Share This Article
Di tengah pandemi COVID-19, sangat penting kita memahami berbagai hal terkait virus corona. Mulai dari cara penularannya, langkah-langkah untuk mencegah persebaran, hingga efek virus corona itu sendiri terhadap tubuh agar cepat mendapat tindakan medis.
Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19 sudah menyebar ke lebih dari 200 negara di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri sudah puluhan ribu orang yang dinyatakan positif terinfeksi corona.
Perlu digarisbawahi adalah jangan pernah menganggap remeh virus ini. Karena begitu corona masuk ke dalam tubuh, efek buruknya akan langsung dirasakan dalam beberapa hari. Meski begitu, ada pula penderita yang tidak menunjukkan gejala sama sekali layaknya orang sehat.
Cara penularan yang paling umum yaitu melalui droplet yang berpindah ke orang lain melalui batuk, bersin, atau berjabat tangan. Sesungguhnya apa yang terjadi pada tubuh kita saat terpapar corona? Yuk, pahami beberapa poin di bawah ini agar kamu semakin waspada.
Baca Juga: Wajib Tahu: Serba-serbi Penularan COVID-19 dari Makanan
Virus corona akan memperbanyak diri di dalam tubuh
BBC dalam salah satu artikelnya menjelaskan, corona akan masuk ke dalam tubuh lalu menginfeksi sel-sel yang melapisi tenggorokan sampai ke paru-paru. Di sinilah virus ‘berkembang biak’ dengan cara memperbanyak diri dan akan terus menginfeksi ke lebih banyak sel.
Virus corona tidak bisa memproduksi sel sendiri. Itu mengapa ia harus membajak sel tubuh kita.
Pada tahap awal tersebut biasanya seseorang belum merasakan sakit dan bahkan tak sedikit orang yang tidak mengalami gejala apapun. Masa inkubasi ini berbeda-beda pada setiap orang, antara sekitar 2 hingga 14 hari. Tapi umumnya, rata-rata dalam waktu 5 hari setelah terinfeksi gejala-gejala baru akan muncul.
Efek virus corona: batuk dan demam
Gejala yang terjadi pada sebagian besar pengidap COVID-19 adalah batuk dan demam.
Kebanyakan orang yang terinfeksi mengalami batuk kering yang kemungkinan disebabkan oleh iritasi pada sel yang dibajak oleh virus tersebut. Tapi ada juga yang mengalami batuk berdahak dengan lendir yang mengandung sel-sel paru-paru yang sudah mati.
Selain itu, sistem imun atau kekebalan tubuh yang merespon kehadiran virus akan mengirim sel darah putih sebagai bentuk perlawanan. Pada tahap inilah umumnya pasien akan mulai mengalami demam. Ada juga yang mulai merasakan lemas, pusing, dan tidak enak badan.
Dalam kondisi seperti di atas belum mengharuskan kamu untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Kamu hanya perlu banyak beristirahat, minum cairan yang cukup, serta konsumsi parasetamol untuk menurunkan deman.
Namun lain halnya untuk seseorang yang memiliki sindrom defisiensi imunitas seperti pengidap HIV, maka harus segera mendapatkan penanganan medis.
Pneumonia atau paru-paru basah
Kalau kamu memiliki sistem imun tubuh yang kuat, besar kemungkinan virus bisa dikalahkan dan bisa kembali pulih dalam waktu sekitar 1 minggu. Namun apabila sistem imun lemah, virus corona akan semakin berkembang dan gejala-gejala yang lebih berat bisa muncul kemudian.
Kondisi yang paling sering dialami oleh pasien yang terpapar virus corona adalah gangguan pernapasan seperti pneumonia alias paru-paru basah. Seseorang disebut menderita pneumonia ketika paru-paru mengalami peradangan dan penuh cairan.
Dilansir dari Healthline, pada kondisi ini bernapas akan terasa amat berat karena paru-paru kesulitan untuk mentransfer oksigen ke dalam darah. Corona akan merusak sel-sel dinding, selaput alveolus dan kapiler. Karena itu, umumnya pasien membutuhkan alat bantu seperti ventilator dan pemberian oksigen.
Pasien yang memiliki riwayat masalah kardiovaskular, asma, dan penyakit paru obstruktif kronis memiliki risiko lebih tinggi jika tertular coronavirus.
Efek virus corona menyebabkan gejala yang semakin serius
Ketika infeksi coronavirus gagal ditangani, rata-rata pasien akan mengalami gejala yang semakin serius. Sekitar 6 persen pasien virus corona menjadi sakit kritis dan menyebabkan syok septik. Yakni, tekanan darah turun ke tingkat rendah dan berpotensi membuat organ tubuh lainnya berhenti bekerja dengan semestinya.
Tubuh yang tidak mendapatkan oksigen yang cukup, berpotensi menghentikan fungsi ginjal untuk bekerja membersihkan darah. Keadaan itu bisa merusak lapisan usus. Kegagalan multi-organ ini bisa berujung pada kematian.
Apa yang terjadi setelah sembuh dari corona?
Sebuah studi jurnal medis The Lancet menyebutkan, mantan pasien yang terinfeksi virus corona dapat menyimpan patogen di saluran pernapasan selama 37 hari. Itu artinya, walaupun kamu sudah dinyatakan sembuh masih ada potensi untuk menularkannya ke orang lain ataupun terinfeksi kembali.
Untuk efek jangka panjangnya, Dr Owen Tsang Tak-yin, direktur medis dari Pusat Penyakit Menular di Rumah Sakit Princess Margaret di Kwai Chung menjelaskan, beberapa pasien yang sembuh dari COVID-19 kemungkinan hanya memiliki sekitar 20 hingga 30 persen fungsi paru-paru.
Dilaporkan oleh The South China Morning Post, dari selusin pasien virus corona yang sudah sembuh dan dinyatakan boleh pulang, 2 atau 3 orang tidak dapat melakukan hal-hal seperti sebelumnya. Mereka terengah-engah ketika berjalan lebih cepat.
Baca Juga: Waspada Ciri-ciri Masker Palsu! Begini Tips Hindari Masker Tiruan di Toko Online
Yuk, perkuat sistem imun tubuh dan jaga kebersihan!
Lalu, apa yang bisa kamu lakukan selama masa pandemi ini? Yang jelas, selalu jaga kesehatan dengan menerapkan pola hidup sehat, agar kamu memiliki sistem imun tubuh yang kuat.
Juga selalu jaga kebersihan dengan cara mencuci tangan menggunakan air dan sabun, masih menerapkan physical distancing merupakan kunci upaya pencegahan persebaran virus.
Pantau perkembangan situasi pandemi COVID-19 di Indonesia melalui situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pastikan untuk mengecek kesehatan Anda dan keluarga secara rutin melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!