Share This Article
Seringkali dianggap sepele, penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui ternyata sangat penting. Tujuannya untuk mencegah kehamilan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh ibu menyusui.
Berikut ini penjelasan lengkap terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui.
Mengapa penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui sangat penting?
Apoteker Rony Syamson, S. Farm sekaligus Brand Manager Andalan menjelaskan, masih banyak ibu menyusui yang hanya bergantung pada alat kontrasepsi alami atau Lactational Amenorrhea (LAM).
Namun, alat kontrasepsi alami tersebut dapat berhasil apabila memenuhi 3 syarat utama yaitu bayi belum berumur 6 bulan, ibu belum mendapat menstruasi, dan ASI eksklusif tidak boleh terhenti.
Jika dari persyaratan tersebut ada salah satu yang tidak dilakukan, ibu menyusui tetap bisa memiliki peluang yang besar untuk hamil kembali. Apabila kehamilan terjadi saat menyusui, tentu saja hal tersebut tak hanya berdampak pada ibu, tetapi juga bayi.
Kapan harus mulai menggunakan alat kontrasepsi?
Seperti dilansir dari Cleveland Clinic, sebaiknya diskusikan kontrasepsi dengan dokter sebelum melahirkan. Ibu menyusui sebenarnya memiliki banyak pilihan untuk alat kontrasepsi.Â
Penggunaan kontrasepsi ini sebenarnya dapat dimulai segera setelah melahirkan atau saat berakhirnya masa nifas. Tentunya dengan alat kontrasepsi dalam rahim atau intrauterine device (IUD), dan pil KB progestin.Â
Namun, kontrasepsi yang paling efektif adalah dalam rahim (IUD). Jenis kontrasepsi ini dilakukan dengan memasukkan alat berbentuk huruf ‘T’ ke dalam rahim.
Kemudian dalam jangka waktu 1-3 bulan setelah pemasangan, kamu perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan IUD masih terpasang di tempatnya. Alat kontrasepsi IUD ini dengan progestin dapat digunakan hingga 5 tahun.
Penggunaan alat kontrasepsi ini berarti adanya kemungkinan yang jauh lebih rendah untuk hamil saat menggunakan IUD atau implan lengan, dibandingkan dengan pil KB, suntikan, kondom, atau alat kontrasepsi lainnya.
Dampak pada bayi apabila kehamilan terjadi saat menyusui
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kehamilan yang terjadi saat sedang menyusui dapat menyebabkan beberapa perubahan di dalam tubuh sang ibu.
Kondisi tersebut muncul akibat dari rangsangan hormon oksitosin yang dilepaskan pada tubuh ibu menyusui dan membuat kontraksi ringan pada rahim.
Tak hanya sekadar itu saja, dampak lain dari kehamilan saat menyusui juga bisa dirasakan oleh buah hati. Kondisi tersebut membuat ASI berubah menjadi kolostrum dan menyebabkan rasanya menjadi lebih asin serta kurang manis.
Perlu kamu ketahui bahwa, lebih bahayanya lagi perubahan kondisi pada ASI tersebut akan berpotensi membuat bayi enggan untuk menyusui. Perubahan pada payudara juga akan terjadi pada ibu hamil yang menyusui, seperti puting payudara akan terasa lebih sakit dan mudah lelah.
Selain perubahan pada rasa, produksi ASI juga berkurang secara signifikan dan bayi akan terus merasakan lapar bahkan setelah menyusu secara normal. Hal tersebut bisa disebabkan karena kehamilan yang terjadi saat menyusui.
Kondisi seperti ini biasanya terjadi setelah sekitar dua bulan kehamilan tetapi tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan pada tahap awal kehamilan pun juga bisa terjadi.
Baca juga: Keunggulan Alat Kontrasepsi IUS, Apa Perbedaannya dengan IUD?
Risiko kehamilan dalam enam bulan setelah melahirkan
Wanita yang memiliki bayi dengan kelahiran lebih dekat, memiliki kehamilan lebih berisiko untuk kedua kalinya. Kondisi tersebut timbul karena tubuh mereka belum sepenuhnya pulih setelah melahirkan.
Bahkan ketika kamu merasa sembuh secara fisik, bisa saja tubuh sebenarnya juga sedang menyesuaikan diri dengan perubahan kadar hormon dan nutrisi. Jika hamil dalam waktu enam bulan setelah melahirkan, kamu meningkatkan risiko komplikasi seperti:
- Cacat lahir
- Pembatasan pertumbuhan pada bayi
- Ketuban pecah dini
- Kelahiran prematur.
Sementara hasilnya sedikit lebih baik jika menunggu setidaknya enam bulan di antara kehamilan, menunggu setidaknya 18 bulan adalah yang terbaik. Ini memberi waktu tubuh untuk sembuh dan mengurangi risiko komplikasi.
Kondisi tubuh setelah 18 bulan juga memberi waktu untuk merencanakan kehamilan berikutnya dan menerima konseling prakonsepsi, yang mengurangi risiko komplikasi lebih jauh.
Konsultasikan masalah kesehatan kamu dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!