Share This Article
Disleksia pada anak terjadi karena kelainan neurobiologis di mana anak yang mengalami disleksia memiliki perbedaan dalam memproses informasi.
Dr. Trully Kusumawardhani, Sp.A dari Ikatan Dokter Indonesia mengatakan perbedaan tersebut terjadi saat anak menerima, memahami, mengingat, dan mengatur informasi dalam pikiran mereka.
Perbedaan dalam memproses informasi ini menghasilkan perbedaan dalam menanggapi dan menyampaikan tanggapan atas informasi. Oleh sebab itu, salah satu ciri yang muncul dari anak dengan disleksia adalah kesulitan memahami dan mengikuti instruksi lisan.
Gejala disleksia pada anak
Disleksia bisa terjadi pada siapapun di segala usia tanpa memandang jenis kelamin, etnis dan status sosio-ekonomi. Apabila Moms berpikir bahwa anak mengalami disleksia, ada baiknya untuk segera berkonsultasi dengan pakar profesional.
Selain itu, Moms juga bisa memantau kondisi melalui beberapa gejala disleksia pada anak. Gejala disleksia pada anak ini bisa dilihat tergantung pada tingkat usianya.
Berikut gejala disleksia sesuai usianya.
Gejala disleksia pada anak usia sebelum sekolah
Dalam beberapa kasus, ada kemungkinan untuk mendeteksi gejala disleksia sebelum anak mulai sekolah, seperti:
- Keterlambatan kemampuan bicara dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama
- Memiliki masalah bicara, seperti tidak bisa mengucapkan kata-kata yang panjang dengan benar. Misalnya, mengatakan “helikopter” menjadi “hecilopter”
- Memiliki masalah dalam mengekspresikan diri menggunakan bahasa lisan. Seperti tidak dapat mengingat kata yang tepat untuk digunakan, atau salah dalam merangkai kalimat
- Memiliki sedikit pemahaman terhadap kata-kata yang berima
- Memiliki kesulitan mempelajari dan mengingat huruf-huruf alfabet
Gejala disleksia pada anak usia sekolah
Gejala disleksia biasanya menjadi lebih jelas ketika anak-anak mulai sekolah dan mulai lebih fokus saat belajar membaca dan menulis. Beberapa gejala yang mungkin muncul seperti:
- Kesulitan mempelajari nama dan bunyi huruf
- Kesulitan mengeja
- Menempatkan huruf dan angka dengan cara yang salah, Seperti menulis “6” bukan “9”, atau “b” bukannya “d”
- Kebingungan membuat urutan huruf dalam kata-kata
- Lambat membaca atau membuat kesalahan saat membaca dengan keras
- Memiliki gangguan visual saat membaca
- Menjawab pertanyaan dengan baik secara lisan, tetapi mengalami kesulitan menuliskan jawabannya
- Kesulitan melakukan urutan arah
- Lambat menulis
- Memiliki tulisan tangan yang buruk
- Memiliki masalah dalam menyalin bahasa tertulis
- Memiliki kesulitan dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari biasanya untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan secara tertulis
- Mengalami kendala dalam berkomunikasi karena memiliki perbendaharaan kata yang terbatas
Diagnosis disleksia pada anak
Diagnosis menurut DSM V atau Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder V untuk disleksia pada anak biasanya dilakukan pada usia sekolah yaitu sekitar usia 7 tahun.
Namun, gejala-gejala yang mengarah pada kemungkinan terjadinya disleksia dapat diketahui jauh sebelum usia tersebut. Semakin dini seorang anak dengan disleksia didiagnosis, maka kemungkinan prestasi pendidikan akan menjadi lebih efektif.
Jika Moms merasa khawatir anak Moms mengalami disleksia dan Moms memiliki kesulitan untuk mengidentifikasinya, Moms bisa berkonsultasi dengan seorang psikolog pendidikan atau guru spesialis disleksia yang memiliki kualifikasi khusus.
Karena, disleksia hanya dapat didiagnosis secara formal melalui evaluasi komprehensif oleh guru spesialis disleksia atau psikolog.
Keterlambatan dalam mengidentifikasi anak-anak dengan disleksia dapat menimbulkan masalah di masa depan.
Penyebab disleksia
Penyebab disleksia paling umum biasanya diwariskan oleh keluarga. Faktor riwayat keluarga yang memiliki kondisi disleksia, terutama pada orang tua menjadi faktor risiko paling signifikan bagi seorang anak memiliki disleksia.
Gavin Reid, dalam buku berjudul, Dyslexia: A complete guide for parents, menyebutkan bahwa jika salah satu dari orang tua memiliki kondisi disleksia, maka terdapat probabilitas hingga 40 persen akan menurunkan disleksia tersebut pada anaknya.
Pentingnya peran orang tua dan orang terdekat
Dr. Trully mengatakan bahwa anak dengan disleksia sangat membutuhkan dukungan dan semangat dari orang tua, guru dan orang-orang terdekatnya.
Karena, anak dengan disleksia sangat rentan mengalami perundungan baik di sekolah maupun lingkungan permainannya.
Perundungan ini dapat berakibat menurunnya kepercayaan diri yang akhirnya akan memperberat kondisi disleksianya. Anak dengan disleksia akan terlihat sebagai anak yang tertinggal di kelasnya, malas, bodoh dan tidak mau bergaul dengan teman-teman.
Jaga kesehatan Moms dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!