Share This Article
Metode diet bernama GAPS dipercaya dapat mengatasi autisme. GAPS adalah singkatan dari gut and psychology syndrome atau sindrom usus dan psikologi. Diet ini memercayai bahwa kesehatan usus terkait dengan kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan.
Metode diet yang ditemukan ditemukan oleh Dr. Natasha Campbell-McBride ini, bertujuan untuk meningkatkan kesehatan usus. Sehingga akan meningkatan kesehatan lainnya. Termasuk dipercaya mengatasi autisme.
Baca Juga: Perlu Diterapkan Sejak Dini, Berikut Beberapa Terapi untuk Anak Autisme
Mengenal diet GAPS
Metode diet ini dilakukan dengan cara menghilangkan makanan tertentu seperti biji-bijian dan gula. Dengan menghilangkan makanan tersebut, dipercaya dapat membantu mengatasi kondisi yang memengaruhi otak, seperti autisme dan disleksia.
Dalam bukunya, Campbell-McBride menyatakan bahwa diet GAPS menyembuhkan anak pertamanya dari autisme. Kemudian, ia menyebarluaskan diet ini sebagai obat alami untuk kondisi terkait kejiwaan dan neurologis.
Beberapa kondisi tersebut di antaranya:
- Autisme
- Attention Deficit Disorder (ADD) atau kelainan sulit untuk mengontrol tindakan
- Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau kondisi yang menyebabakan seseorang sulit untuk memusatkan perhatian
- Dispraksia yaitu gangguan neurologis yang membuat seseorang sulit mengoordinasikan gerak tubuh
- Disleksia yaitu kesulitan membaca, menulis atau mengeja
- Depresi
- Skizofrenia
- Sindrom Tourette
- Gangguan bipolar
- Gangguan obsesif kompulsif
- Encok
- Gangguan makan
- Mengompol pada anak-anak.
Apa kaitan diet GAPS, kesehatan usus dan autisme?
Dr Campbell-McBride, yang menemukan diet ini, percaya bahwa gizi buruk dan usus bocor atau permeabilitas usus berpengaruh besar pada masalah psikologis, neurologis dan perilaku yang muncul.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan usus bocor bukan berarti usus berlubang ya. Tetapi usus bocor di sini adalah kondisi di mana bakteri dan racun dapat menembus dinding usus.
Kemudian bakteri atau racun masuk ke dalam aliran darah. Masalah kemudian muncul karena “kebocoran” tersebut dapat menyebabkan peradangan yang meluas. Termasuk mungkin dapat memicu reaksi sistem kekebalan tubuh.
Kondisi usus bocor itu juga dipercaya menyebabkan kondisi yang memengaruhi otak, termasuk autisme. Karena itu, diet GAPS dianggap perlu. Karena diet ini dapat menjaga kesehatan usus, agar kesehatan secara menyeluruh juga terjaga.
Bagaimana cara melakukan diet GAPS?
Diet GAPS dapat meningkatkan kesehatan usus dengan tiga cara utama, yaitu:
- Menghilangkan pemanis buatan: Menurut beberapa studi hewan, pemanis buatan dapat membuat ketidakseimbangan bakteri usus dan meningkatkan risiko masalah metabolisme.
- Fokus pada buah-buahan dan sayuran: Makan buah-buahan dan sayuran dapat mencegah pertumbuhan bakteri berbahaya di usus.
- Mengonsumsi probiotik: Probiotik mengandung banyak bakteri menguntungkan, termasuk dapat membantu menurunkan kadar gula darah di antara orang-orang dengan sindrom metabolik.
Aturan melakukan diet GAPS
Ada tiga fase jika ingin melakukan diet ini, yang pertama disebut dengan fase pengenalan atau eliminasi. Kemudian diikuti dengan fase pemeliharaan hingga ke fase pengenalan kembali.
Fase pengenalan: eliminasi
Fase awal ini juga disebut dengan fase penyembuhan usus. Dapat dilakukan selama tiga minggu hingga satu tahun. Fase di mana kamu menghilangkan makanan yang dianggap tidak baik untuk usus.
Selama melakukan fase ini, ada tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, di antaranya:
- Tahap 1: Mengonsumsi kaldu tulang buatan sendiri, jus dari makanan probiotik dan jahe, serta minum teh mint atau chamomile dengan madu di antara waktu makan. Orang yang tidak toleran terhadap susu dapat makan yoghurt atau kefir.
- Tahap 2: Tambahkan kuning telur organik mentah dan ghee. Gabung ke dalam hidangan yang berasal dari bahan sayuran dan daging atau ikan.
- Tahap 3: Makan semua makanan yang sudah disebutkan sebelumnya ditambah alpukat, sayuran fermentasi, panekuk. Buat juga telur orak-arik yang dibuat dengan ghee, lemak bebek, atau lemak angsa.
- Tahap 4: Tambahkan daging panggang, minyak zaitun, jus sayuran, dan roti khusus untuk diet ini.
- Tahap 5: Coba makan pure apel yang dimasak. Lalu sayuran mentah yang dimulai dengan selada dan mentimun yang sudah dikupas, jus buah, dan sedikit buah, tanpa jeruk.
- Tahap 6: Terakhir, coba lebih banyak buah, termasuk jeruk.
Di fase awal ini kamu harus mengenalkan makanan diet GAPS secara perlahan. Berawal dari porsi kecil yang terus ditambah bertahap. Proses ini memberikan waktu agar tubuh membiasakan diri.
Fase pemeliharaan
Setelah melewati fase perkenalan, bisa melanjutkan ke fase pemeliharaan. Fase ini bertahan dari 1,5 hingga 2 tahun. Selama fase ini disarankan untuk mengonsumsi:
- Daging segar, lebih baik yang bebas hormon dan diberi makan rumput
- Lemak hewani, seperti lemak babi, lemak domba, lemak bebek, mentega mentah, dan ghee
- Ikan
- Kerang
- Telur organik
- Makanan fermentasi, seperti kefir, yoghurt buatan sendiri, dan asinan kubis
- Sayuran.
Di fase ini kamu juga diperbolehkan untuk makan kacang dalam porsi sedang. Sementara itu, kamu juga harus menjalani rekomendasi tambahan seperti:
- Jangan makan daging dan buah bersama-sama
- Gunakan makanan organik jika memungkinkan
- Makanlah lemak hewani, minyak kelapa, minyak zaitun
- Konsumsi kaldu tulang setiap kali makan
- Makan makanan fermentasi dalam jumlah besar jika kamu bisa menerimanya
- Hindari makanan kemasan atau kalengan.
Selain yang sudah disebutkan, selama fase ini, kamu harus menghindari semua makanan lain, terutama karbohidrat olahan, pengawet dan pewarna buatan.
Fase pengenalan kembali
Ini adalah fase terakhir atau fase keluar dari GAPS. Kamu boleh memulai fase ini jika sudah menjalani fase sebelumnya setidaknya 1,5 hingga 2 tahun. Baru kemudian mulai mengonsumsi makanan lain.
Walau di fase ini kamu boleh makan makanan lainnya, tetapi disarankan untuk tetap menghindari semua makanan tinggi gula yang diproses.
Baca Juga: Piramida Makanan Sehat: Panduan yang Bisa Diikuti untuk Mencapai Gizi Seimbang
Apakah diet ini pasti berhasil mengatasi autisme atau masalah lainnya?
Walau sudah diklaim dapat mengobati autisme oleh si penemu diet GAPS, sayangnya belum ada penelitian yang secara khusus meneliti efek dari diet GAPS pada gejala dan perilaku terkait autisme.
Karena itu, diet ini belum semujarab metode lainnya. Misalnya diet ketogenik dan bebas gluten atau diet bebas kasein yang secara ilmiah telah terbukti menunjukkan potensi membantu peningkatan beberapa perilaku terkait autisme.
Jika kamu ingin tahu lebih banyak soal diet ini dan kaitannya dengan autisme, sebaiknya langsung konsultasikan dengan dokter kepercayaanmu.
Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!