Share This Article
Obesitas bisa terjadi pada siapa saja, bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak. Menurut data World Health Organization (WHO), sejak 2016, obesitas telah memengaruhi 340 juta anak di seluruh dunia.
Pada anak-anak, obesitas dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya, dan berdampak pada fungsi organ atau bagian tertentu, seperti paru-paru dan tulang.
Apa saja efek pada tulang dan paru-paru anak akibat obesitas? Berikut ulasannya!
Kondisi obesitas pada anak
Obesitas pada anak adalah masalah kesehatan yang serius dan kompleks. Ini terjadi ketika berat badan anak berada di atas bobot ideal. Penyebab obesitas pada anak sebenarnya hampir sama seperti orang dewasa.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), obesitas pada anak dipengaruhi oleh banyak hal, seperti kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kalori tapi rendah nutrisi, penggunaan obat-obatan medis tertentu, hingga durasi tidur yang kurang.
Bukan cuma itu, terlalu sering menonton televisi atau memainkan gadget hingga membuatnya jarang bergerak aktif juga bisa menjadi pemicu obesitas pada anak. Perlu diketahui, anak yang mengalami obesitas sangat rentan mengidap berbagai penyakit kronis, misalnya diabetes dan kanker.
Dampak obesitas pada tulang anak
Obesitas pada anak bisa berdampak buruk pada perkembangan tulang. Normalnya, seperti dikutip dari Kids Health, pertumbuhan tulang anak dimulai sejak dilahirkan. Pada usia 0 hingga 12 bulan, pertumbuhan tulang bisa mencapai 25 cm.
Setelah di atas satu tahun, pertumbuhannya sedikit melambat sekitar 6 cm per tahun. Obesitas bisa memengaruhi perkembangan tersebut. Sebab, timbunan lemak dapat menekan massa tulang dan menghambat pertumbuhannya.
Tak hanya itu, menurut sebuah penelitian yang terbit di Journal of Obesity and Metabolic Syndrome, obesitas dapat memengaruhi kepadatan mineral pada tulang, yang bisa berujung pada patah tulang (bone fracture).
Anak yang mengalami obesitas juga rentan mengalami pengeroposan tulang, atau yang biasa disebut osteoporosis. Kondisi itu adalah dampak jangka panjang. Artinya, bisa terjadi ketika anak sudah mulai tumbuh dewasa.
Risiko gangguan paru-paru akibat obesitas
Selain tulang, obesitas yang dialami oleh anak bisa berdampak buruk pada kesehatan paru-parunya. Menurut studi oleh sejumlah peneliti di University of Pennsylvania School of Medicine, obesitas dapat menyebabkan pengurangan volume pada paru-paru.
Belum jelas mengapa hal itu bisa terjadi. Hanya saja, peningkatan beban di sekitar dinding dada dan perut dipercaya dapat menekan organ tersebut. Kondisi ini bisa memengaruhi fungsi dari beberapa organ dalam sistem pernapasan.
Misalnya, saat rongga udara mendapat tekanan hingga membuatnya menyempit, anak bisa mengalami asma atau kesulitan bernapas. Anak juga berisiko untuk mengidap gangguan paru-paru kronis seperti sleep apnea.
Sleep apnea merupakan keadaan di mana napas berhenti sejenak ketika sedang tertidur karena adanya sumbatan dan penyempitan jalan napas. Jika tak segera ditangani, hal itu bisa menjadi persisten atau lebih parah, berpotensi membahayakan nyawa.
Baca juga: Sleep Apnea pada Anak: Ketahui Penyebab, Gejala, dan Pencegahannya
Langkah pencegahan obesitas pada anak
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa obesitas bisa berdampak serius pada anak, mulai dari terganggunya perkembangan tulang hingga risiko masalah pada sistem pernapasan.
Dengan begitu, penting untuk melakukan pencegahan sedini mungkin, yaitu dengan:
Kebiasaan dan pola makan sehat
Makanan adalah faktor utama yang bisa memicu obesitas pada anak. Untuk mencegah terjadinya kelebihan berat badan, Moms dapat menerapkan pola makan sehat berikut pada anak:
- Sediakan banyak sayuran, buah-buahan, dan produk biji-bijian
- Pilih susu rendah lemak atau tidak berlemak, termasuk produk turunannya seperti keju dan yoghurt
- Sebisa mungkin pilih daging tanpa lemak
- Konsumsi lebih banyak ikan, lentil, dan kacang-kacangan sebagai asupan protein
- Dorong anak untuk lebih banyak minum air putih
- Batasi minuman manis
- Batasi konsumsi makanan tinggi kalori
Buat anak tetap aktif
Sebisa mungkin, anak-anak harus terus bergerak aktif untuk menjaga berat badan yang ideal. Ini akan membantu memperkuat tulang, menurunkan tekanan darah, dan mengurangi stres yang dialaminya.
Anak-anak usia 3 hingga 5 tahun harus aktif sepanjang hari. Sedangkan anak berusia 6 hingga 17 tahun, setidaknya harus melakukan aktivitas fisik minimal 60 menit setiap hari, termasuk gerakan aerobik yang bisa membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Kurangi waktu duduk
Menonton televisi, membaca buku, atau bermain video game bukanlah sesuatu yang buruk. Namun, ada baiknya batasi durasi anak dalam melakukan hal-hal tersebut. Batasi anak dari aktivitas yang membuatnya terus duduk tidak lebih dari dua jam.
Pastikan anak tidur cukup
Tidur terlalu sebentar dikaitkan dengan risiko obesitas. Kurang tidur rentan membuat anak makan lebih banyak dan kurang aktif secara fisik. Anak-anak sendiri membutuhkan waktu tidur lebih panjang ketimbang orang dewasa.
Menurut Kementerian Kesehatan, kebutuhan tidur anak dibedakan berdasarkan rentang usianya, yaitu:
- Usia 0-1 bulan: 14 hingga 18 jam
- Usia 1-18 bulan: 12 hingga 14 jam
- Usia 3-6 tahun: 11 hingga 13 jam
- Usia 6-12 tahun: 10 jam
- Usia 12-18 tahun: 8 hingga 9 jam
Nah, itulah ulasan tentang obesitas pada anak dan efeknya untuk tulang dan paru-paru. Lakukan juga tips di atas sebagai langkah pencegahan untuk mengontrol berat badan si Kecil, ya!
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!