kamu mengalami sembelit, makanan bergerak dengan lambat melalui saluran pencernaan.
Hal tersebut memberikan usus besar lebih banyak waktu untuk menyerap air dari limbah atau sisa makanan. Akibatnya, feses menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
Penyebab sembelit saat puasa
Perlu kamu ketahui bahwa sembelit saat berpuasa bisa disebabkan oleh kurangnya asupan serat dalam tubuh.
Makanan yang paling sering dikonsumsi saat puasa memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi. Mengonsumsi makanan tersebut tanpa dibarengi dengan asupan serat yang mencukupi dapat menyebabkan sembelit. Padahal, serat dapat membantu melancarkan saluran pencernaan.
Selain itu, sembelit saat berpuasa juga dapat disebabkan oleh dehidrasi atau tidak terpenuhi asupan cairan pada tubuh, serta kondisi medis tertentu.
Bagaimana cara mengatasi sembelit?
Sembelit adalah suatu kondisi yang tidak boleh disepelekan. Sebab, jika tidak ditangani bisa menimbulkan komplikasi. Mayo Clinic menyebut, komplikasi akibat sembelit yang perlu diwaspadai adalah pembengkakan pembuluh darah di anus (wasir), hingga usus yang menonjol dari anus (prolaps rektal).
Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi sembelit, di antaranya adalah:
1. Mengonsumsi makanan yang mengandung serat
Asupan serat yang baik dapat meningkatkan massa dan gerakan usus, sehingga membuat feses lebih mudah dikeluarkan. Secara umum, serat terbagi ke dalam dua kategori, yakni serat tidak larut dan serat larut.
Serat tidak larut terdapat dalam sayuran serta biji-bijian. Serat jenis ini dapat membantu makanan mudah untuk melalui sistem pencernaan.
Sedangkan, serat larut terdapat dalam kacang-kacangan, serta beberapa buah dan sayuran. Serat jenis ini dapat membantu untuk melunakkan kotoran.
2. Mengadopsi pola makan sehat
Beberapa makanan tertentu juga dapat membantu mencegah atau mengatasi sembelit, ini termasuk:
- Buah-buahan, seperti apel, pir, kiwi, anggur, semangka, blackberry dan raspberry
- Sayuran, seperti brokoli, bayam, serta ubi jalar
- Yoghurt
- Oat
- Sup bening
- Roti gandum utuh
Sebaiknya, batasi atau hindarilah makanan yang diproses atau mengandung karbohidrat olahan, makanan berlemak, serta makanan dengan kandungan gula yang tinggi.
3. Penuhi asupan cairan dalam tubuh
Selama berjam-jam kita tidak makan dan minum, tubuh menggunakan simpanan karbohidrat dan lemak untuk menyediakan energi setelah semua kalori dari makanan yang dikonsumsi habis. Ginjal menghemat air sebanyak mungkin dengan mengurangi jumlah yang hilang dalam urin.
Akan tetapi, tubuh tidak dapat menghindari kehilangan cairan ketika frekuensi buang air kecil meningkat, cairan dikeluarkan melalui kulit, saat bernapas atau ketika kamu berkeringat.
Sebagai upaya untuk mencegah dehidrasi saat puasa, penting bagi kamu untuk minum cukup air dan tetap terhidrasi dengan baik. Sebaiknya, batasilah konsumsi minuman berkafein. Sebab, kafein dapat menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan air melalui urin.
4. Obat pencahar atau laksatif
Selain mengatasi sembelit dengan mengonsumsi makanan bergizi dan memenuhi asupan cairan, obat pencahar atau laksatif juga dapat membantu untuk menangani kondisi ini. Laksatif sendiri terdiri dari beberapa jenis, salah satu yang paling terkenal adalah laksatif stimulan.
Laksatif stimulan bekerja dengan cara menstimulasi lapisan usus, sehingga mempercepat pergerakan feses melalui usus besar. Selain itu, laksatif stimulan juga dapat menghambat penyerapan air pada usus. Contoh dari laksatif jenis ini adalah bisacodyl.
Laksatif tersedia dalam bentuk tablet, sirup, atau suppositoria. Berbeda dengan bentuk tablet dan sirup yang dikonsumsi secara oral. Suppositoria adalah laksatif stimulan yang digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam rectum atau anus. Ini bekerja dengan cara memicu kontraksi ritmis usus dan melunakkan feses.
Atasi sembelit dengan Dulcolax
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa sembelit adalah suatu kondisi yang harus segera ditangani. Salah satu cara mengatasi sembelit adalah dengan menggunakan obat pencahar, seperti Dulcolax yang efektif dalam mengatasi sembelit.
Dulcolax mengandung bisacodyl yang merupakan laksatif yang bekerja secara lokal dengan mekanisme merangsang gerakan peristaltikusus besar dan meningkatkan akumulasi air & elektrolit di dalam lumen usus besar. Hal ini menghasilkan rangsangan buang air besar, pengurangan waktu transit dan pelunakan tinja.
Dulcolax tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet, suppositoria, hingga sirup.
Bekerja dalam waktu 6-12 jam, Dulcolax tablet dapat dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak kecil di atas umur 10 tahun. Sedangkan, bagi pasien yang membutuhkan penanganan dengan cepat dapat menggunakan Dulcolax Suppositoria yang bekerja memberikan efek laksatif rata-rata sekitar 20 menit setelah pemberian. Dulcolax Suppositoria tersedia dosis untuk anak diatas 6 tahun dan dewasa.
Dulcolax juga tersedia dalam bentuk sirup, yakni Dulcolactol yang dapat digunakan oleh anak-anak, orang dewasa, maupun lansia.
Dulcolactol mengandung Laktulosa dimana setelah terhidrolisa menjadi asam-asam organik dengan berat molekul rendah akan menaikkan tekanan osmosa dan suasana asam sehingga feses dapat menjadi lebih lunak. Dulcolactol bekerja dalam waktu 24-48 jam dan dapat menormalkan kembali fungsi fisiologis kolon.
Petunjuk penggunaan
Dulcolax Suppositoria memiliki beberapa keunggulan, yakni lebih nyaman digunakan dan tidak mengiritasi anus karena tidak terdapat bahan keras (aplikator) dan lebih cepat diabsorpsi, sehingga akan memberikan efek yang lebih cepat.
Berikut adalah petunjuk penggunaan Dulcolax Suppositoria.
- Sebelum menggunakan Dulcolax Suppositoria, cuci tangan terlebih dahulu, kemudian keringkan
- Buka kemasan supponya
- Berbaring dengan posisi menyamping, angkat salah satu lutut ke arah dada
- Masukkan suppositoria (bagian yang runcing) ke dalam anus
- Rapatkan kedua kaki, tetap berbaring selama 5 menit hingga obat terserap sempurna
- Setelah menggunakan suppositoria, cuci kembali tangan kemudian keringkan.
Ingat, selalu ikutilah instruksi pada kemasan dan penggunaan obat tetap sesuai dengan anjuran dokter. Apabila nyeri perut dirasakan setelah meminum obat, tak perlu khawatir karena ini merupakan hal yang normal dan masih bisa ditolerir.
Bagi ibu hamil dan anak yang berusia di bawah 6 tahun yang membutuhkan penanganan yang cepat, sebaiknya konsultasikan ke dokter di Good Doctor, ya.