Share This Article
Kondisi orang tua yang berpisah karena perceraian, penuh konflik, atau kondisi broken home lainnya bisa berpengaruh buruk pada kesehatan mental atau psikologis anak.
Apalagi jika anak masih berada di usia sekolah atau usia remaja. Dampak psikologis akibat keluarga yang broken home bisa terbawa sampai mereka tumbuh dewasa.
Dampak negatif broken home bagi psikologis anak
Lalu, apa saja sih dampak psikologis dari keluarga broken home kepada anak? Berikut pembahasannya!
1. Perasaan malu
Rasa malu, rendah diri, dan kurangnya keterampilan sosial adalah masalah bagi banyak anak korban broken home. Ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang terjebak di tengah perceraian yang berantakan.
Setelah orang tua bercerai, suka atau tidak suka, tingkat kenyamanan anak akan terpengaruh. Perubahan drastis ini bisa membuat anak menarik diri dari dunia luar.
Sebagai orang tua ada baiknya merangkul anak sedini mungkin. Menjadi pemalu itu baik-baik saja, tetapi menjadi terlalu pemalu dapat memengaruhi hampir semua aspek kehidupan anak.
2. Kurangnya percaya diri
Kurangnya kepercayaan diri dan perasaan malu berjalan hampir beriringan. Karena rasa malu dan kurang percaya diri anak lebih suka menyendiri dan menarik diri dari hubungan sosial.
Ini bisa saja terjadi karena anak menyalahkan dirinya sendiri atas perpisahan orang tua. Segalanya berjalan dengan baik, hidup tampaknya terkendali, bahagia, tetapi perceraian mengakhiri hal itu bagi banyak anak.
Mereka tidak lagi merasa puas dengan hidup, karena hal-hal tidak lagi berjalan lancar. Rasa kurang percaya diri ini cenderung terlihat di sekolah. Anak kurang atau tidak berkontribusi dan cenderung tidak mau bersosialisasi.
3. Depresi
Depresi yang parah adalah gangguan kesehatan mental yang serius dan dapat menyebabkan banyak efek lain. Perceraian dan keluarga broken home dapat menyebabkan efek traumatis mendalam pada anak.
Depresi pada anak dapat memengaruhi cara anak bersosialisasi, berinteraksi dengan orang lain, dan cara berteman. Perasaan negatif terkurung dalam dirinya dan kemudian bisa meledak atau mengakibatkan hal-hal lain yang bisa menjadi bencana.
Depresi ini tidak hanya muncul akibat perceraian. Pola asuh seorang ibu yang depresi juga bisa berdampak pada anak. Jika Moms membesarkan anak dan merasa seperti sedang mengalami depresi, segera cari bantuan dari ahli medis.
4. Pikiran bunuh diri
Ini adalah dampak serius yang pastinya semua orang tua tidak inginkan. Kasusnya memang tergolong langka, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Pikiran untuk bunuh diri muncul karena depresi anak-anak yang merasa segala hal dalam hidup mereka mengalami penurunan, situasi yang tidak dapat mereka bayangkan menjadi lebih baik.
Keadaan depresi yang serius ini bisa sangat sulit didiagnosis dan diobati pada anak-anak. Segera hubungi bantuan psikolog atau dokter anak jika anak kamu mulai menunjukkan gejala depresi.
5. Dampak pada performa akademik
Keluarga broken home pada anak usia sekolah bisa berdampak negatif pada performa anak di bidang akademik. Proses belajar mereka jadi susah fokus karena masalah yang mereka hadapi di rumah.
Anak-anak bisa saja memiliki banyak pikiran yang berputar-putar di kepala kecil mereka, perasaan negatif, kekhawatiran, kesedihan, dan kecemasan.
6. Perilaku negatif anak
Selain performa akademik yang menurun, perceraian juga bisa memengaruhi hubungan sosial anak-anak dalam beberapa cara.
Pertama, beberapa anak menunjukkan kesusahan mereka tentang keluarga mereka yang hancur dengan bertindak agresif dan dengan melakukan perilaku penindasan, yang keduanya dapat berdampak negatif pada hubungan teman sebaya.
Remaja dari keluarga yang berantakan mungkin mengembangkan sikap sinis terhadap hubungan dan memendam perasaan tidak percaya, baik terhadap orang tua dan calon pasangan romantis mereka di masa depan.
7. Perilaku antisosial
Kebanyakan pada anak laki-laki bisa menunjukkan perilaku mengamuk, menjadi semakin tidak patuh dan bahkan bisa menjadi kasar terhadap orang tua mereka atau orang lain di sekitar mereka.
Ini bisa menjadi cara sederhana untuk menampilkan emosi, tetapi jika berkembang, bisa mengarah pada sesuatu yang dokter suka anggap sebagai gangguan menentang oposisi: ketidaktaatan berulang dan terus-menerus terhadap figur otoritas, yaitu orang tua dan guru.
Kondisi ini tentu saja dapat berdampak negatif pada kehidupan sehari-hari anak, dan jika tidak dihentikan sejak awal dengan manajemen orang tua atau bantuan psikolog maka itu dapat berkembang dan menjadi masalah seumur hidup.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!