Share This Article
Anak trauma BAB biasanya terjadi karena merasa kesulitan dan tertekan saat mengeluarkan tinja. Perlu diketahui, kesulitan buang air besar atau BAB umum terjadi pada bayi maupun anak-anak, namun jika sudah parah bisa menyebabkan trauma.
Tak hanya itu, anak mengalami trauma buang air besar juga bisa terjadi akibat faktor lain yang mendasari. Nah, untuk mengetahui penyebab anak trauma BAB dan cara mengatasinya yuk simak penjelasan lebih lanjut berikut.
Baca juga: Keringat Buntet pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Apa saja penyebab anak trauma BAB?
Dilansir dari Webmd, balita atau anak-anak memiliki suasana hati dan keinginan yang bisa berubah dengan cepat. Bahkan, sesuatu yang mendasar seperti pergi ke kamar mandi untuk buang air besar bisa menjadi sangat rumit.
Terkadang, masalah buang air besar ini akan menyebabkan masalah jangka panjang seperti trauma. Beberapa penyebab anak trauma BAB yang mungkin perlu kamu ketahui, antara lain sebagai berikut:
Sembelit
Salah satu penyebab anak trauma BAB adalah kesulitan mengeluarkan tinja atau sembelit. Biasanya, seorang anak akan buang air besar sekali dalam sehari. Namun, jika kurang dari tiga kali seminggu atau lebih jarang dan tinja keras sehingga sulit dikeluarkan maka dikatakan mengalami sembelit.
Ketika sembelit anak berlangsung selama dua minggu atau lebih, maka disebut sembelit kronis dan bisa menyebabkan trauma.
Beberapa gejala sembelit yang harus diketahui, yakni sakit perut, kembung, mual, kehilangan selera makan, menangis atau menjerit saat BAB, dan menghindari toilet.
Sembelit pada anak dapat terjadi akibat berbagai faktor, meliputi kekurangan cairan, perubahan pola makan, menahan tinja, serta takut akan ketidaknyamanan saat BAB.
Jika hal ini dibiarkan, kotoran dapat menumpuk di bawah usus, semakin besar dan keras sehingga menyakitkan saat dikeluarkan.
Irritable bowel syndrome atau IBS
IBS menjadi penyebab anak trauma BAB karena merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan sakit perut, diare, sembelit, kembung, atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Biasanya, IBS terjadi pada orang-orang dari segala usia termasuk anak-anak.
Beberapa anak-anak mungkin mengalami diare sebagai gejala dominan, sementara lainnya mengalami sembelit. Bahkan, anak-anak tertentu memiliki gejala yang bergantian antara diare dan sembelit sehingga muncul rasa enggan untuk BAB.
Anak trauma BAB karena toilet training
Latihan untuk menggunakan toilet atau toilet training dapat pula menjadi faktor utama anak trauma BAB. Ketika belum siap secara emosional dan fisik untuk menggunakan toilet, maka biasanya beberapa anak akan menahan buang air besar sehingga menyebabkan sembelit.
Sembelit dikaitkan dengan trauma BAB karena tinja yang dikeluarkan menyebabkan rasa sakit. Karena itu, apabila anak dipaksakan menggunakan toilet saat sembelit maka akan mengakibatkan masalah baru termasuk trauma.
Banyak anak yang mengalami pengalaman buruk karena terus menghindar dari pelatihan toilet. Jika ingin mulai membiasakan penggunaan toilet pada anak, maka kamu perlu membimbingnya secara perlahan.
Bagaimana cara mengatasi anak trauma BAB?
Trauma buang air besar pada anak bisa diatasi berdasarkan penyebab yang mendasari. Beberapa cara mengatasi anak yang trauma buang air besar, yakni sebagai berikut:
Lakukan diet
Ketika anak mengalami sembelit, cara paling mudah untuk mengatasinya adalah menerapkan diet. Diet ini bertujuan untuk melunakkan tinja dan membuatnya lebih mudah dikeluarkan sehingga rasa sakit bisa berkurang.
Orang tua bisa memberikan makanan berserat tinggi, seperti buah-buahan, roti gandum, dan sereal. Batasi pula makanan yang dapat meningkatkan sembelit, berupa makanan berlemak dengan serat rendah.
Mengatasi anak trauma BAB dengan berikan obat pencahar
Untuk IBS, penanganan dapat dilakukan dengan menggunakan obat pencahar. Namun, pastikan untuk memberikan obat dengan hati-hati pada anak karena dapat menyebabkan kecanduan dan memperparah masalah.
Obat pencahar biasanya dapat dikonsumsi dalam jangka pendek dan orang tua harus mengikuti petunjuk dokter dengan tepat.
Tidak memaksakan anak
Saat belajar menggunakan toilet, jangan pernah memaksa anak untuk pergi buang air besar. Cara ini hanya akan memperburuk keadaan dan menyebabkan trauma semakin parah. Untuk itu, kamu perlu memberi anak sedikit waktu namun tetap mendorongnya untuk terus mencoba.
Pelatihan toilet mungkin bisa semakin sulit seiring bertambahnya usia anak. Jika dirasa sulit, pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari penyedia layanan kesehatan.
Baca juga: Setelah Imunisasi Kok si Kecil Demam? Jangan Khawatir Moms, Ini Sebab dan Cara Mengatasinya
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!