Share This Article
Wabah COVID-19 semakin hari justru mengungkap berbagai fakta baru, salah satunya happy hypoxia. Gejala happy hypoxia sendiri sering terlambat diketahui, sehingga pasien cepat mengalami perburukan kondisi.
Happy hypoxia tidak memunculkan gejala yang jelas. Namun, beberapa orang bahkan masih bisa melakukan aktivitas seperti biasa, padahal tubuh sudah kekurangan kadar oksigen.
Baca juga: Ketagihan Mi Instan? Ketahui Cara-cara Tepat untuk Mengatasinya!
Happy hypoxia, pembunuh diam-diam yang mematikan
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa fenomena happy hypoxia tampak sangat berbahaya karena muncul tanpa gejala dan bisa membunuh secara tiba-tiba.
Dilansir dari Medical News Today, “happy” hypoxia atau Silent Hypoxemia didefinisikan sebagai penurunan tekanan parsial oksigen di dalam darah.
Pada saat kadar oksigen di darah menurun, seseorang akan mengalami sesak (dyspnea) dan apabila kadar oksigen darah ini terus menurun, dapat menyebabkan kerusakan organ-organ vital hingga menyebabkan kematian.
Keadaan Happy hypoxia ini, penderita tidak merasakan gejala seperti sesak nafas sebagai penanda tubuh kekurangan oksigen, walaupun jika diperiksa kadar oksigen dalam darah sudah di bawah batas normal atau Rendah.
Perlu diketahui, jika diperiksa dengan pulse oksimetri, kadar oksigen darah normal adalah 95-100%. Jika kadar oksigen berada di bawah 90% maka dapat dikategorikan rendah dan membutuhkan suplementasi oksigen.
Covid-19 adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan dan dapat mengurangi jumlah oksigen yang diserap oleh paru-paru. Sehingga Covid-19 dapat memiliki kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah.
Apa penyebab happy hypoxia pada pasien Covid-19?
Pulse Oximetry normal biasanya berkisar dari 95 hingga 100 persen, sehingga jika berada di bawah 90 persen maka dianggap rendah dan bertahan dalam waktu lama dapat menyebabkan hipoksia sel.
Happy Hypoxia terjadi akibat adanya tanda hipoksia pada pasien COVID-19. Namun, tidak diikuti dengan munculnya gejala klinis seperti sesak. Umumnya pasien datang dengan gejala ringan dan perburukan yang cepat.
Penyebab Happy Hypoxia masih belum dapat dijelaskan dengan pasti. Pada Covid-19, dihipotesiskan terdapat kerusakan pada saraf yang bekerja sebagai pemberi sensor sesak yang diakibatkan oleh infeksi SARS-CoV-2.
Kadar oksigen pada pasien Covid-19 rendah
Happy hypoxia ditentukan dengan mengukur kadar oksigen dalam sampel darah yang diambil dari arteri. Ketika tubuh tidak memiliki cukup oksigen, maka kamu bisa mengalami hypoxemia.
Kondisi ini akan sangat berbahaya, terutama pada penderita Covid-19 yang sudah memiliki kadar oksigen dalam tubuh rendah akibat pertukaran gas pada paru-paru yang tidak cukup.
Jika tubuh kurang oksigen, maka berbagai organ vital pada tubuh seperti otak dan jantung bisa rusak hanya dalam waktu beberapa menit dari setelah gejala dimulai.
Peneliti masih melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini dan kemungkinan apa sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya happy hypoxia.
Baca juga: Bahaya Vape untuk Wanita, Bisa Pengaruhi Kesuburan hingga Ganggu Kesehatan Janin Lho!
Cara mengetahui tubuh mengalami hypoxia
Saat tubuh mengalami hypoxia, gejala umumnya adalah sesak nafas atau dyspnea. Kamu bisa mengukur kadar oksigen dalam darah menggunakan pulse oksimeter atau melakukan pemeriksaan analisa gas darah.
Akan lebih baik lagi jika kamu memiliki alat untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah yaitu pulse oxymetri.
Alat ini cukup sederhana penggunaannya, kamu hanya perlu menjepitkan alat ini di ujung salah satu jari kamu, jika kadar oksigen dalam darah antara 95-100 berarti kadar oksigen dalam darah kamu normal.
Fenomena happy hypoxia saat ini sedang menjadi perhatian di kalangan dokter yang menangani Covid-19 karena dapat menyebabkan perburukan kondisi yang cepat.
Jika kamu merasakan gejala Covid-19 seperti demam, sesak, nyeri tenggorokan dan batuk pilek, baiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!