Share This Article
Hampir satu tahun wabah COVID-19 terjadi, masih banyak mitos yang berkembang di masyarakat. Salah satunya adalah produksi vaksin Corona yang telah tuntas dan siap diedarkan ke publik.
Tak hanya vaksin, masih ada beragam kabar burung yang dianggap benar oleh sejumlah kalangan. Yuk, simak ulasannya berikut ini!
Baca Juga: Cegah COVID-19, Perlukah Menggunakan Masker di Dalam Mobil?
Vaksin Corona hingga konsumsi vitamin C, sederet mitos dan fakta tentang COVID-19
Mitos-mitos yang berkembang meliputi banyak aspek, mulai dari cara penularan, cara membunuh virus, hingga obat dan vaksin yang bisa digunakan untuk COVID-19. Berikut delapan daftarnya:
1. COVID-19 bisa ditularkan lewat gigitan serangga
Hingga kini, tak sedikit yang beranggapan bahwa COVID-19 bisa ditularkan lewat gigitan serangga, seperti nyamuk atau lalat. Anggapan itu muncul karena virus dinilai bisa menginfeksi serangga, lalu bertransmisi ke manusia.
Faktanya, serangga tidak dapat menularkan virus kepada manusia. World Health Organization (WHO) menjelaskan, belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan proses transmisi virus Corona dari dan ke serangga.
Selain itu, sebagian serangga tidak memiliki reseptor untuk ‘menangkap’ protein dari virus.
2. Pemakaian masker bisa kurangi kadar oksigen
Ada banyak anggapan bahwa terlalu lama menggunakan masker bisa menurunkan kadar oksigen di dalam tubuh. Sebab, tubuh akan menghirup kembali karbondioksida yang masih berada di dalam masker.
Faktanya, menggunakan masker dalam waktu yang lama tidak akan mengurangi kadar oksigen di dalam tubuh. Meski mungkin terasa tak nyaman, kamu tidak akan keracunan karbondioksida.
Mengutip Healthline, menghirup kembali sejumlah kecil CO2 pada masker bukanlah sesuatu yang harus dikhawatirkan.
Untuk menghindari rasa tidak nyaman, pakailah masker dengan kondisi yang benar. Jika perlu, pilih masker yang memiliki rongga di bagian tengah dalam tapi tetap tertutup dan tidak mempunyai celah di setiap tepinya.
Baca juga: Catat, Ini 3 Standar SNI terkait Masker Kain yang Tepat untuk Cegah COVID-19
3. Menyemprot disinfektan ke tubuh bisa bunuh virus corona
Sejak kemunculan wabah COVID-19, tak sedikit tempat publik yang menyediakan bilik disinfektan untuk sterilisasi. Tujuannya, membunuh virus SARS-CoV-2 yang menempel pada baju.
Faktanya, menyemprotkan disinfektan ke tubuh tidak akan melindungimu dari COVID-19. Dalam jangka panjang, ini justru bisa berdampak pada kulit dan mata.
Bahkan menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, hal tersebut dapat membahayakanmu jika terhirup atau tertelan. Disinfektan hanya digunakan untuk permukaan benda mati, bukan manusia.
4. Vitamin C bisa mencegah penularan COVID-19
Sebagian orang menganggap bahwa konsumsi vitamin C dapat mencegah penularan COVID-19. Sebab, vitamin C bisa menjadi antioksidan untuk tubuh.
Faktanya, vitamin C tidak bisa mencegah transmisi virus ke dalam tubuh manusia. Vitamin C atau asam askorbat memang dapat meningkatkan sistem kekebalan, tapi tidak bisa serta-merta membunuh virus itu sendiri.
Oleh karena itu, saat ini banyak ilmuwan di dunia sedang mengembangkan vaksin Corona. Vaksin ini terbuat strain dari virus yang dinonaktifkan. Strain tersebut membantu sistem imun untuk mengenali virus dari jenis yang sama agar bisa dilawan.
5. Berjemur bisa membunuh virus Corona
Tren berjemur di pagi hari kian diminati oleh sebagian masyarakat Indonesia. Tak sedikit yang menganggap bahwa berjemur di bawah sinar matahari bisa membantu membunuh virus.
Faktanya, berjemur di bawah matahari tidak bisa membunuh virus Corona. Hingga kini, belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa SARS-CoV-2 akan mati dengan paparan suhu tinggi, termasuk ultraviolet dari matahari.
Berjemur adalah aktivitas yang bisa menstimulasi tubuh untuk menghasilkan vitamin D. Vitamin ini memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah meningkatkan sistem kekebalan.
6. Vaksin Corona telah tersedia dan mulai diedarkan
Belakangan ini, beberapa negara seperti Rusia, Inggris, Tiongkok, dan Jerman sedang mengembangkan vaksin Corona. Hal ini membuat banyak orang menganggap bahwa vaksin Corona telah tersedia dan siap diedarkan.
Faktanya, beberapa vaksin Corona yang tengah dikembangkan oleh sejumlah negara masih memasuki tahap uji klinis kepada manusia (pasien). WHO sendiri memprediksi bahwa vaksin Corona baru tersedia tahun depan.
Johns Hopkins Medicine menjelaskan, pembuatan vaksin membutuhkan proses dan waktu yang panjang, yaitu berbulan-bulan.
Lalu, bagaimana dengan vaksin dari luar negeri yang telah tiba di Indonesia beberapa waktu lalu? Vaksin tersebut juga masih dalam uji klinis yang melibatkan ribuan relawan.
7. Seperti vaksin Corona, vaksin pneumonia juga bisa membunuh virus Corona
Vaksin pneumonia dipercaya sebagian orang bisa membunuh virus Corona yang telah menginfeksi. Sebab, pneumonia sendiri adalah penyakit paru yang menjadi komplikasi dari COVID-19.
Faktanya, vaksin pneumonia tidak bisa membunuh virus Corona. Virus ini sangat baru, sehingga membutuhkan vaksinnya sendiri, yaitu vaksin Corona.
Baca juga: Miliki Fungsi Berbeda, Ini 10 Golongan Antibiotik yang Perlu Kamu Tahu
8. Antibiotik bisa mencegah dan mengobati COVID-19
Antibiotik adalah golongan obat yang biasanya digunakan mengatasi infeksi. Sehingga, tak sedikit yang menganggap bahwa obat ini bisa dipakai untuk menyembuhkan COVID-19.
Faktanya, antibiotik tidak bisa digunakan untuk mencegah atau mengobati COVID-19. Antibiotik adalah obat untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, bukan virus. Sedangkan COVID-19 sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh virus bernama SARS-CoV-2.
Nah, itulah beragam fakta di balik mitos yang masih dipercaya oleh sejumlah kalangan. Untuk meminimalkan penularan COVID-19, tetap patuhi protokol yang telah ditetapkan pemerintah, ya. Tetap jaga kesehatan!
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!