Share This Article
Sebagian dari kita mungkin masih bertanya-tanya, apa itu herd immunity? Disebut-sebut bisa membantu mengatasi pandemi corona. Apakah benar membangun herd immunity berarti membiarkan penularan terjadi begitu saja?
Mari simak penjelasan lengkap tentang apa itu herd immunity dan hal lain yang berhubungan dengannya, lewat ulasan di bawah ini.
Meluruskan makna Herd immunity
Banyak yang beranggapan bahwa untuk memperoleh herd immunity, maka kita tinggal membiarkan penularan terjadi tanpa melakukan apa-apa. Hal ini tentu merupakan sebuah pendapat yang keliru.
Dilansir dari Covid19.go.id, satgas Penanganan Covid-19 meluruskan bahwa herd immunity bukan berarti mencapai kekebalan komunitas, dengan membiarkan orang yang terkena corona sembuh sendiri.
“Membiarkan orang sakit menjadi kebal dengan sendirinya, adalah keliru. Hal ini telah ditegaskan WHO (World Health Organization) sejak Oktober 2020,”
Jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengabarkan perkembangan penanganan Covid-19 di Gedung BNPB, Kamis (28/1/2021) yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Hal ini dipertegas oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan bahwa herd immunity adalah konsep yang digunakan untuk pelaksanaan program vaksinasi. Tepatnya ketika masyarakat di suatu daerah tertentu dapat terlindungi jika sebagian besar populasinya telah divaksin.
“Sehingga perlu ditegaskan, bahwa kekebalan komunitas dapat terbentuk dengan melindungi populasi dari virus, bukan dengan sengaja membiarkannya,” tegas Wiku.
Apa itu Herd immunity?
Dilansir dari Webmd, herd immunity adalah kondisi di mana sebagian besar anggota komunitas kebal terhadap penyakit tertentu.
Dalam kasus wabah corona seperti sekarang, herd immunity atau kekebalan kelompok, terjadi ketika sebagian besar populasi penduduk menjadi imun terhadap corona.
Dengan demikian, ketika ada lebih sedikit orang yang berisiko tinggi terkena COVID-19, diharapkan tingkat infeksi akan menurun, dan wabah pun mereda.
Kondisi ini memungkinkan perlindungan terhadap infeksi virus COVID-19 bagi setiap orang. Bukan cuma pada mereka yang sudah imun, karena telah terinfeksi terlebih dulu.
Apakah Herd immunity dijamin berhasil?
Kekebalan kawanan berhasil untuk beberapa penyakit. Orang-orang di Norwegia berhasil mengembangkan setidaknya sebagian kekebalan kawanan terhadap virus H1N1 (flu babi) melalui vaksinasi dan kekebalan alami.
Serupa dengan itu, di Norwegia, influenza diperkirakan menyebabkan lebih sedikit kematian pada tahun 2010 dan 2011 karena lebih banyak penduduk yang kebal terhadapnya.
Kekebalan kawanan dapat membantu menghentikan penyebaran penyakit, seperti flu babi, dan pandemi lainnya di seluruh negara. Tapi itu bisa berubah tanpa ada yang tahu. Selain itu, herd immunity juga tidak selalu menjamin perlindungan terhadap penyakit apa pun.
Bagi kebanyakan orang sehat, kekebalan kelompok bukanlah alternatif yang baik untuk mendapatkan vaksinasi. Kekebalan kelompok mungkin tidak selalu melindungi setiap individu dalam komunitas, tetapi dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.
Bagaimana Herd immunity bekerja?
Ketika sebagian besar populasi menjadi kebal terhadap suatu penyakit, maka penyebaran penyakit itu melambat atau berhenti.
Banyak infeksi virus dan bakteri menyebar dari orang ke orang. Rantai ini terputus jika kebanyakan orang tidak tertular atau menularkan infeksi.
Ini dapat membantu melindungi orang yang belum divaksinasi atau yang memiliki sistem kekebalan yang berfungsi rendah dan mungkin lebih mudah mengembangkan infeksi, seperti:
- Orang tua
- Bayi
- Anak-anak
- Wanita hamil
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah
- Penderita penyakit tertentu
Baca Juga: Fakta Tentang Virus Corona Bisa Menyebar Lewat Paket Kiriman Barang
Kaitan imunitas dan Herd immunity
Modal utama dari herd immunity adalah daya tahan tubuh itu sendiri. Jadi penting untuk mengetahui cara mendapatkan imunitas agar bisa mewujudkan kekebalan komunitas yang diharapkan.
Saat tubuh kemasukan virus atau bakteri, sistem imun akan bergerak untuk mengatasi hal ini. Tahapan untuk memperoleh imunitas adalah sebagai berikut:
- Bakteri dan virus seperti juga yang menyebabkan COVID-19 memiliki protein yang disebut antigen di permukaan mereka. Setiap bakteri dan virus memiliki antigen yang unik dan khas.
- Sel darah putih dari sistem imun akan membuat protein tandingan yang disebut antibodi. Antibodi menempel pada antigen virus/bakteri dan akan bertarung untuk menghancurkan virus dan bakteri ini.
- Saat kamu sudah terpapar virus, maka tubuh akan menciptakan sel pengingat. Sehingga kalau kamu terpapar virus yang sama, sel ini akan mengingat reaksi dan antibodi yang dibutuhkan untuk memusnahkan virus ini.
Cara kerja yang sama terjadi saat vaksinasi. Vaksin akan memaparkan antigen pada tubuh untuk melatih sistem imun untuk melawan virus/bakteri serupa di masa mendatang.
Karena vaksin mengandung virus yang sudah dilemahkan atau dibunuh, maka kamu akan menjadi imun tanpa harus sakit terlebih dahulu.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Jepang, Bagaimana Faktanya?
Bagaimana cara memperoleh herd immunity covid?
Berdasarkan cara mencapai imunitas, maka dalam kasus wabah seperti sekarang pun ada dua cara mencapai herd immunity covid, yaitu:
Dengan vaksinasi
Vaksin untuk virus yang menyebabkan COVID-19 menjadi pendekatan yang ideal untuk mencapai herd immunity. Karena vaksin menjadikan orang imun tanpa harus membuat mereka sakit terlebih dahulu.
Herd immunity memungkinkan populasi terlindung dari penyakit ini, termasuk mereka yang tidak bisa atau belum menerima vaksinasi. Seperti bayi yang baru lahir, atau mereka yang memiliki masalah pada sistem imun.
Konsep herd immunity tersebut sudah diterapkan dan terbukti dalam mengontrol penyakit mematikan dan sangat menular seperti cacar, polio, difteri, rubella dan lainnya.
Meskipun demikian, mencapai herd immunity dengan vaksinasi terkadang harus dilakukan berulang. Karena perlindungan yang diciptakan meluruh seiring waktu atau kalau ternyata kamu tidak mendapatkan dosis yang tepat saat vaksinasi awal.
Infeksi alami
Herd immunity bisa diperoleh saat sejumlah orang dalam suatu populasi telah terkena penyakit corona dan sembuh. Mereka pun berhasil menciptakan antibodi yang dibutuhkan untuk melawan infeksi yang bisa terjadi di masa mendatang.
Meskipun demikian, ada masalah besar jika mengandalkan herd immunity ini. Karena masih belum jelas apakah infeksi yang terjadi pada penderita penyakit ini bisa memastikan mereka kebal terhadap infeksi yang terjadi di masa mendatang.
WHO pun menyatakan hal yang serupa. Dalam keterangan resminya, WHO belum mengetahui seberapa kuat atau tahannya respons imun yang dibentuk pada penderita COVID-19. Karena masih ada laporan kasus infeksi pada mereka yang sebelumnya dinyatakan sembuh.
Baca Juga: Meski Belum Terbukti, Tetap Waspadai Penularan Corona Lewat Uang, Ini Faktanya
Berapa angka yang harus dicapai untuk mencapai herd immunity covid?
Dalam kasus COVID-19, herd immunity bisa diperoleh ketika populasi yang imun terhadap corona lebih besar ketimbang ambang batas populasi yang dibutuhkan untuk virus ini menyebar. Dengan demikian, penyebaran virus akan menurun.
Akan tetapi, persentase populasi yang imun terhadap suatu penyakit untuk memperoleh herd immunity ini berbeda-beda. Dilansir dari Healthline, untuk beberapa penyakit, kekebalan kelompok dapat berlaku jika 40 persen orang dalam suatu populasi menjadi kebal terhadap penyakit tersebut.
Namun pada beberapa kasus seperti penyakit campak, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kalau dibutuhkan 95 persen populasi yang imun, sementara polio 80 persen.
Sayangnya, hingga saat ini masih belum diketahui berapa persen populasi imun yang dibutuhkan dalam rangka mencapai herd immunity covid. WHO sendiri dalam keterangan di halaman resminya tersebut menyatakan kalau mereka masih mengkaji hal ini.
Kapan Herd Immunity Covid-19 akan tercapai?
Sebuah studi pemodelan baru menunjukkan bahwa ambang batas untuk mencapai kekebalan kawanan untuk COVID-19 jauh lebih rendah daripada yang diasumsikan. Ini artinya ada harapan bahwa kekebalan komunitas bisa hadir lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dilansir dari Medicalnewstoday, berikut beberapa hasil penelitian tersebut yang perlu diketahui.
Faktor usia dan aktivitas sosial berpengaruh pada ambang batas Herd immunity
Ahli matematika di Universitas Nottingham di Inggris dan Universitas Stockholm di Swedia menyadari bahwa berbagai kelompok orang dalam suatu populasi menyebarkan infeksi pada tingkat yang berbeda.
Ketika mereka memperbarui model klasik untuk memperhitungkan tingkat penularan pada kelompok usia yang berbeda dan di antara orang-orang dengan berbagai tingkat aktivitas sosial, ambang kekebalan kawanan turun menjadi 43%.
Penelitian yang dipublikasikan di Science, menunjukkan bahwa aktivitas sosial adalah penentu yang lebih penting untuk ambang batas daripada usia.
“Dengan mengambil pendekatan matematika baru ini untuk memperkirakan tingkat kekebalan kawanan yang akan dicapai, kami menemukan hal itu berpotensi dapat dikurangi hingga 43%, dan bahwa pengurangan ini terutama disebabkan oleh tingkat aktivitas daripada struktur usia,”
kata Prof. Frank Ball dari University of Nottingham, salah satu penulis penelitian.
Cara kerja penelitian
Untuk membuat model mereka, ahli matematika menambahkan dua fitur yang mereka tahu berperan penting dalam penyebaran infeksi.
Yang pertama melibatkan pembagian populasi menjadi enam kelompok umur, masing-masing dengan rata-rata jumlah kontak sosial yang berbeda. Kedua melibatkan pembagian kategori usia ini ke dalam aktivitas sosial tingkat tinggi, sedang, dan rendah.
Para ahli matematika berasumsi bahwa, rata-rata, seseorang mulai menularkan virus ke orang lain 3 hari setelah terinfeksi dan terus menyebarkannya selama 4 hari.
Mereka juga berasumsi bahwa pada awal wabah, rata-rata setiap orang yang terkena virus menularkannya ke 2,5 orang lainnya.
Model tersebut menyarankan bahwa populasi akan mencapai kekebalan kawanan setelah 43 persen orang tertular virus. Pada saat itu, infeksi akan berhenti menyebar, dan wabah akan berakhir lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sikap WHO terhadap herd immunity corona
Meskipun demikian, WHO menyebut kalau herd immunity corona yang dicapai dengan cara membiarkan orang terpapar virus merupakan langkah yang problematis dan tidak etis.
Membiarkan COVID-19 menyebar di masyarakat yang usia dan status kesehatannya berbeda-beda hanya akan berujung pada infeksi, penderitaan dan kematian yang tidak diperlukan.
Hingga saat ini, WHO masih kesulitan dalam memprediksi masalah imunitas COVID-19 ini. Karena itu, setiap ide atau rencana untuk mencapai herd immunity di masyarakat dengan membiarkan mereka terpapar corona secara alami harus dikesampingkan.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!