Share This Article
Stres yang berlangsung terus-menerus memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Salah satu bahaya stres yang perlu diwaspadai adalah pengaruhnya terhadap kesehatan jantung.
Lalu, apakah benar serangan jantung akibat stres dapat terjadi? Yuk simak ulasan lengkapnya di bawah ini!
Baca juga: Hati-Hati! Stres Terus-menerus Bisa Memicu Kebutaan, Bagaimana Faktanya?
Apa itu stres?
Stres adalah suatu reaksi tubuh terhadap situasi yang penuh ancaman atau berbahaya. Ketika kita merasa terancam, reaksi kimia akan terjadi di dalam tubuh yang memungkinkan kita untuk bertindak. Reaksi ini dikenal sebagai respons fight-or-flight atau respons stres.
Ketika respons stres terjadi, ini dapat memicu beberapa perubahan dalam tubuh, seperti detak jantung yang meningkat, pernapasan lebih cepat, otot tegang, hingga peningkatan tekanan darah.
Stres dapat memengaruhi segala aspek dalam kehidupan, termasuk emosi, perilaku, kemampuan berpikir dan kesehatan fisik. Dikutip dari Web MD, berikut ini adalah beberapa gejala stres:
- Emosional: Mudah gelisah dan murung, merasa kewalahan, sulit untuk menenangkan pikiran, rendah diri, dan merasa tertekan
- Fisik: Sakit kepala, detak jantung yang meningkat, insomnia, gugup, gemetar, tangan dan kaki yang berkeringat atau terasa dingin, dan mulut kering
- Kognitif: Kekhawatiran yang berlangsung secara terus-menerus, mudah lupa, sulit untuk fokus, pesimis atau hanya melihat sesuatu dari sisi negatif saja
- Perilaku: Kehilangan nafsu makan atau makan secara berlebihan, menunda atau menghindari tanggung jawab, menunjukkan perilaku gugup (menggigit kuku, gelisah, dan berjalan bolak-balik)
Mungkinkah mengalami serangan jantung akibat stres?
Stres yang berlangsung secara terus-menerus memiliki dampak negatif terhadap kesehatan, termasuk kesehatan jantung. Secara tidak langsung stres dapat meningkatkan risiko serangan jantung.
Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab serangan jantung akibat stres:
1. Memicu aktivitas tertentu di otak
Melansir dari laman Bhf.org.uk, berdasarkan sebuah studi stres terus-menerus dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke. Studi tersebut diterbikan dalam jurnal The Lancet.
Stres konstan telah dikaitkan dengan aktivitas yang lebih tinggi di area otak terkait dengan pemrosesan emosi, ini dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung serta peredaran darah.
Bahkan, para peneliti Harvard University mengatakan bahwa stres dapat menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai, sama halnya seperti merokok dan tekanan darah tinggi.
Apa kata studi?
Studi besar ini melibatkan 293 partisipan. Ditemukan bahwa ketika kita stres, amygdala atau area otak yang menangani stres memberi sinyal kepada sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah putih ekstra.
Hal tersebut dapat menyebabkan arteri mengalami peradangan. Di sisi lain, amygdala juga mengirimkan sinyal ke hipotalamus (bagian otak yang memproduksi berbagai hormon), kemudian memberitahu seluruh tubuh, sehingga tubuh tetap siaga.
Dalam studi ini, peneliti menemukan keterkaitan antara aktivitas di amygdala dan risiko serangan jantung serta stroke disebabkan oleh peningkatan aktivitas sumsum tulang dan peradangan arteri.
Studi kedua juga menemukan hubungan antara aktivitas amygdala dan peradangan di arteri. Aktivitas di amygdala yang lebih tinggi juga dapat terjadi ketika tingkat stres pada seseorang lebih tinggi.
2. Stres dapat meningkatkan tekanan darah
Serangan jantung akibat stres juga dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan darah. Sebab, tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan faktor risiko utama serangan jantung.
Menurut sebuah studi tahun 2010, stres kronis berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi. Demikian seperti dikutip dari Insider.
Sekitar 70 persen orang yang mengalami serangan jantung pertama menderita hipertensi.
Baca juga: Tanda-tanda Awal Serangan Jantung yang Sering Diabaikan, Apa Saja?
3. Penumpukan plak di arteri
Dikutip dari Cleveland Clinic, stres dapat meningkatkan laju plak dan dapat menumpuk di arteri. Ini dapat menyebabkan trombosit menjadi lengket. Tak hanya itu, pembentukan gumpalan yang dapat menyumbat arteri juga rentan terjadi.
Di sisi lain, stres juga dapat menyebabkan penyempitan arteri dan kurangnya pasokan darah sehat ke jantung, sehingga ini dapat memicu nyeri pada dada serta serangan jantung. Faktor penyebab serangan jantung akibat stres ini harus benar-benar diwaspadai.
4. Memicu gaya hidup yang tidak sehat
Selanjutnya, serangan jantung akibat stres juga dapat disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Stres dan depresi dapat membuat seseorang sulit untuk mempertahankan gaya hidup sehat.
Gaya hidup tidak sehat, seperti merokok serta kurangnya aktivitas fisik termasuk faktor risiko dari serangan jantung.
Demikian beberapa informasi mengenai faktor penyebab serangan jantung akibat stres. Ingat ya, mengurangi stres dan menjalani gaya hidup yang lebih sehat penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan jantung.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!