Share This Article
Narkoba telah menjadi salah satu barang terlarang yang masih dipergunakan sampai sekarang. Meski illegal, obat-obatan terlarang ini sering dipergunakan oleh orang biasa dan bahkan public figure.
Perlu diketahui, tidak hanya berbahaya untuk orang dewasa, narkoba juga berbahaya bagi bayi yang menyusui dari ibu pecandu. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai bahaya narkoba untuk bayi yuk simak penjelasannya berikut.
Baca juga: Thalasemia pada Anak: Gejala, Jenis dan Cara Mengatasinya
Efek kesehatan pada bayi yang menyusu dari ibu pecandu narkoba
Dilansir dari Very Well Mind, berapa banyak obat yang diekskresikan dalam air susu ibu atau ASI tergantung pada karakteristik obat dan bagaimana obat masuk ke ASI dari plasma darah. Karena itu, jika jenis narkoba lebih kuat maka efek kesehatan yang ditimbulkan juga semakin berbahaya.
Bahaya narkoba pada bayi bisa berbeda-beda sesuai dengan jenis narkoba yang dikonsumsi sang ibu saat menyusui. Beberapa efek kesehatan pada bayi yang menyusu dari ibu pecandu narkoba, yakni sebagai berikut:
Mudah tersinggung
Penelitian mengenai penggunaan kokain saat menyusui dilakukan pada wanita yang memiliki anak perempuan berusia 1 minggu. Sekitar 500 mg kokain intranasal digunakan dalam satu minggu selama periode 4 jam dan menyusui 5 kali.
Tiga jam setelah pertama kali menelan kokain, tercatat bahwa sang bayi menjadi mudah tersinggung. Selain itu, bayi juga diketahui memiliki gejala penyerta berupa pupil melebar, mulai muntah, dan diare.
Pada pemeriksaan, bayi ditemukan gemetar dan sering terkejut serta memiliki tangisan bernada tinggi. Bayi diketahui tetap mudah tersinggung 12 jam setelah paparan kokain terakhir dan sering terkejut 24 jam setelah paparan terakhir.
Efek pada mental anak
Tak hanya kokain, obat-obatan terlarang lainnya seperti nikotin dan opioid juga memiliki efek kesehatan pada anak atau bayi. Obat-obatan tersebut sudah dikaitkan dengan efek mental dan perilaku jangka panjang.
Anak yang terpapar narkoba melalui ASI bisa menunjukkan masalah pada perilaku. Beberapa masalah yang sering dialami, seperti masalah kognitif, kesulitan dalam berbahasa, prestasi, serta tingkah laku.
Merusak sistem saraf pusat bayi
Salah satu narkoba yang dapat merusak sistem saraf bayi adalah ganja. Menggunakan ganja atau produk ganja saat menyusui membawa kekhawatiran bahwa efek neurotransmitter dari tetrahydrocannabinol (Tetrahidrokanabinol) atau THC dapat memengaruhi sistem saraf anak.
Satu studi jangka panjang menemukan bahwa penggunaan ganja yang sering atau setiap hari dapat menyebabkan keterlambatan motorik. Selain itu, efek THC pada ibu juga bisa mengganggu penilaian dan kemampuan untuk merawat bayi.
Depresi pernapasan pada bayi
Selain ganja, jenis narkoba berupa metadon juga mampu mengakibatkan efek samping berbahaya pada bayi yang menyusu dari ibu pecandu. Metadon bisa menyebabkan sedasi, depresi pernapasan, dan penarikan pada bayi yang menelan ASI.
Pada dosis yang lebih tinggi, obat ini cukup untuk menyebabkan kematian pada bayi. Karena itu, jika metadon digunakan sebagai pengobatan maka dosisnya harus sesuai dengan anjuran.
Konsentrasi metadon harus dipantau dalam ASI dan darah bayi jika ibu mengonsumsi lebih dari 20 mg dalam sehari.
Bagaimana cara berhenti menggunakan narkoba saat menyusui?
Tak hanya saat menyusui, penggunaan narkoba selama kehamilan juga bisa berisiko bagi diri sendiri serta bayi dalam kandungan. Untuk itu, kamu sebaiknya segera berhenti menggunakan narkoba sebelum efek samping kesehatan yang lebih serius terjadi di masa mendatang.
Terdapat beberapa cara untuk berhenti menggunakan narkoba. Salah satu caranya adalah dengan melakukan perawatan residensial. Perawatan ini menyediakan dukungan medis yang umumnya dilakukan di lingkungan non-rumah sakit.
Jika kamu memiliki kecanduan yang relatif parah, maka biasanya akan tinggal di pusat perawatan dan perawatan dapat berlangsung selama 30 hingga hari tergantung pada programnya. Sementara itu, perawatan rawat inap berbasis rumah sakit juga bisa dilakukan.
Perawatan ini biasanya lebih intensif namun relatif singkat. Banyak program perawatan berbasis rumah sakit berakar pada pendekatan 12 langkah untuk pemulihan zat.
Program-program ini umumnya terdiri dari 3 sampai 6 minggu perawatan rawat inap dengan durasi rawat jalan yang berkelanjutan untuk mencegah kekambuhan.
Baca juga: Cara Mendeteksi Gangguan Pendengaran pada Anak, Kenali dari Gejalanya!
Pastikan untuk mengecek kesehatan kamu dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan kamu dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!