Share This Article
Vagina tidak nyaman, gatal dan akhir-akhir ini mengalami keputihan dengan bau yang tajam? Sebaiknya periksakan kondisimu, karena kamu bisa jadi mengalami gejala penyakit vulvovaginitis.
Ada banyak masalah yang bisa terjadi di area genital wanita. Penyakit vulvovaginitis adalah salah satunya. Seperti apa gejalanya, apa penyebabnya dan bagaimana mengobatinya, berikut ulasannya.
Baca Juga: Adakah Cara untuk Mengetahui Selaput Dara Sudah Robek atau Belum?
Apa itu penyakit vulvovaginitis?
Penyakit vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi di vulva dan vagina. Penyakit ini juga dikenal dengan sebutan lain, yaitu vulvitis dan vaginitis. Kondisi ini dapat dialami wanita di segala usia.
Dilansir dari Healthline, vulvovaginitis memengaruhi hampir 30 persen wanita. Kondisi ini menjadi yang paling umum terjadi, diikuti oleh vaginal candidiasis, sebagai kondisi paling umum kedua yang banyak dialami wanita di Amerika Serikat.
Apa penyebab penyakit vulvovaginitis?
Ada sejumlah penyebab penyakit vulvovaginitis. Berikut penyebab yang umum terjadi.
Bakteri
Bakteri di area kewanitaan dapat berkembang dan menyebabkan vulvovaginitis. Salah satu bakteri yang banyak ditemukan di vagina adalah gardnerella, dan jika pertumbuhannya berlebihan dapat menyebabkan masalah, salah satunya vulvovaginitis.
Selain itu bakterial vaginosis, kondisi yang bisa terjadi karena ketidakseimbangan organisme di vagina juga bisa menjadi penyebab vaginitis. Kondisi ini bisa terjadi kepada wanita dalam berbagai usia.
Jamur
Candida albicans adalah salah satu jenis jamur yang paling umum menyebabkan infeksi vagina. Kamu akan merasakan gatal dan mengalami keputihan berwarna putih pekat dengan tekstur seperti keju cottage.
Virus
Vulvovaginitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dua virus yang umum menyebabkan infeksi ini adalah herpes dan human papillomavirus (HPV).
Parasit
Salah satu yang umum menyebabkan infeksi di vagina adalah trichomonas vaginalis. Bisa ditularkan saat berhubungan seksual. Selain itu cacing kremi, kudis dan kutu juga bisa menyebabkan peradangan di vulva dan vagina.
Selain dari yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lainnya, seperti:
- Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore
- Penurunan hormon, yang umum terjadi saat menopause atau setelah melahirkan
- Alergi pada pelumas seks, lotion, deterjen dan bahan-bahan lainnya
Siapa saja yang lebih berisiko?
Ada sejumlah faktor risiko yang perlu kamu ketahui dari penyakit ini. Jika mengalami salah satu di antaranya, maka kamu berisiko lebih tinggi mengalami vulvovaginitis.
- Perubahan hormonal seperti pengaruh pil KB, karena kehamilan atau karena menopause
- Aktivitas seksual
- Mengidap penyakit infeksi menular seksual
- Menggunakan alat kontrasepsi spermisida, yang biasanya disemprotkan ke vagina, untuk memperlambat sperma menuju sel telur
- Pengguna kontrasepsi intrauterine device (IUD)
- Sering menggunakan semprotan atau deodoran vagina
- Douching
- Memakai baju ketat dan lembap
- Diabetes yang tidak terkontrol.
Apa gejala dan ciri-ciri penyakit vulvovaginitis?
Meski ada berbagai gejala, karena biasanya berbeda-beda tergantung dari penyebabnya, tapi secara umum, akan menunjukkan gejala seperti:
- Iritasi pada area genital
- Gatal
- Peradangan di sekitar labia dan area perineum
- Keputihan bertambah banyak dan berbau tajam
- Tidak nyaman saat buang air kecil.
Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi?
- Jika mengalami vulvovaginitis kemungkinan juga akan mengalami infeksi menular seksual, karena keduanya dapat berkaitan.
- Sementara pada ibu hamil, apabila mengalami vaginitis, kemungkinan mengalami persalinan prematur dan bayi terlahir dengan berat badan rendah.
Bagaimana cara mengatasi dan mengobati penyakit vulvovaginitis?
Pengobatan penyakit vulvovaginitis tergantung dari penyebabnya. Dokter akan mendiagnosis terlebih dahulu sebelum merekomendasikan pengobatan. Berikut adalah pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi vulvovaginitis.
Pengobatan rumahan
Ada sejumlah obat yang dijual bebas, seperti krim vagina, supositoria, salep dan obat minum untuk infeksi ini.
Sementara itu, kamu juga bisa mencoba mengobatinya dengan obat-obatan alami seperti menggunakan yoghurt dan bawang putih. Namun memeriksakannya terlebih dulu ke dokter sebaiknya dilakukan untuk mencegah kondisi semakin memburuk.
Obat medis berdasarkan resep dokter
Obat yang mungkin diresepkan oleh dokter di antaranya:
- Krim antibiotik yang dioleskan ke area genital
- Antibiotik obat minum
- Krim antibakteri yang dioleskan ke kulit
- Krim antijamur yang dioleskan ke kulit
- Antijamur obat minum
- Antihistamin jika disebabkan alergi
- Krim estrogen.
Selain menggunakan obat medis atau alami, menjaga kebersihan area genital juga penting. Pemilihan baju yang longgar juga bisa kamu lakukan.
Jika diperlukan, mengompres area genital dengan kompres dingin dapat membantu mengurangi rasa sakit akibat peradangan dan pembengkakan.
Baca Juga: Dari Mana Kutu Kemaluan Berasal? Ini Penjelasannya
Bagaimana cara mencegah penyakit vulvovaginitis?
Menjaga kebersihan adalah cara utama untuk mencegah vulvovaginitis. Tapi beberapa hal berikut ini bisa kamu lakukan untuk menghindari infeksi pada vagina:
- Menghindari douching atau menggunakan pembersih vagina, karena justru dapat mengganggu bakteri baik di vagina dan meningkatkan risiko infeksi.
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Kondom akan melindungimu dari infeksi yang menyebar melalui hubungan seksual.
- Memakai pakaian yang nyaman. Jangan mengenakan baju ketat dan yang terpenting, pilih bahan katun untuk pakaian dalammu agar kelembapan tetap terjaga.
Demikian informasi tentang penyakit vulvovaginitis yang umum dialami wanita.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar info sehat lainnya? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!