Share This Article
Meski dianggap lebih rendah, namun kasus COVID-19 pada anak-anak tetap ditemukan. Dari data WHO, adalah 8,5 persen kasus dilaporkan terjadi pada anak di bawah usia 18 tahun. Orangtua tetap harus melindungi Si Kecil dari kemungkinan terkena efek corona pada anak.
Sejauh ini kasus corona pada anak-anak dianggap relatif ringan dan lebih sedikit. Tapi, Moms sebaiknya memahami efek corona pada anak yang mungkin terjadi. Untuk lebih jauh mengetahui efek corona pada anak, yuk simak penjelasan berikut.
Efek corona pada anak masih terbilang rendah
Dilansir dari news.un.org, data WHO menunjukkan kurang dari 10 persen kasus terjadi pada orang berusia 20 tahun. Untuk kasus kematian dilaporkan kurang dari 0,2 persen dari jumlah tersebut.
Hal ini dipertegas oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus. “Virus ini dapat membunuh anak-anak, tetapi anak-anak cenderung mengalami infeksi yang lebih ringan dan hanya sedikit kasus parah dan kematian akibat COVID-19 di antara anak-anak dan remaja,” ucapnya.
Meski terbilang rendah, namun ada kemungkinan efek corona pada anak yang akan berlangsung dalam jangka panjang. Karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek corona pada anak yang sempat terkena COVID-19 dan sudah dinyatakan sembuh.
Efek corona pada anak setelah sembuh
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jika COVID-19 tidak banyak memengaruhi anak-anak. Sebagian besar anak yang terserang COVID-19 hanya menunjukkan gejala ringan dan hanya butuh waktu untuk pemulihan.
Sayangnya tidak semua anak sembuh total dari COVID-19. Seperti dilansir dari Jax.org, bahwa sebagian anak yang pernah terserang virus SARS-CoV-2 itu memiliki gejala lanjutan yaitu sindrom inflamasi multisistem pada anak atau multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C).
Kondisi MIS-C itu, salah satunya ditemukan di Connecticut. Seperti diungkap oleh ahli penyakit menular pediatrik, Juan C. Salazar. Anak-anak yang pernah terserang COVID-19 menunjukkan gejala MIS-C. Tapi, tidak semua anak yang menunjukkan MIS-C pernah terinfeksi COVID-19.
Kemudian, Salazar mengatakan, MIS-C adalah sindrom pascainfeksi. “Hasil itu menunjukkan bahwa kondisi ini (MIS-C) adalah sindrom pascainfeksi dan bukan infeksi akut,” ujarnya.
Kondisi MIS-C juga ditemukan di tempat lain, pada anak yang pernah terserang COVID-19. Sayangnya, penelitian tentang MIS-C masih terbatas, karenanya perlu dilakukan banyak pengembangan terkait kondisi tersebut.
Mengenal MIS-C, yang disebut sebagai efek corona pada anak
MIS-C bisa menunjukkan gejala ringan, namun pada beberapa anak bisa berakibat fatal. Sindrom ini menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan jaringan seperti jantung, paru-paru, pembuluh darah, ginjal, sistem pencernaan, otak, kulit atau mata.
Apa saja gejala MIS-C?
Gejala pada setiap anak berbeda-beda tergantung di mana peradangan terjadi atau organ apa yang dipengaruhi. Namun secara umum, berikut beberapa yang mungkin ditunjukkan anak:
- Demam selama 24 jam atau lebih
- Muntah
- Diare
- Sakit perut
- Ruam kulit
- Lelah
- Detak jantung cepat
- Napas cepat
- Mata merah
- Bengkak atau merah pada bibir dan lidah
- Sakit kepala
- Bengkaknya kelenjar getah bening
Gejala yang lebih parah dapat terjadi seperti:
- Kesulitan bernapas
- Nyeri atau sesak di dada
- Kebingungan
- Bibir atau wajah membiru
- Sakit perut
- Tidak bisa bangun atau terus terjaga
Apa yang harus dilakukan jika anak menunjukkan gejala MIS-C?
Sebagian besar MIS-C terjadi pada anak 3 hingga 12 tahun. Rata-rata terjadi pada anak usia 8 tahun. Dapat juga terjadi pada bayi. Berapapun usia anak, jika menunjukkan gejala MIS-C, segera periksakan ke dokter.
Meski banyak kasus MIS-C bisa disembuhkan, beberapa anak justru mengalami kondisi parah, seperti kerusakan permanen pada organ atau bahkan kematian.
Apa yang perlu diketahui tentang MIS-C?
Beberapa ahli menganggap MIS-C sebagai kondisi pascaCOVID-19 yang dapat terjadi pada anak. Namun, MIS-C juga terlihat seperti penyakit kawasaki.
Penyakit kawasaki adalah kondisi yang memicu respons imun pada anak, dan dapat menunjukkan gejala seperti MIS-C. Keduanya sama-sama memengaruhi kondisi jantung anak.
Dalam sebagian kasus anak bisa disembuhkan, namun MIS-C dikhawatirkan dapat memberikan dampak pada fungsi jantung anak dalam jangka panjang.
Efek MIS-C jangka panjang yang mungkin terjadi
Dilansir dari sciencealert, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 90 persen anak yang sembuh dari MIS-C menjalani tes ekokardiogram (EKG) dan hasilnya, lebih dari setengah menunjukkan adanya kelainan jantung.
Kelainan itu termasuk pelebaran pembuluh darah koroner dan penurunan kemampuan jantung memompa darah beroksigen ke tubuh. Sayangnya, studi tentang MIS-C masih terbatas untuk menindaklanjuti temuan tersebut.
Karena itu, hingga kini penelitian masih terus dikembangkan untuk lebih mengetahui hubungan MIS-C dengan COVID-19 dan dampaknya pada anak. Per 15 Oktober 2020. di Amerika Serikat, sudah terdapat 1097 kasus MIS-C, dengan 20 total kematian.
Demikian penjelasan mengenai efek corona pada anak. Meski belum banyak informasi yang didasari oleh penelitian, Moms sebaiknya tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan untuk si kecil.
Seperti memakai masker saat berada di luar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga jarak aman.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!