Share This Article
Biasa dialami oleh orang dewasa, ternyata hipertensi atau darah tinggi juga bisa menyerang anak-anak lho! Hipertensi pada anak bisa disebabkan oleh banyak hal, baik dari kelebihan berat badan, gizi buruk, hingga kondisi medis lainnya.
Perubahan gaya hidup, seperti makan makanan yang menyehatkan jantung dan lebih banyak berolahraga dapat membantu mengurangi tekanan darah tinggi pada anak. Tetapi, untuk beberapa kondisi, mengonsumsi obat juga mungkin diperlukan.
Apa itu hipertensi pada anak?
Tekanan darah merupakan darah yang mengalir melalui pembuluh darah di dalam tubuh. Dalam kondisi normal, jantung akan memompa darah melalui pembuluh darah di seluruh tubuh. Pembuluh darah melebar dan berkontraksi sesuai kebutuhan untuk menjaga darah mengalir dengan baik.
Bagi sesorang yang menderita hipertensi, darah terdorong terlalu keras terhadap pembuluh darah, yang akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung, dan organ lainnya.
Bagaimana diagnosis dilakukan?
Tes tekanan darah akan dilakukan pada anak-anak, seperti yang orang dewasa lakukan jika ingin mengetahui hipertensi pada dirinya. Namun, pada anak-anak, untuk menafsirkan angka hasil tes lebih sulit dibanding dengan orang dewasa.
Dokter akan menggunakan grafik berdasarkan jenis kelamin, tinggi badan, dan angka tekanan darah pada anak untuk mengetahui hasil apakan si kecil terkena hipertensi atau tidak.
Dokter juga akan mengambil riwayat medis lengkap, termasuk informasi tentang diet pada anak, tingkat aktivitas fisik, kegiatan di rumah dan sekolah. Beberapa tes juga mungkin akan dilakukan seperti:
- Tes urin
- Tes darah
- USG ginjal
Apa efek sampingnya?
Seperti pada orang dewasa, tekanan darah tinggi pada anak dapat mengakibatkan efek kesehatan jangka panjang yang serius, seperti:
- Penyakit jantung
- Penyakit ginjal
- Stroke
Apa saja gejalanya?
Tekanan darah tinggi pada anak-anak, biasanya tidak menimbulkan gejala yang signifikan. Oleh sebab itu, penting bagi anak-anak untuk melakukan kunjungan dokter secara rutin.
Namun, jika gejala itu ada beberapa di antaranya adalah:
- Sakit kepala
- Kejang
- Muntah
- Nyeri dada
- Detak jantung berdebar kencang
- Sesak napas
Jika moms melihat gejala tersebut pada si kecil, maka segera kunjungi dokter untuk mendapati penanganan lebih lanjut.
Apa saja penyebabnya?
Sebagian besar, tidak ada penyebab spesifik yang ditemukan dari hipertensi sendiri. Ketika suatu penyebab ditemukan, tekanan darah tinggi biasanya berasal dari:
- Penyakit ginjal
- Masalah jantung
- Kegemukan
- Masalah tidur
Cara membantu anak dengan hipertensi
Jika si kecil terkena hipertensi, maka bantulah mereka untuk mengendalikan tekanan darah tinggi dengan megikuti cara sesuai anjuran dokter. Tapi jangan khawatir moms! Berikut beberapa hal yang dilakukan di rumah untuk mengendalikan hipertensi:
- Batasi jumlah waktu yang dihabiskan oleh anak untuk bermain video game dan menonton televisi
- Lakukan perubahan pada pola makan, biasakan anak untuk mengonsumsi makanan sehat seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, susu rendah lemak, dan sumber protein tanpa lemak, seperti ikan dan kacang-kacangan
- Kurangi konsumsi garam pada makanan anak, membatasi jumlah garam (natrium) dalam makanan si kecil, akan membantu menurunkan tekanan darahnya.
- Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, karena makanan sepat saji biasanya mengandung banyak garam, lemak, dan kalori
- Awasi berat badan anak, karena jika kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan bisa mengakibatkan hipertensi
- Ajak anak berolahraga bersama, hal ini juga akan memberikan manfaat kesehatan bukan hanya pada anak, tetapi juga pada orang tua
- Pastikan untuk memeriksa tekanan darah sesuai dengan waktu yang telah dianjurkan oleh dokter anak kamu
- Bekerja sama dengan spesialis kesehatan untuk mengendalikan darah tinggi pada anak
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!
Baca Juga: Statistik Masalah Kesehatan Anak di Indonesia, Seberapa Parah Ya?