Share This Article
Penelitian guna mencari vaksin dari COVID-19 gencar dilakukan berbagai negara. Satu per satu penelitian mulai memunculkan harapan.
Salah satunya adalah studi dari para peneliti asal Belanda yang menemukan adanya antibodi COVID-19 pada ASI ibu yang terdeteksi positif virus corona.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Lalu bagaimana cara kerjanya hingga bisa mencegah kita tertular virus corona? Berikut ulasannya!
Apa itu antibodi?
Sebelum beranjak ke pembahasan antibodi COVID-19 pada ASI, yuk pahami dulu apa itu apa peran antibodi dalam tubuh?
Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan sebagai respons terhadap keberadaan zat asing, seperti virus corona.
Peran antibodi adalah untuk menempel pada patogen yang menyerang dan menandainya agar nantinya bisa dibunuh oleh sel kekebalan lain, seperti sel-T.
Antibodi yang menetralkan dapat membunuh virus itu sendiri, bukan hanya menandainya agar sel kekebalan lain menyerang.
Baca Juga : Ibu Menyusui Positif COVID-19, Masih Bisakah Memberikan ASI?
Hasil penelitian pada ibu yang positif COVID-19
Melansir Daily Mail UK, penelitian pada ASI ini merupakan kolaborasi antara Emma Children’s Hospital of Amsterdam UMC dan beberapa lembaga lainnya dan dimulai pada bulan April lalu.
Para peneliti merekrut 30 wanita yang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Dr Britt Van Keulen, dari bank ASI Belanda di UMC Amsterdam, menyebut ASI dipilih karena diyakini dapat melindungi bayi baru lahir dari infeksi pernapasan.
“Itu karena ada antibodi dalam ASI. Dengan menyusui, ibu memberikan antibodi sendiri kepada anaknya,” papar Dr Britt Van Keulen, dikutip dari Daily Mail UK.
Mereka juga mengakui jika penggunaan ASI mungkin terdengar sedikit aneh. Tetapi jika dapat membantu mencegah infeksi, ada baiknya kita ikut beri perhatian khusus.
Baca Juga : Disebut Ampuh Cegah COVID-19, Ini Fakta Vaksin Sputnik V Buatan Rusia
Prosedur studi ASI sebagai antibodi alami COVID-19
Dalam studi ini, eksperimen laboratorium menunjukkan antibodi yang mereka temukan cukup kuat untuk menghentikan penyebaran virus corona. Dalam penelitian ini ASI diolah menjadi bentuk es batu.
Antibodi tidak dapat hancur lewat proses pasteurisasi (proses pemanasan yang diperlukan untuk membunuh patogen dalam ASI sebelum dapat diminum oleh orang lain). Ini berarti mereka bisa dipasteurisasi.
Kemudian dibuat menjadi bentuk es krim atau es batu dan diberikan kepada pasien yang menderita infeksi. Dr Van Keulen mengatakan antibodi harus bersentuhan dengan selaput lendir.
Inilah mengapa es batu merupakan bentuk pemberian ASI yang paling menarik karena perlu dimakan.
Tim peneliti sekarang sedang mencari tahu apakah ASI benar-benar dapat digunakan untuk mencegah infeksi virus corona pada orang-orang yang rentan, terutama selama gelombang kedua pandemi COVID-19.
Harapan peneliti terkait ASI untuk cegah COVID-19
Kini tim peneliti meminta ribuan wanita untuk menyumbangkan ASI, meskipun mereka belum secara resmi didiagnosis dengan COVID-19, untuk mendeteksi seberapa umum antibodi di antara ibu menyusui.
Sejauh ini sekitar 5 ribu wanita menanggapi seruan untuk menyumbangkan 100 ml ASI mereka. Masih harus dilihat apakah ASI memang efektif sebagai pengobatan pencegahan terhadap virus corona.
Tetapi Dr Van Keulen optimis, ditambah lagi dengan adanya tambahan informasi tentang seorang wanita hamil selama wabah SARS tahun 2003.
“Wanita ini terinfeksi serius dengan virus SARS dan melahirkan bayi yang sehat pada usia 38 minggu. Antibodi terhadap virus itu ditemukan di ASI-nya. Virus corona sangat mirip dengan virus SARS. Maka menurut saya antibodi COVID-19 juga bisa ada di ASI,” papar Dr Van Keulen.
Punya pertanyaan lebih lanjut seputar COVID-19? Silakan chat langsung dengan dokter kami untuk konsultasi melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!