Share This Article
Beberapa ibu memutuskan untuk menunda kehamilan karena belum selesai menyusui. Tak heran jika informasi mengenai jenis KB untuk ibu menyusui yang aman menjadi penting diketahui.
Tujuannya selain bisa membantu menunda kehamilan, juga agar alat KB tidak memberikan dampak buruk pada kondisi tubuh maupun jumlah produksi air susu ibu (ASI).
Berikut adalah beberapa jenis KB yang sesuai untuk dipakai oleh ibu menyusui.
Baca Juga: Waspadai Efek Samping Pil KB: Mulai dari Mual hingga Berat Badan Naik
Pil KB
Ada yang bilang bahwa konsumsi pil KB dapat menurunkan produksi ASI. Hal ini ada benarnya, namun tidak 100 persen, karena tidak semua pil KB dapat menyebabkan hal tersebut.
Pil KB sendiri terdiri dari dua jenis, pertama yang terbuat dari kombinasi antara hormon estrogen dan progestin, dan kedua yang hanya memiliki hormon progestin.
Keberadaan hormon estrogen dapat menyebabkan produksi ASI menurun. Jadi jika kamu sedang menyusui, kemungkinan besar dokter akan meresepkan pil KB progestin, agar tidak memengaruhi produksi ASI.
Baca juga: Banyak Mitosnya, Perhatikan Efek Samping KB Spiral pada Tubuh
Intrauterine devices (IUD)
Jika Moms menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang yang tidak permanen, Moms mungkin perlu mempertimbangkan IUD (intrauterine device). Alat ini biasanya dipasang oleh dokter ke dalam rahim, setelah Moms melahirkan atau 6 minggu kemudian selama jadwal kontrol berlangsung.
Ada dua jenis IUD yang umum diberikan. Pertama yang berbentuk tembaga dan kedua yang mengandung hormon progestin.
Adapun jenis IUD yang banyak direkomendasikan bagi ibu menyusui adalah yang jenis tembaga. Ini karena jenis tersebut tidak memiliki hormon yang bisa memengaruhi produksi ASI.
Meski begitu IUD hormonal dengan kandungan progestin juga dinilai relatif aman untuk ibu menyusui, karena umumnya kadar progestinya cukup rendah dan tidak akan menyebabkan masalah dengan persediaan ASI.
Kondom
Dilansir dari Healthline, kondom adalah salah satu KB yang aman untuk ibu menyusui.
Selain bisa dipakai untuk membantu mencegah cairan sperma masuk ke dalam vagina, kondom juga merupakan satu-satunya alat kontrasepsi yang bisa mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual.
Jenis kondom yang ada di pasaran cukup beragam, di antaranya:
- Kondom laki-laki dan perempuan
- Bahan lateks dan non-lateks
- Perlu dilumasi dan tidak dilumasi
- Kondom spermisida yang bisa mematikan sperma.
Ketika digunakan “dengan sempurna”, presentasi keberhasilan kondom membantu menunda kehamilan adalah sekitar 98 persen. Ini berarti Moms dan suami harus memakainya dari awal hingga akhir hubungan seksual.
Diafragma
Mirip dengan kondom, ini adalah semacam cangkir silikon kecil yang dapat Moms masukkan ke dalam vagina hingga dua jam sebelum berhubungan. Bentuknya pas di leher rahim dan dipasang untuk mencegah sperma mencapai rahim.
Implan
Cara pemasangan implan umumnya dilakukan dengan memasukannya ke dalam kulit lengan bagian atas. Masa kerja alat ini sendiri adalah sekitar 4 tahun sejak pemasangan dilakukan secara sempurna.
Sama halnya dengan jenis KB lainnya, implan juga mengandung hormon progestin yang bertugas mencegah rahim melepaskan sel-sel telur. Implan juga berfungsi menebalkan lendir serviks, sehingga sperma akan susah mencapai sel telur.
Moms bisa melepas implan jika berencana untuk hamil, dan memasangnya kembali sebagai usaha untuk menunda kehamilan terjadi.
Suntikan Depo-Provera
Suntikan Depo-Provera adalah bentuk kontrasepsi yang bisa bertahan dalam jangka waktu cukup lama. Isinya adalah hormon progestin yang bisa membantu menunda kehamilan selama sekitar 3 bulan.
Suntikan ini biasanya memiliki sedikit efek samping seperti sakit perut, sakit kepala, hingga penambahan berat badan.
Beberapa wanita juga mengalami kehilangan kepadatan tulang saat menggunakan metode kontrasepsi ini.
Baca juga: Benarkah Spermisida Pembunuh Sperma Efektif Tunda Kehamilan?
Sterilisasi
Ada kalanya beberapa perempuan memiliki gangguan kesehatan yang membuat mereka tidak disarankan untuk hamil kembali. Beberapa di antaranya misalnya adanya kista atau sel-sel kanker pada rahim.
Untuk mencegah terjadinya kehamilan, dokter bisa menyarankan prosedur steril. Ini adalah tindakan operasi yang bertujuan memotong tuba falopi secara permanen yang merupakan saluran penyambung indung telur dengan rahim.
Risiko prosedur ini sama dengan operasi perut besar lainnya, termasuk reaksi terhadap anestesi, infeksi, dan nyeri panggul atau perut.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!