Share This Article
Pada beberapa bulan lalu, Indonesia heboh dengan kasus seorang pria dengan kelainan seksual berupa fetish terhadap objek yang dibungkus dengan kain jarik.
Kasus ini semakin menyadarkan publik jika fetish adalah sebuah hal yang nyata dan ada di masyarakat kita.
Sayangnya, pengetahuan publik tentang kelainan fetish ini masih minim. Sebenarnya, apa sih kelainan fetish itu, serta bisakah kelainan ini disembuhkan? Ini ulasannya!
Apa itu kelainan fetish?
Melansir Medicine Net, kelainan fetish atau fetishism adalah masalah di mana seseorang memiliki dorongan seksual yang berhubungan dengan benda mati. Orang tersebut menjadi terangsang secara seksual dengan memakai atau menyentuh benda tersebut.Â
Misalnya, objek fetish dapat berupa artikel pakaian, seperti pakaian dalam, pakaian karet, sepatu wanita, pakaian dalam pria, pakaian dalam wanita, dan belakangan di Indonesia muncul kasus fetish kain jarik.
Fetish dapat menggantikan aktivitas seksual dengan pasangan atau mungkin diintegrasikan ke dalam aktivitas seksual dengan pasangan yang bersedia.
Ketika fetish menjadi satu-satunya objek hasrat seksual, hubungan seksual seringkali dihindari. Gangguan terkait, yang disebut parsialisme, melibatkan terangsang secara seksual oleh bagian tubuh, seperti kaki, payudara, atau bokong.
Diagnosis kelainan fetish
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), kelainan fetish ditandai sebagai suatu kondisi di mana ada penggunaan atau ketergantungan yang terus-menerus dan berulang-ulang pada benda mati (seperti pakaian dalam). Bisa juga fokus yang sangat spesifik pada bagian tubuh, sebagian besar sering nongenital, seperti kaki untuk mencapai gairah seksual.
Hanya melalui penggunaan objek ini, atau fokus pada bagian tubuh ini, individu dapat memperoleh kepuasan seksual. Dalam versi DSM sebelumnya, gangguan fetisisme yang berputar di sekitar bagian tubuh nongenital dikenal sebagai parsialisme; dalam versi terbaru, parsialisme termasuk menjadi gangguan fetisistik.
Karena fetish terjadi pada banyak individu yang berkembang normal, diagnosis gangguan fetisistik hanya diberikan jika ada gangguan pribadi atau menyebabkan gangguan yang menyertai di kehidupan sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya sebagai akibat fetish tersebut.
Orang yang mengidentifikasi diri sebagai fetish tetapi tidak melaporkan gangguan klinis terkait akan dianggap memiliki fetish tetapi bukan gangguan fetisistik.
Baca Juga : Mengapa Banyak Pria Punya Fantasi Threesome? Ini Penjelasannya!
Gejala kelainan fetish
Tindakan seksual orang-orang dengan kelainan fetish secara khas berfokus hampir secara eksklusif pada objek fetish atau bagian tubuh.
Dalam banyak kasus, seseorang dengan gangguan fetisistik hanya dapat terangsang secara seksual dan mencapai orgasme saat fetish digunakan:
Menurut DSM-5, berikut beberapa gejala kelainan fetish:
- Aktivitas seksual menyimpang tersebut terjadi setidaknya 6 bulan dan terjadi secara berulang
- Fantasi, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan tekanan yang signifikan atau merusak fungsi sosial, pekerjaan, atau pribadi
- Objek fetish bukanlah barang dari pakaian yang digunakan dalam crossdressing dan tidak dirancang untuk stimulasi alat kelamin taktil, seperti vibrator.
Apakah kelainan fetish bisa sembuh?
Kelainan fetish tidak memerlukan pengobatan kecuali menyebabkan gangguan yang signifikan. Untuk individu yang mengalami kesusahan atau gangguan akibat fetish mereka, psikoterapi adalah pendekatan pengobatan yang paling umum.
Beberapa obat telah terbukti efektif dalam mengurangi perilaku kompulsif yang terkait dengan gangguan fetisistik bila digunakan bersama dengan terapi.
Berikut beberapa terapi yang biasanya dilakukan untuk menangani kelainan fetish:
1. Terapi seks
Terapi seks dengan terapis seks bersertifikat akan memastikan pendekatan psikoterapi yang berpengetahuan luas dan tidak menghakimi.
Seorang terapis seks akan meninjau riwayat seksual dan psikososial terperinci untuk menilai faktor-faktor yang berkontribusi pada minat fetisistik dan ekspresinya melalui dorongan, fantasi, dan perilaku.
Terapis akan mengeksplorasi permulaan dan konteks gejala yang dialami, terutama setiap perubahan dalam situasi atau isyarat yang meningkatkan pemikiran atau dorongan fetisistik.
Mereka kemudian akan menawarkan pelatihan tentang kesadaran dan teknik perilaku yang dapat dieksplorasi oleh individu atau pasangan. Kondisi psikologis yang terjadi bersamaan, seperti gangguan mood atau hiperseksualitas, juga akan dinilai dan diobati.
Baca Juga: Fantasi Seksual Suami Istri, Bikin Hubungan Makin Romantis
2. Terapi perilaku kognitif (CBT)
Terapis seks dengan pelatihan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) akan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku. Mereka mungkin menggunakan terapi keengganan atau perumpamaan terpadu untuk mengurangi minat pada objek fetisisme.
3. Terapi obat
Melansir Choosing Therapy, penelitian telah menunjukkan CBT menjadi pengobatan yang efektif untuk kelainan fetish bila digunakan bersama dengan terapi obat.
Terapi obat untuk kelainan fetish di antaranya:
- Antidepresan
Selective Serotonin Reuptake inhibitors (SSRi) seperti Prozac atau fluoxetine dapat membantu masalah gangguan mood yang terjadi bersamaan, seperti depresi atau kecemasan, serta menurunkan gairah seks.
Banyak orang yang menggunakan SSRi akan mengalami efek samping seksual, seringkali termasuk berkurangnya minat pada seks. Dorongan seks yang rendah dapat membantu impulsif yang terkait dengan pikiran dan perilaku fetishistik, namun tidak secara langsung mengatasi dorongan fetishistik tanpa terapi.
- Antiandrogen
Medroksiprogesteron asetat dan siproteron asetat adalah anggota kelas obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar testosteron sementara. Berfungsi untuk mengurangi dorongan seks dan memungkinkan terapi yang lebih efektif.
Obat-obatan ini membantu mengurangi kadar testosteron yang bersirkulasi dan mengarahkan penerima untuk teknik terapi restrukturisasi kognitif.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!