Share This Article
Zat besi merupakan mineral penting untuk fungsi hemoglobin, yakni protein yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen di dalam darah. Tak hanya itu, zat besi juga memiliki peran penting dalam berbagai proses penting lainnya dalam tubuh.
Perlu diketahui, asupan zat besi yang cukup bisa mengoptimalkan perkembangan kognitif anak. Nah, untuk mengetahui manfaat zat besi untuk perkembangan kognitif anak lebih lanjut, yuk, simak penjelasan berikut.
Baca juga: Bolehkah Mengolah Terong untuk MPASI? Yuk Simak Penjelasannya!
Berapa kebutuhan zat besi untuk anak?
Recommended Daily Allowance atau RDA menyebutkan bahwa kebutuhan zat besi bergantung pada usia dan jenis kelamin seseorang. Kebutuhan anak akan zat besi yang perlu diketahui, yakni sebagai berikut:
- Bayi. Biasanya, umur 0 sampai 6 bulan membutuhkan 0,27 milligram sementara 7 sampai 12 bulan membutuhkan 11 mg zat besi.
- Anak-anak. Usia 1 sampai 3 tahun membutuhkan 7 mg dan usia 4 sampai 8 tahun membutuhkan 10 mg zat besi.
- Remaja. Usia 9 sampai 13 tahun membutuhkan 8 mg serta 14 sampai 18 tahun perempuan dan laki-laki, masing-masing membutuhkan 15 mg dan 11 mg zat besi.
Zat besi bertugas untuk memindahkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membantu otot menyimpan serta menggunakan oksigen. Jika anak kekurangan zat besi, maka mungkin akan mengalami kondisi yang disebut dengan iron deficiency.
Benarkah zat besi bisa mengoptimalkan perkembangan kognitif?
Dilansir dari Karger.com, beberapa uji coba terkontrol secara acak telah mengevaluasi efek suplementasi zat besi pada ibu hamil untuk melihat hasil perkembangan anak.
Sebuah uji coba skala lebih kecil di Australia membandingkan kinerja kognitif pada anak usia 4 tahun dari ibu yang secara acak menggunakan zat besi selama kehamilan.
Hasilnya, lebih banyak anak dalam kelompok zat besi memiliki skor perilaku abnormal yakni 16 persen dibandingkan dengan kelompok kontrol sebanyak 8 persen.
Secara kolektif, bukti klinis tampaknya tidak menunjukkan bahwa suplementasi zat besi pada saat kehamilan dapat menyebabkan perbaikan dalam perkembangan anak.
Alasan penting untuk mencegah anemia pada anak-anak adalah peningkatan perkembangan kognitif jangka panjang dan pendek. Beberapa uji coba secara acak telah membahas efek intervensi zat besi pada perkembangan kognitif anak.
Dua studi awal mengevaluasi efek pengobatan parenteral besi pada perkembangan kognitif. Dalam 8 hari pengobatan, anak-anak mulai menunjukkan perbaikan nyata dan ditemukan menjadi lebih waspada, responsif, serta meningkatkan motorik kasar dan halus.
Data ini juga memberikan bukti awal bahwa intervensi zat besi bisa meningkatkan kinerja kognitif pada bayi yang kekurangan zat besi. Anak-anak yang menerima peningkatan nutrisi akan mengalami perkembangan dalam kognitif, bahasa, dan sosial-emosional pada usia 12 bulan.
Dengan demikian, percobaan ini mungkin telah mengidentifikasi perbaikan awal sementara dalam perkembangan kognitif. Peneliti menyimpulkan bahwa zat besi mampu meningkatkan perkembangan anak, termasuk kognitif.
Apakah penyediaan zat besi bisa membahayakan?
Muncul kekhawatiran bahwa pemberian zat besi dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu perkembangan kognitif jangka panjang. Penelitian kemudian dilakukan pada bayi yang memiliki cukup kadar zat besi dan diberikan tambahan nutrisi zat besi.
Dari penelitian tersebut, hasilnya adalah tidak menunjukkan peningkatan perkembangan kognitif atau psikomotorik. Namun, pada usia merangkak diketahui mengalami perkembangan 5 hari lebih awal.
Meskipun ada bukti jelas untuk manfaat zat besi, berupa perkembangan kognitif anak, akan tetapi bukti untuk jangka panjangnya masih sedikit. Demikian pula, efek zat besi yang diberikan saat kehamilan pada perkembangan kognitif awal dan jangka panjang tetap belum jelas.
Sumber zat besi
Ada dua jenis zat besi yang dikenal sebagai heme dan non-heme. Sumber makanan hewani, termasuk daging dan seafood mengandung zat besi heme. Zat besi jenis ini lebih mudah diserap oleh tubuh sehingga cukup direkomendasikan.
Sedangkan, zat besi non-heme bisa ditemukan pada tumbuhan. Namun, mengharuskan tubuh untuk mengambil lebih banyak langkah untuk menyerapnya. Sumber zat besi jenis ini, termasuk kacang-kacangan, kedelai, sayuran, dan biji-bijian yang diperkaya.
Ketersediaan hayati zat besi heme dari sumber hewani bisa mencapai 40 persen. Besi non-heme dari sumber nabati memiliki ketersediaan hayati antara 2 hingga 20 persen.
Di samping itu, mengonsumsi makanan kaya vitamin Z bersama dengan sumber zat besi non-heme dapat meningkatkan penyerapan secara drastis.
Baca juga: Perut Begah Saat Hamil: Penyebab dan Cara Mengatasinya
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!