Share This Article
Ada banyak variasi yang bisa dilakukan dalam berhubungan intim, salah satunya adalah seks oral. Selain bisa dijadikan bagian dari foreplay, seks oral juga sering menggantikan aktivitas utama dari hubungan intim itu sendiri, yaitu penetrasi.
Namun, seperti vaginal dan anal, seks oral tak serta-merta bebas dari penularan suatu penyakit, salah satunya adalah kanker kerongkongan atau esofagus. Bagaimana bisa? Yuk, cari tahu jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Apa itu oral seks?
Oral seks adalah adalah salah satu variasi dari gaya bercinta dengan menggunakan mulut, bibir, dan lidah untuk memberikan stimulasi kepada pasangan. Jenis seks ini bisa dilakukan oleh pria kepada wanita atau sebaliknya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, seks oral melibatkan mulut untuk memberikan rangsangan pada penis (fellatio), vagina (cunnilingus), atau anus (anilingus).
Oral seks juga merupakan bagian dari foreplay yang kerap dilakukan sebelum proses penetrasi. Meski, tak jarang juga dua orang pasangan hanya melakukan oral seks tanpa penetrasi.
Baca juga: Arti Desahan Wanita saat Berhubungan Seks, Apakah Selalu Pertanda Baik?
Hubungan antara oral seks dan kanker
Dilansir dari Medical News Today, oral seks tidak secara langsung menyebabkan kanker di mulut, tapi dapat menyebarkan Human papillomavirus (HPV). Virus ini akan menempel pada reseptor sel di dalam tubuh dan mulai menginfeksinya.
Ketika sel-sel sehat mulai terganggu, ini adalah awal mula dari perkembangan kanker. Kanker esofagus bisa terjadi saat HPV benar-benar menginvasi sel-sel sehat di jalur tenggorokan dan kerongkongan.
Hampir semua kasus HPV yang terjadi di dalam mulut ditularkan lewat aktivitas seksual. Seks oral adalah aktivitas yang paling berisiko untuk transmisi virus. Dari sekitar 100 jenis HPV, 15 di antaranya diklaim bisa memicu terjadinya kanker.
Pria atau wanita, siapa yang lebih berisiko?
Menurut NHS UK, laki-laki memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker mulut (termasuk esofagus) dari aktivitas seks oral.
Konsentrasi HPV ditemukan lebih tinggi pada vulva (permukaan luar vagina) jika dibandingkan dengan penis. Kulit vulva sangat tipis, sedangkan kulit pada penis relatif lebih tebal dan kering. Ini akan memudahkan transmisi virus dari organ genital wanita ke mulut pria.
Kondisi ini bisa diperparah jika area di alat kelamin terdapat luka terbuka. Seperti diketahui, luka adalah tempat ideal bagi virus, bakteri, dan kuman untuk hidup dan berkembang.
Kanker esofagus dan gejalanya
Kanker esofagus adalah kanker yang terjadi di kerongkongan, tabung panjang berongga yang membentang dari tenggorokan hingga perut. Dilansir dari Mayo Clinic, kanker ini biasanya dimulai pada sel-sel yang melapisi bagian dalam esofagus.
Sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda dari kanker esofagus itu sendiri. Sebab, jika terlambat mendeteksinya, sel kanker bisa menyebar ke bagian lain dan menjadi lebih sulit disembuhkan. Gejala dari infeksi HPV yang mengarah pada kanker esofagus meliputi:
- Kesulitan menelan (disfagia)
- Nyeri dada, muncul tekanan atau sensasi terbakar
- Memburuknya gangguan pencernaan atau mulas
- Batuk atau suara serak
- Sakit tenggorokan yang berlangsung sangat lama
- Mati rasa di area dalam mulut
Bahaya lain dari oral seks
Tidak hanya kanker esofagus, seks oral juga bisa menjadi medium penularan berbagai penyakit atau infeksi menular seksual (IMS). Kutil kelamin misalnya, sama-sama disebabkan oleh HPV, bisa menular hanya dengan kontak fisik.
Begitu juga dengan beberapa IMS lainnya, seperti:
Baca juga: Sering Tak Disadari, Yuk, Ketahui Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati Penyakit HPV
Tips oral seks yang aman
Cara terbaik untuk mencegah terjadi penularan HPV adalah dengan tidak melakukan oral seks. Namun, jika kamu tetap ingin melakukannya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meminimalkan penularan HPV, salah satunya adalah menggunakan kondom.
Mengutip dari Planned Parenthood, kondom bisa memberikan perlindungan agar tidak terjadi kontak kulit. Selain itu, kondom juga dapat menghalangi cairan alat kelamin agar tidak menyentuh mulut.
Kondom saja tak cukup untuk meminimalkan risiko penularan HPV. Perhatikan dengan seksama apakah ada luka, benjolan (kutil), atau bercak di area genital masing-masing. Tanda-tanda tersebut bisa mengindikasikan adanya IMS.
Selain itu, jika kamu dan pasangan adalah orang yang aktif secara seksual, periksa ke dokter secara berkala perlu dilakukan. Ini bisa untuk deteksi dini, sehingga jika ditemukan adanya infeksi atau tanda-tanda kanker, proses penyembuhan dapat langsung dilakukan.
Nah, itulah potensi terjadinya kanker esofagus dari aktivitas oral seks yang perlu kamu tahu. Tetap terapkan seks aman untuk menurunkan potensi penularan HPV agar tak terkena kanker kerongkongan, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!