Share This Article
Para peneliti dari Purdue University, Amerika Serikat mengaku telah mengembangkan sebuah cara yang mampu menetralkan udara dari paparan virus COVID-19.
Penelitian yang dilakukan di laboratorium teknik biomedis Purdue University ini menggunakan bahan pewarna makanan yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Latar belakang penelitian
Ide dari penelitian ini diakui oleh Kim Young dan tim ilmuwan biomedis di Purdue University terinspirasi terapi fotodinamik. Terapi fotodinamik sendiri adalah jenis perawatan medis untuk jenis kanker tertentu.
Terapi fotodinamik menggunakan fotosensitizer yaitu bahan kimia yang bereaksi dengan oksigen di hadapan cahaya. Gunanya untuk menghasilkan radikal bebas oksigen.
Radikal ini sangat reaktif, artinya mereka memicu reaksi kimia lain, termasuk yang membunuh patogen berbahaya.
Kim dan timnya menyampaikan presentasi ini pada Juli melalui konferensi virtual COVID-19 diprakarsai oleh National Council of Entrepreneurial Tech Transfer.
Bahan penelitian
Kim mengatakan bahwa mereka tidak menggunakan fotosensitizer medis yang mahal. Sebagai gantinya, para peneliti mencoba mengidentifikasi beberapa pewarna makanan yang telah disetujui oleh FDA.
Pewarna makanan ini dapat digunakan untuk menghasilkan radikal bebas dalam cahaya tampak.
Mereka menggunakan ultrasound untuk menghasilkan aerosol kecil yang mengandung pewarna makanan sehingga pewarna dapat mengapung dan bertahan di udara.
Selanjutnya, peneliti menggunakan perangkat seperti humidifier yang mengeluarkan kabut uap ke udara.
Manfaatnya?
“Aerosol hampir tidak terlihat, dan ukurannya juga kecil serta memiliki usia yang pendek dalam cahaya sehingga tidak menodai permukaan benda yang terkena semprotan dari pewarna makanan,” ungkap Kim.
Kim mengakui bahwa temuan dari timnya ini dapat menunjukkan bagaimana aktivasi cahaya dari pewarna makanan dapat menghasilkan radikal bebas oksigen.
Salah satu bentuk dari radikal bebas yang dihasilkan adalah oksigen singlet yang mampu membunuh patogen (virus) yang ditularkan melalui udara.
Seberapa pentingkah penelitian ini?
Virus dan bakteri sering ditularkan melalui udara. Bagi orang yang terinfeksi virus COVID-19, saat mereka batuk atau bersin akan menghasilkan droplet dan aerosol yang mengandung virus dan melayang di udara.
Virus yang melayang di udara ini berisiko menularkan orang lain, khususnya apabila berada di dalam satu ruangan tertutup.
Oleh karena itu, sangat penting agar selalu mendisinfeksi dan membersihkan udara di dalam ruangan yang digunakan banyak orang.
Masih dibutuhkan penelitian lanjutan yang lebih masif
Pada presentasinya, metode dari tim Purdue mungkin mampu digunakan bagi petugas kesehatan. Di mana petugas kesehatan biasanya terpapar agen penyebab penyakit saat mereka melepas peralatan pelindung pribadi mereka.
Oleh sebab itu, masih diperlukan beberapa penelitian lanjutan karena penularan patogen (virus dan bakteri) sering terjadi di udara.
“Karena petugas kesehatan sering terinfeksi saat melepas APD, maka teknologi ini dapat dipasang di ruang tertutup bagi tenaga medis profesional untuk melindungi APD di lingkungan rumah sakit,” tambahnya.
Harapan para peneliti
Kim berharap agar temuannya ini bisa digunakan di tempat-tempat umum di mana banyak orang sering berkumpul karena memiliki risiko penularan yang tinggi.
Apabila teknologi ini sudah bisa diaplikasikan, maka akan mampu menggantikan teknologi disinfektan konvensional. Teknologi konvensional biasanya terbuat dari hidrogen peroksida yang berbentuk aerosol, ozone, atau disinfektan sinar ultraviolet.
Banyak dari jenis disinfektan ini memiliki efek berbahaya bagi tubuh karena bersifat karsinogenik.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!