Share This Article
Kualitas udara di Jakarta sedang tidak baik-baik saja. Ibu kota kita ini bahkan pernah mengalahkan kota-kota dunia seperti Beijing di China dan Delhi di India sebagai kota terburuk dengan polusi udaranya. Dampak polusi udara pada anak tak ayal menjadi momok menakutkan bagi para orang tua.
Awal Mei lalu, kualitas udara DKI Jakarta berdasarkan data IQAir memiliki nilai 164. Angka ini termasuk dalam kategori tidak sehat karena melebihi 11,3 kali standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO menetapkan PM 2.5 sebesar 15 mikrogram per meter kubik sebagai ambang batas parameter kualitas udara.
BACA JUGA: Benarkah Polusi Udara Berkaitan dengan Terjadinya Keguguran?
Mayoritas anak-anak di dunia tinggal dalam lingkungan berpolusi tinggi
Hampir 93 persen anak-anak di seluruh dunia tinggal dalam lingkungan yang terpapar polusi udara dengan tingkat yang tinggi, yakni di atas ambang batas aman yang ditetapkan WHO tersebut. Data terbaru WHO menunjukkan dampak polusi udara pada anak sangat luas dan mengerikan terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup mereka.
Dalam ringkasan WHO bertajuk ‘AIR POLLUTION AND CHILD HEALTH’ yang dirilis pada 2018, dicantumkan polusi udara di permukaan bumi (ambien) dan polusi udara rumah tangga berkontribusi atas 543 ribu angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun pada 2016, akibat menderita infeksi pernapasan. Satu dari setiap empat kematian anak usia lima tahun dikaitkan dengan risiko lingkungan yang buruk.
Bahkan di 2030 mendatang, diperkirakan polusi udara yang semakin parah dapat mempercepat perubahan iklim yang bisa menyebabkan kematian 250 ribu orang setiap tahunnya di seluruh dunia.
Karenanya, mengurangi polusi udara menjadi agenda penting untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia seiring iklim yang perlahan berubah.
Mengapa anak-anak dan remaja rentan terpapar polusi udara?
Ada banyak faktor mengapa usia anak-anak dan remaja menjadi kelompok yang paling rentan terpapar kualitas udara yang sangat buruk, baik faktor internal maupun eksternal, yakni:
1.Tubuh dan organ yang masih berkembang, khususnya paru-paru. Ini menempatkan mereka pada risiko tinggi terpapar polusi.