Share This Article
Squirting adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ejakulasi pada wanita. Ini bisa terjadi ketika kamu terangsang secara seksual, tetapi belum tentu ada hubungannya dengan orgasme.
Mengingat ilmuwan tidak sepenuhnya memahami kondisi ini, dan hanya ada penelitian terbatas tentang cara kerjanya dan tujuannya. Maka pada artikel ini, kamu akan mendapat sedikit gambaran tentang hal-hal seputar squirting.
Baca juga: 3 Fakta Menarik soal Ibu Hamil dan Sex Toy, Boleh Dipakai Tidak Ya?
1. Apa itu squirting?
Squirting mengacu pada pengeluaran cairan dari wanita saat merasakan gairah seksual. Cairan ini merupakan kombinasi antara urea dan kreatinin, yang dilepaskan oleh kelenjar Skene di dalam dinding vagina dekat G-spot.
2. Dari mana ini berasal?
Kelenjar Skene, atau “prostat wanita” adalah penghasil cairan squirting yang terletak di dinding depan vagina dan mengelilingi uretra. Uretra adalah saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh.
Satu studi di 2017 menunjukkan bahwa kelenjar ini sebenarnya mampu meningkatkan jumlah bukaan di sepanjang uretra untuk menampung sekresi cairan dalam jumlah yang lebih besar.
3. Bagaimana rasanya?
Hmm… sebenarnya ini sama saja seperti menanyakan seperti apa rasanya orgasme atau berhubungan intim. Pada intinya setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Beberapa orang mengatakan itu tidak terasa seperti orgasme. Sementara yang lain mencatat bahwa itu terasa mirip, tetapi sedikit berbeda dari orgasme.
Pada beberapa kasus, tekanan pada uretra ketika mengalami squirting bahkan bisa menimbulkan sensasi ingin buang air kecil.
4. Isi cairan
Selain berisi urea dan kreatinin, analisis menunjukkan bahwa cairan ini juga mengandung asam prostat fosfatase (PSA).
PSA adalah enzim dalam air mani pria yang membantu kemampuan berenang sperma. Selain itu, cairan yang keluar saat wanita mengalami squirting juga mengandung fruktosa yang merupakan salah satu bentuk gula.
Jika kamu bertanya-tanya, apakah cairan ini sama dengan air seni? Jawabannya adalah tidak. Meski isinya mengandung sedikit urea, namun kebanyakan isinya adalah enzim prostat.
5. Apakah cairan squirting sama dengan cairan ejakulasi?
Meskipun banyak orang menggunakan istilah ini secara bergantian, namun seksolog, Dr. Jill McDevitt, PhD, mencatat bahwa keduanya adalah hal yang berbeda. Pendapat itu pun diperkuat oleh sejumlah penelitian.
Cairan squirting, biasanya tidak berwarna, tidak berbau, dan terjadi dalam jumlah banyak. Sementara cairan ejakulasi lebih mirip dengan air mani laki-laki yang kental dan tampak seperti susu.
Baca juga: 6 Penyebab Wanita Sulit Orgasme saat Bercinta, Mau Tahu Apa Saja?
6. Wajarkah ini terjadi?
Ternyata begitu! Meskipun angka pastinya sulit untuk dipastikan, survei kecil terhadap 233 sampel relawan menunjukkan bahwa sekitar 126 orang (54 persen) mengatakan bahwa mereka pernah mengalami squirting setidaknya sekali.
Sisanya sekitar 33 orang atau 14 persen mengatakan bahwa mereka mengalami ejakulasi dengan semua atau sebagian besar orgasme.
Studi terbaru tentang ejakulasi wanita yang melibatkan wanita usia 18 hingga 39 tahun dari 2012 hingga 2016 juga menyimpulkan bahwa 69,23 persen peserta mengalami ejakulasi saat orgasme.
7. Bisakah semua orang melakukan squirting?
“Ini adalah pertanyaan yang sangat kontroversial,” jawab McDevitt Mengapa? Karena penelitian tentang squirting masih sangat sedikit, dan pemahaman tentang tubuh wanita juga relatif masih sangat terbatas.
Namun secara ilmiah, tampaknya wanita manapun yang memiliki vulva punya “mekanisme” yang diperlukan untuk mengalami squirting.
Vulva adalah bagian luar organ seksual wanita yang ada di sisi vagina. Tapi itu tidak berarti setiap wanita bisa melakukannya. Diperkirakan antara 10 dan 50 persen wanita bisa mengalami squirting.
8. Manfaat kesehatan
Sampai dengan saat ini tidak ada bukti bahwa ejakulasi wanita memiliki manfaat kesehatan. Namun, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kegiatan seks itu sendiri menawarkan beberapa manfaat.
Selama orgasme maupun ejakulasi, tubuh melepaskan hormon pereda nyeri yang dapat membantu meredakan sakit punggung dan kaki, sakit kepala, dan kram menstruasi.
Segera setelah mencapai klimaks, tubuh melepaskan hormon yang mendorong tidur nyenyak. Hormon-hormon ini termasuk prolaktin dan oksitosin.
Manfaat kesehatan lainnya termasuk menghilangkan stres, meningkatkan sistem kekebalan, melindungi dari penyakit jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!