Share This Article
Dulu, ada anggapan populer kalau perut buncit- khususnya pada laki-laki, menjadi tanda kemakmuran hidup pria tersebut. Jika ungkapan itu masih kamu pakai sekarang, bisa jadi kamu akan disodorkan sejumlah jurnal kesehatan yang mengungkap hal sebaliknya. Timbunan lemak berlebih di perut justru harus diwaspadai sebagai faktor risiko prediabetes.
Ya, prediabetes sebenarnya dapat menjadi semacam alarm dari tubuh agar kamu lebih menjaga kesehatan sehingga tidak berkembang menjadi diabetes tipe 2. Mengetahui sejak dini apa saja faktor risiko prediabetes sama artinya kamu mengupayakan pencegahan diabetes lebih awal.
Apa saja faktor risiko prediabetes dan bagaimana mencegahnya, yuk simak penjelasannya di bawah ini.
BACA JUGA: Bikin Risih, Ini 7 Penyebab Perut Buncit yang Harus Kamu Ketahui!
Definisi Prediabetes dan Prevalensi Kasusnya
Laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan, prediabetes adalah kondisi di mana kadar gula darah lebih tinggi dari level normal, namun belum cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes. Meski demikian CDC mengkategorikan prediabetes sebagai kondisi kesehatan yang serius.
Kadar gula darah puasa berada pada level normal jika di bawah 100 miligram per desiliter (mg/dl), sementara prediabetes berada pada level 100-125 mg/dl. Dikatakan sebagai diabetes jika kadar gula darah puasa mencapai 126 mg/dl dan lebih dari itu. Kondisi gula darah puasa pada kadar prediabetes juga disebut sebagai impaired fasting glucose (IFG).
Penyebab prediabetes yakni ketika sel-sel tubuh tidak bisa merespons insulin dengan baik. Sedangkan insulin memiliki peran yang sangat vital yakni mengelola gula darah masuk ke sel-sel tubuh yang akan dimanfaatkan sebagai energi. Sementara pankreas akan terus memproduksi insulin, namun insulin tidak bisa bekerja maksimal, maka gula darah terus meningkat hingga akhirnya menjadi diabetes.
Prevalensi kasus prediabetes secara global di 2021 yakni pada orang dewasa usia 20-79 tahun mencapai 298 juta (5,8 persen) dan diperkirakan akan meningkat menjadi 414 juta (naik 6,5 persen) pada 2045 mendatang. Temuan tersebut berdasarkan penelitian bersama sejumlah universitas internasional yang dipublikasikan pada Mei 2023 di Diabetes Journal. Sementara kasus prediabetes di Indonesia, contohnya di Kota Denpasar, Bali, pada 2019 ada sekitar 38,1 persen-dari 42 (100 persen) orang yang diteliti, memiliki prediabetes. Penelitian yang dilakukan Universitas Udayana tersebut menemukan, penderita prediabetes berasal dari kelompok perempuan muda yang obesitas (IMT>25 kg/m2). Mereka rata-rata memiliki aktivitas fisik harian yang ringan, kadar kolesterol tinggi, serta asupan asam lemak tak jenuh murni yang rendah.
Faktor Risiko PrediabetesKetika seseorang memiliki prediabetes maka ia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2, di mana kondisi ini juga memberikan peluang lebih besar mengalami komplikasi serius seperti gangguan kesehatan jantung, ginjal, dan mata. Karenanya penting untuk melakukan tes gula darah jika kamu memiliki sejumlah faktor risiko prediabetes, seperti: 1.Obesitas2.Berusia 45 tahun ke atas3.Memiliki orang tua atau saudara dengan riwayat diabetes tipe 24.Kurang aktivitas fisik 5.Memiliki riwayat diabetes gestasional yakni diabetes saat hamil6.Mengidap sindrom ovarium polikistik.
Mengapa Obesitas Meningkatkan Risiko Prediabetes dan Diabetes Tipe 2?
Peningkatan indeks masa tubuh (IMT) memberi peluang lebih besar meningkatnya juga risiko mengembangkan prediabetes dan terkena diabetes tipe 2, ini berkaitan erat dengan kadar penumpukan lemak yang berlebih (abnormal) dalam tubuh atau obesitas. Kadar lemak yang berlebihan di tubuh khususnya lemak pada perut (abdominal fat) memberi risiko lebih besar terkena diabetes tipe 2 karena lemak-lemak tersebut membuat sel-sel tubuh menjadi resisten atau kebal terhadap insulin. Padahal, insulin memiliki peran penting mengelola gula darah menjadi energi yang akan digunakan tubuh untuk beraktivitas. Ketika insulin tidak berfungsi dengan baik maka gula darah meningkat, di sinilah diabetes terjadi. Tidak hanya prediabetes dan diabetes tipe 2, penimbunan lemak yang berlebihan pada tubuh juga meningkatkan risiko akan penyakit hati berlemak, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar kolesterol baik (HDL), serta disfungsi sel β (pankreas). Obesitas Perut (Abdominal Obesity) dan Prevalensinya Obesitas perut atau istilah medisnya obesitas sentral ditandai dengan menumpuknya lemak secara berlebihan di area perut, lemak perut ini disebut juga sebagai lemak visceral. Masyarakat awam kemudian banyak yang menyebutnya sebagai perut buncit, meski perut buncit bisa juga menandakan adanya penyakit lainnya selain obesitas. Perut buncit (distended abdomen) berhubungan dengan kenaikan berat badan yang signifikan akibat penumpukan lemak intra-abdomen (lemak di perut).
Seseorang diketahui mengalami obesitas perut berdasarkan pengukuran lingkar pinggangnya yang dikategorikan sebagai lingkar pinggang tidak sehat. Yakni jika ukurannya lebih dari 102 cm untuk pria dan lebih dari 88 cm untuk perempuan.
Gaya hidup sedentari (sedentary lifestyle) di mana seseorang menjadi sangat sedikit melakukan aktivitas fisik ditenggarai menjadi salah satu pemicu kenaikan kasus obesitas ini. Bahkan, terjadi tren peningkatan kasus obesitas perut serta prediabetes di kalangan orang dewasa berusia 20 tahun ke atas, padahal memiliki indeks masa tubuh yang tergolong normal. Tim peneliti dari University of Florida, Amerika Serikat, menganalisis dua hasil survey National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), yakni di 1988–1994 (NHANES III) dan survey di 1999-2012. Partisipan yang terlibat adalah mereka yang memiliki IMT 18.5 hingga 24.99 dan tidak memiliki diabetes. Pengecekan prediabetes menggunakan pengukuran kadar hemoglobin terglikasi (HbA1c) yang disetujui American Diabetes Association (ADA), sementara pengecekan obesitas perut menggunakan pengukuran lingkar pinggang. Hasil penelitian yang dipublis di Jurnal PubMed Central (PMC-NCBI) pada Juli 2016 ini menemukan, kasus prediabetes meningkat dari 10,2 persen pada 1988–1994, menjadi 18,5 persen di 2012. Sementara kasus obesitas perut yang ditandai dengan lingkar pinggang tidak sehat meningkat dari 5,6 persen pada 1988–1994, menjadi 7,6 persen di 2012. Menghilangkan Lemak Perut Kunci untuk Menurunkan PrediabetesKabar baiknya, prediabetes merupakan kondisi yang bersifat reversibel atau dapat disembuhkan tanpa terapi obat-obatan. Bahkan peneliti dari German Center for Diabetes Research (DZD) menemukan bahwa prediabetes dapat sembuh hanya dengan pola hidup yang sehat dan penurunan ukuran lingkar perut. Sebanyak 1,105 orang dengan prediabetes dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka diwajibkan menerapkan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik selama setahun. Setahun berselang, tersaring 298 peserta yang mengalami penurunan berat badan sebesar lima persen akibat intervensi tersebut. Peserta yang tersaring kemudian dibagi kembali menjadi dua kelompok, yakni kelompok responden dan non-responden. Kelompok responden adalah mereka yang kadar glukosa darah puasa, glukosa 2 jam, dan HbA1c-nya telah kembali normal dalam waktu 12 bulan. Yakni, glukosa darah puasa turun di bawah 100 mg/dl, glukosa 2 jam di bawah 140 mg/dl, dan HbA1c di bawah 5,7 persen. Sedangkan kelompok non-responden, mereka masih tetap memiliki prediabetes meski kehilangan berat badan yang sama dengan kelompok responden. Setelah dilakukan analisis terhadap kedua kelompok, ternyata kelompok responden mengalami lebih banyak penyusutan lemak di perut ketimbang kelompok non-responden. Yakni lingkar pinggang berkurang sekitar 4 cm pada wanita dan sekitar 7 cm pada pria. Penyusutan lemak perut tersebut yang membuat insulin dalam tubuh lebih sensitif untuk memproses gula darah. Keberadaan lemak perut visceral di rongga perut dan mengelilingi usus berdampak langsung terhadap sensitivitas insulin, sebagian disebabkan oleh respons inflamasi pada jaringan adiposa.
“Karena para responden menunjukkan penurunan lemak perut secara khusus, maka penting untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong hilangnya timbunan lemak ini di masa depan,” kata Arvid Sandforth, satu dari dua peneliti utama. Hasil penelitian telah dipublis di The Lancet Diabetes & Endocrinology.
Peran Intervensi Medis pada Prediabetes Pada beberapa kasus, perubahan pola hidup menjadi lebih sehat perlu didampingi dengan intervensi medis untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal bagi penderita prediabetes. Kriteria intervensi medis pada orang dewasa dengan prediabetes berdasarkan Diabetes Prevention Program (DPP)oleh The American Diabetes Association’s (ADA’s) yakni pemberian obat diberikan terutamauntuk mereka yang berusia 25–59 tahun dengan indeks massa tubuh (BMI) ≥35 kg/m2, glukosa plasma puasa lebih tinggi (misalnya ≥110 mg/dL ), dan A1C yang lebih tinggi (misalnya, ≥6,0%), dan pada wanita dengan riwayat gestational diabetes mellitus (GDM) sebelumnya. Perlu diingat, penggunaan intervensi medis ini perlu dikonsultasikan dengan dokter ahli. [mcH1][IA2]
BACA JUGA: Waspadai 5 Komplikasi Penyakit akibat Obesitas
Kini kondisi perut yang buncit tentu harus dimaknai berbeda sebagai kondisi gangguan kesehatan yang serius ya. Timbunan lemak di perut tidak boleh dibanggakan, melainkan harus digiatkan kembali aktivitas fisik harian untuk menghilangkannya. Karena menimbun lemak perut sama artinya kamu tengah menimbun penyakit dalam tubuhmu. Segera konsultasi online dengan dokter terkait melalui aplikasi Good Doctor jika kamu memiliki masalah berat badan yang berlebih, khususnya keberadaan lemak visceral yang menumpuk di area perut. Dokter mitra kami yang berpengalaman siap membantu kamu 24/7. Klik di sini
ID-NOND-00109-Dec2023.
Ref
Referensi
1.NCBI, diakses 7 November 2023. Prevalence of Prediabetes and Abdominal Obesity Among Healthy-Weight Adults: 18-Year Trend.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4940459/
2.CDC, diakses 7 November 2023. Prediabetes – Your Chance to Prevent Type 2 Diabeteshttps://www.cdc.gov/diabetes/basics/prediabetes.html
3.Science Direct, diakses 7 November 2023. Why does obesity cause diabetes?
4.News-Medical.net, diakses 8 November 2023. Loss of abdominal fat may be key to reversing prediabetes.
5.Good Doctor, diakses 8 November 2023. Prediabetes Terjadi Tepat Sebelum Diabetes. Kenali Perbedaannya di Sini!
6.Diabetes Journals, diakses 8 November 2023. Global Prevalence of Prediabetes
https://diabetesjournals.org/care/article/46/7/1388/148937/Global-Prevalence-of-Prediabetes
7.Cleveland Clinic, diakses 8 November 2023. Abdominal Distension (Distended Abdomen)
https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/21819-abdominal-distension-distended-abdomen