Share This Article
Sebagai orang tua, Moms pasti sering mengajarkan bagaimana anak untuk berbagi. Seperti berbagai mainan dengan saudara atau teman, misalnya.
Namun aktivitas “berbagi” ini bukanlah hal yang mudah. Sebab anak-anak pada usia balita sangat sensitif dan bahkan posesif sehingga seringkali mereka tidak mau berbagi barang miliknya atau melarang orang lain berdekatan dengan orang tuanya.
Tapi sebenarnya apa sih yang menyebabkan sifat semacam itu tertanam pada anak-anak, serta bagaimana cara mengatasinya? Berikut pembahasannya!
Tanda anak posesif
Anak-anak bisa jadi posesif karena sejumlah alasan, terutama selama tahap berbagai hal ia sebut dengan “itu milikku”. Tanda-tanda posesif pada anak meliputi:
- Tidak mau berbagi mainan
- Tidak mau berbagi orang tua, kedua orang tua, atau teman favorit
- Kepemilikan atas saudara baru
- Kepemilikan atas ruang atau bagian favorit dari suatu ruangan atau latar
- Bersifat bossy atau menjadi bos dan menghentikan anak-anak lain dari waktu bermain atau aktivitas lain
Kenapa anak balita sangat posesif?
Jadi, mengapa balita dengan keras kepala menolak untuk berbagi? Jawaban sederhananya adalah, mereka tidak bisa. Anak usia dua tahun tidak dapat diharapkan untuk berbagi, karena mereka belum sepenuhnya memahami bahwa orang lain memiliki keinginan yang dapat bertentangan dengan keinginan mereka sendiri.
Mereka hanya tahu apa yang mereka inginkan, pada saat ini, dan apa yang mereka inginkan adalah “milikku”. Balita sedang dalam kesulitan memahami kepemilikan untuk pertama kalinya.
Mereka memandang objek sebagai bagian dari diri mereka, Moms pasti tahu saat mereka memegang erat-erat apa pun yang mereka beri label “milikku”. Bagian ini bisa membuat orang tua khawatir, karena terlihat sangat egois dari pandangan orang dewasa.
Namun Moms jangan terlalu khawatir karena mereka tidak tinggal di tahap ini selamanya. Tapi tetap saja, itu salah satu yang harus mereka lewati.
Saat otak mereka berkembang dan mereka mulai memahami orang lain sebagai manusia, mereka juga memasuki dunia pertemanan. Dan saat itulah mereka mulai menjadi lebih baik dalam bekerja sama dan berbagi.
Proses “berbagi” pada anak balita
Pertama-tama, tugas balita adalah mencari tahu apa arti kepemilikan. Ini secara bertahap akan berubah saat mereka mulai bermain dengan teman sebaya. Saat mereka ingin berteman, mereka memiliki motivasi lebih untuk berbagi.
Anak usia tiga dan empat tahun menjadi lebih baik dalam berbagi karena mereka memiliki perasaan yang lebih berkembang tentang apa yang “milik saya” dan rasa “orang lain” yang lebih berkembang tetapi mereka sering bingung dan bertindak dengan cara yang tampak egois di mata orang tua.
Pemahaman soal “waktu” pada anak
Pada usia ini, anak-anak tidak memiliki atau hanya memiliki sedikit rasa tentang waktu, yang juga membuat berbagi hampir mustahil. Bahkan saat mereka mengatakan “nanti pinjam lima dulu!” yang mereka maksud adalah “jangan sekarang”.
Menyerahkan apa yang mereka miliki dengan alasan atau kerangka “giliran dia” atau “giliran kamu yang berikutnya” membutuhkan kesadaran akan waktu. Bagi balita, ini adalah aturan sewenang-wenang yang dibuat oleh orang dewasa yang berkuasa.
Sebenarnya, apa yang diinginkan balita, mereka inginkan sekarang. Kemudian ada keinginan untuk membantu orang lain. Balita, terutama pada usia dua tahun, memiliki sedikit pemahaman tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Itu akan datang nanti.
Yang mereka tahu adalah “Aku”. Gagasan bahwa orang lain menginginkan apa yang mereka miliki tidak bisa mereka pahami.
Bagaimana orang tua bersikap pada balita yang posesif?
Jika ini terjadi, apa yang dapat Moms lakukan untuk membantu anak membuang beberapa sifat posesif? Hormati perasaan kepemilikan sejak dini. Jangan memaksa balita untuk berbagi.
Berikut beberapa tips yang Moms bisa lakukan pada anak untuk mengatasi masalah posesif mereka
1. Minta mereka untuk bergiliran
Anak-anak masih belum memahami konsep berbagi, dan cenderung berpegang pada sesuatu. Jadi, jika anak Moms ingin duduk di ayunan yang ditempati oleh anak lain, mungkin akan terjadi konflik.
Balita yang saat ini duduk di ayunan tidak akan mau turun, dan anak Moms pasti akan menuntut apapun kecuali ayunan itu. Cara sederhana, namun salah, dalam menghadapi situasi tersebut adalah menyeret anak Moms pergi.
Pendekatan terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan meminta kedua anak untuk bergiliran menggunakan ayunan. Giliran ini mungkin untuk beberapa menit untuk masing-masing. Itu tidak hanya akan membuat kedua anak senang tetapi juga membantu mereka memahami arti berbagi.
2. Menghibur dan menenangkan mereka
Balita memiliki rasa keterikatan yang dalam dengan orang tua, dan itu adalah satu hal di dunia ini yang mereka benci untuk dibagikan. Jadi, jika dia melihat bayi lain duduk di pangkuan Moms, dia pasti kesal.
Dia akan memaksa Moms untuk menyingkirkan bayi itu dan membawanya ke pangkuan. Moms harus memahami bahwa selama ini pangkuan Moms hanya untuk mereka dan tidak boleh diambil oleh orang lain.
Meskipun Moms mungkin merasa malu dengan perilaku seperti itu, tidak bijaksana untuk berteriak atau memarahi anak. Cukup menghibur dan meyakinkan mereka. Beri tahu mereka bagaimana ibunya tetap menjadi miliknya, tidak peduli siapa yang duduk di pangkuan.
3. Hormati rasa kepemilikan mereka
Ada kalanya anak Moms mendapat tamu dan saat teman bermainnya tiba, dia akan meminta Moms untuk memegang beberapa mainan. Dia mengambil tindakan ini untuk menghentikan tamu bermain dengan mainan favoritnya.
Ia pun merasa mainannya akan aman di tangan Moms. Sama seperti Moms memiliki hal-hal favorit tertentu, yang jarang Moms bagikan, balita juga memiliki hal serupa.
Yang berbeda adalah pikiran polosnya tidak tahu seni penyembunyian. Cara termudah untuk mengatasi situasi seperti itu adalah menyembunyikan mainan favorit balita Moms sebelum teman bermainnya tiba. Ini akan menghindari konflik.
4. Luangkan waktu yang cukup
Salah satu dari banyak alasan perilaku posesif mungkin adalah jadwal sibuk orang tua mereka. Sebagai orang tua, Moms memiliki daftar panjang tugas yang harus dilakukan, yang membuat Moms sibuk sepanjang hari.
Jadi, anak kerap tidak mendapat perhatian cukup dari orang tua. Hal ini bisa membuat anak merasa kesepian dan tidak aman.
Moms harus memiliki slot waktu tertentu sepanjang hari, dan secara khusus sebagian waktu di malam hari, di mana Moms tidak melakukan apa-apa selain menghabiskan waktu bersama anak. Ini pasti akan mengatasi kekhawatiran ketidakamanannya.
5. Berikan contoh bagaimana berbagi
Anak-anak cenderung meniru tindakan orang tuanya. Dan ini bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah. Jadi, ketika teman Moms meminjamkan buku dari Moms, gunakan kesempatan ini untuk mengajari anak tentang berbagi.
Katakan padanya bagaimana berbagi buku ini membuat Moms menjadi teman yang baik dan bagaimana berbagi itu sangat penting untuk mendapatkan teman.
Jika Moms menonton film bersama dan berbagi berondong jagung dari wadah yang sama, ini adalah saat yang tepat untuk mengajari anak nilai berbagi. Tunjukkan padanya bagaimana berbagi bisa meningkatkan kesenangan.
6. Menjadi mediator saat permainan
Saat anak bermain dengan anak sebayanya, Moms perlu mengambil sikap aktif. Pendekatan menunggu dan menonton tidak berhasil jika Moms ingin mengajari anak pelajaran yang sangat penting dalam hidup.
Moms lebih baik masuk ke dalam permainan, meminta anak-anak untuk berbagi barang dan tunjukkan kepada mereka bahwa memberikan mainan favorit mereka kepada teman bermain tidak berarti kehilangannya. Ambil jaket kuning favorit anak dan berikan kepada anak lain, dan setelah beberapa detik ambil kembali. Ini akan menenangkan saraf anak.
7. Jangan terburu-buru ikut campur
Saat anak sedang bertengkar berebut mainan dengan anak lain, Moms tidak boleh terlalu cepat terburu-buru untuk ikut campur. Adalah bijaksana untuk berdiri di pinggir dan mengawasi anak-anak selama beberapa waktu.
Anak-anak juga membutuhkan ruang dan waktu mereka, jadi jangan terburu-buru ke tempat kejadian kecuali jika benar-benar dibutuhkan. Berikan waktu kepada kedua anak tersebut, dan Moms mungkin menemukan bahwa mereka telah menyelesaikan konfliknya sendiri.
8. Bersabarlah
Moms tidak dapat mengharapkan anak untuk melepaskan sifat posesifnya dalam semalam, itu akan menjadi perkembangan yang bertahap.
Ketika Moms meminta anak itu untuk berbagi biskuit dengan anak lain, Moms akan menemukan bahwa dia hanya memberi sedikit. Jangan berkecil hati dengan ini. Ini hanyalah permulaan, dan dengan bimbingan Moms, dia akan segera mempelajari seni memberi.
Sekali lagi, jangan berharap anak-anak seusia ini untuk berbagi dengan sukarela, tulus, atau murah hati, mereka belum mengerti. Mereka tidak kasar atau egois. Mereka tidak bisa mengerti dengan cara yang nyata atau tulus. Otak mereka belum memiliki kapasitas itu.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!