Share This Article
Lembaga Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) belum lama ini merilis sebuah penelitian terkait potensi naiknya risiko terpapar COVID-19 saat di rumah makan.
Penelitian tersebut menyebut, bahwa orang dewasa yang positif COVID-19 kira-kira dua kali lebih mungkin dilaporkan makan di restoran daripada mereka yang hasil tes negatif.
Klaster di rumah makan sepertinya mulai merebak semanjak pelonggaran kebijakan pemerintah setempat. Bahkan tak hanya di Amerika, klaster tempat makan juga terjadi di negara lain seperti Korea dan bahkan Indonesia.
Menilik hasil studi CDC
Penelitian ini dilakukan pada 1-29 Juli 2020. Dalam penelitian ini CDC melibatkan 314 orang dewasa dengan gejala COVID-19. Sekitar setengah dari mereka (154) dinyatakan positif terkena virus.
Peserta ditanya tentang kemungkinan melakukan kontak sosial dalam dua minggu menjelang tes mereka dan seberapa baik mereka mengikuti langkah-langkah jarak sosial.
Seperti apakah mereka baru-baru ini makan di restoran, bekerja di kantor, pergi berbelanja, pergi ke gym, menghadiri upacara keagamaan, atau sering menggunakan transportasi umum.
Baca Juga : Awas Happy Hypoxia, Gejala Baru dari Covid-19 yang Mematikan!
Hasil penelitian CDC adalah:
- Sebanyak 42 persen dari mereka yang dites positif mengatakan mereka melakukan kontak dekat dengan setidaknya satu orang dengan COVID-19, sebagian besar (51 persen) adalah anggota keluarga, dua minggu sebelum mereka di tes.
- Proporsi yang lebih rendah yakni 14 persen dari peserta yang dites negatif dilaporkan melakukan kontak dekat dengan orang yang diketahui COVID-19 dalam bingkai yang sama.
- 71 persen orang yang dites positif, dan 74 persen dari mereka yang dites negatif, mengatakan bahwa mereka selalu memakai penutup wajah saat berada di depan umum dalam dua minggu sebelum tes mereka. Namun, penelitian ini tidak menanyakan kepada peserta jenis penutup apa yang mereka kenakan.
Risiko penularan COVID-19 di tempat makan
Penelitian ini dilakukan karena sebagian besar negara bagian di Amerika mengizinkan orang untuk makan di dalam ruangan lagi. Para ahli sebelumnya telah memperingatkan bahwa sirkulasi udara di dalam ruangan seperti restoran, dapat memengaruhi penularan virus.
Pedoman CDC saat ini mengatakan bahwa layanan takeout, drive-thrus, atau pesan antar memiliki risiko penularan rendah.
Sementara risiko tertinggi ada pada tempat makan yang menawarkan makan di dalam dan luar ruangan di mana meja tidak dikurangi atau diberi jarak setidaknya 6 kaki.
Meski dalam penelitian ini disebut orang yang positif kemungkinan besar pernah pergi ke restoran untuk makan, namun sayangnya tidak disebut apakah mereka makan di ruang terbuka (outdoor) atau di ruang tertutup (indoor).
Baca Juga : Benarkah COVID-19 Bisa Menular Lewat Makanan Beku? Ini Fakta Lengkapnya!
Kasus klaster COVID-19 terkait tempat makan
Sejauh ini ada beberapa kasus klaster COVID-19 yang terkait dengan tempat makan dan mencuri perhatian publik.
Mulai dari klaster kedai kopi di Korea Selatan, dan klaster warung soto di Daerah Istimewa Yogyakarta.
1. Klaster Starbucks Korea Selatan
Melansir CNN World, terdapat 66 kasus positif COVID-19 di Korea yang terkait dengan klaster kedai Starbucks yang terletak di kota Paju.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC) mengatakan kasus tersebut terjadi di antara pelanggan yang tidak memakai masker saat berada di dalam kafe, ditambah dengan buruknya ventilasi.
Dari 66 kasus tersebut, 25 orang adalah pengunjung kafe, 37 adalah orang yang berkontak dengan pengunjung, sementara 4 lainnya terkait dengan pasien awal.
Pasien awal yang teridentifikasi atau carrier ini tinggal selama dua jam, dan duduk serta berbicara tanpa mengenakan masker. Sementara tidak ada kasus positif dari karyawan Starbucks, sebab mereka diketahui mematuhi penggunaan masker dengan benar.
2. Klaster warung soto Yogyakarta
Sebuah kedai soto Lamongan di sekitar XT Square Kota Yogyakarta menjadi klaster baru penyebaran COVID-19 di Indonesia.
Melansir beritasatu.com, hingga 9 September 2020 tercatat 20 kasus positif dari klaster baru tersebut. Mereka terdiri dari keluarga pemilik kedai, karyawan, hingga pembeli yang melakukan take-away.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menduga, penularan kepada pembeli take away tersebut bisa terjadi melalui barang-barang atau perabot yang ada di kedai soto tersebut.
Baca Juga : Tetap Beraktivitas di Luar Rumah, Terapkan Ventilasi Durasi Jarak (VDJ) demi Kurangi Risiko Kena Covid-19!
Himbauan
Dari penelitian yang dilakukan CDC, mereka menghimbau bahwa tempat makan dan minum di tempat atau dine-in mungkin merupakan faktor risiko penting yang terkait dengan infeksi COVID-19.
Maka dari itu diperlukan aturan ketat mulai dari penggunaan masker dan protokol jaga jarak demi melindungi pelanggan, karyawan, dan komunitas.
Konsultasi lengkap seputar COVID-19 di Klinik Lawan COVID-19 dengan mitra dokter kami. Yuk, klik link ini untuk download aplikasi Good Doctor!