Share This Article
Meski memiliki keterbatasan, anak difabel juga berhak mendapat akses belajar yang layak. Menurut data UNICEF, hampir 3 dari 10 anak dengan disabilitas tidak pernah mengenyam pendidikan.
Memilih sekolah untuk anak berkebutuhan khusus juga bukan perkara mudah, karena ada beberapa hal yang patut dipertimbangkan dan dipersiapkan. Apa saja? Yuk, temukan jawabannya dengan ulasan berikut ini!
Baca juga: Yuk, Kenali dan Pahami, Apa itu Inklusivitas Disabilitas dan Mengapa Penting bagi Kehidupan Sosial
Tips memilih sekolah untuk anak difabel
Ada banyak hal yang perlu disiapkan sebelum mendaftarkan anak difabel di suatu sekolah. Mulai dari menentukan jenis sekolah yang dituju hingga mengecek sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang yang dimiliki.
1. Tentukan jenis sekolah
Sebelum menentukan sekolah mana yang akan Moms pilih untuk buah hati tercinta, pikirkan lebih dulu jenis layanan pendidikannya. Ada beberapa jenis sekolah yang bisa Moms pertimbangkan, yaitu:
Sekolah umum
Sekolah umum bisa menjadi pilihan untuk tempat belajar ideal bagi si Kecil. Tak perlu khawatir, beberapa sekolah sudah menyediakan dan mempersiapkan sarana dan fasilitas penunjang untuk siswa difabel.
Pemerintah sendiri telah menerbitkan payung hukum melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif, yang diperkuat dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Salah satu dari implementasi peraturan tersebut adalah dibentuknya Unit Layanan Disabilitas (ULD) di beberapa sekolah.
Sekolah Luar Biasa (SLB)
Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah jenis layanan pendidikan yang banyak dipilih oleh para orang tua. SLB memang sekolah yang dikhususkan untuk para penyandang disabilitas.
Mengutip dari website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, SLB dibedakan menjadi enam jenis berdasarkan penggolongan keterbatasan fisik, yaitu:
- SLB A: Disediakan bagi anak tunanetra atau yang memiliki hambatan dalam indra penglihatan. Media pembelajarannya menggunakan buku braille dan tape recorder
- SLB B: Disediakan bagi anak tunarungu atau yang punya kekurangan dalam indra pendengaran. Media pembelajarannya berupa ujaran dengan gerakan bibir yang dipadukan dengan cued speech, yaitu gerakan tangan sebagai pelengkap
- SLB C: Ditujukan untuk anak tunagrahita atau individu dengan intelegensi di bawah rata-rata dan atau tidak punya kemampuan adaptasi (cenderung menarik diri dari lingkungan). Pembelajaran yang digunakan adalah tentang bina diri dan sosialisasi
- SLB D: Ditujukan untuk anak tunadaksa atau yang memiliki kekurangan anggota tubuh. Pendidikan di SLB D fokus pada pengembangan potensi diri siswa agar bisa mandiri
- SLB E: Ditujukan untuk anak tunalaras atau yang tidak selaras dengan lingkungan (tidak dapat mengukur emosi dan sulit menjalani fungsi sosial)
- SLB G: Ditujukan untuk tunaganda, yaitu anak yang punya kombinasi kelainan. Biasanya sulit berkomunikasi dan perkembangan saraf motorik terlambat
Homeschooling
Homeschooling atau sekolah di rumah memberi orang tua kendali dan fleksibilitas yang tinggi, sehingga program pendidikan untuk anak bisa disesuaikan.
Anak juga mempunyai kesempatan lebih besar dalam menciptakan keterampilan dengan berfokus pada bidang kebutuhan yang diinginkan.
2. Cari tahu lingkungan sekolah
Jika Moms memutuskan untuk memilih sekolah publik non-homeschooling, pertimbangkan lebih dulu sarana dan prasarana yang dimiliki.
Mengutip dari Association for Children with a Disability, penyandang disabilitas membutuhkan banyak akses khusus dan peralatan penunjang dalam beraktivitas.
Perhatikan aksesibilitas di ruang kelas, halaman, dan fasilitas lainnya. Jika semua akses dirasa bisa memudahkan anak untuk beraktivitas di sekolah tersebut, tak ada salahnya segera mendaftarkannya.
Sebaliknya, jika akses dan fasilitas penunjang dirasa kurang cukup, konsultasikan dengan kepala sekolah atau staf untuk mencari solusi.
3. Ajak anak mengunjungi sekolah
Mengajak anak berkunjung ke sekolah sebelum mendaftarkannya adalah hal yang bijak. Sebab, ini bisa membantu Moms mengetahui apakah si Kecil merasa senang atau justru sebaliknya saat berada di calon sekolahnya.
Jika anak tak menunjukkan minat, hal tersebut bisa berpengaruh pada proses pembelajaran yang akan diterima. Begitu juga sebaliknya, jika anak menyukai calon sekolahnya setelah melihat fasilitas yang dimiliki, kemungkinan proses pembelajaran bisa berlangsung optimal.
4. Layanan kesehatan dan pendamping
Anak yang berstatus penyandang disabilitas membutuhkan perlakuan khusus selama berada di sekolah. Moms perlu mencari tahu apakah di sekolah tersebut tersedia layanan kesehatan atau pendamping sesuai dengan jenis kebutuhan khusus yang dimiliki anak.
Ini penting, karena bisa membantu dalam penanganan darurat ketika ada sesuatu yang tidak diinginkan pada si Kecil.
5. Pertimbangkan masukan orang lain
Menentukan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus tak semudah yang dibayangkan. Setelah berkunjung dan melihat-lihat fasilitas sekolah, tak ada salahnya juga untuk meminta pendapat atau masukan dari orang lain, terutama para orang tua yang telah menyekolahkan anaknya di tempat itu.
Pendapat atau masukan dari orang lain bisa membantu Moms memahami banyak hal yang sebelumnya belum diketahui.
Jika masih bingung, konsultasikan bersama dokter anak terpercaya secara online melalui Good Doctor. Akses layanannya 24/7 dengan download aplikasi Good Doctor di sini!