Share This Article
Para ilmuwan di seluruh dunia diketahui memang telah mengerjakan pembuatan vaksin untuk penyakit COVID-19. Belum lama ini, vaksin tersebut dikirimkan dari China dan sedang dalam proses uji klinis oleh Bio Farma.
Dikutip dari CNN Indonesia, Bio Farma akan mengambil sampel sebanyak 1.620 sukarelawan dengan usia antara 18 hingga 59 tahun untuk dilakukan uji klinik tahap ketiga. Vaksin ini sendiri diberikan dalam upaya memperlambat pandemi dan mengurangi kerusakan penyakit.
Baca juga: Mau Tahu Fakta Soal Kehidupan Seksual Setelah Punya Anak? Yuk, Simak Selengkapnya, Moms!
Bagaimana tahapan uji klinis vaksin corona sinovac?
Vaksin ini akan membawa instruksi untuk membuat protein lonjakan, yakni protein kunci pada permukaan virus yang mungkin masuk sel ketika seseorang terinfeksi.
Vaksin yang telah disuntikkan ke dalam tubuh kemudian pergi ke sel-sel kekebalan dan memerintahkannya untuk membuat salinan protein lonjakan.
Nah, ada beberapa tahapan yang perlu dilewati ketika melakukan uji klinis vaksin corona sinovac. Dikutip dari Healthline, berikut beberapa tahapan uji klinis terhadap vaksin corona yang perlu diketahui.
Tahap pertama
Pada tahap atau fase pertama, obat akan diberikan kepada sejumlah kecil orang sehat dan penderita penyakit. Hal ini dilakukan untuk mencari tahu apakah terdapat efek samping dan mendapatkan dosis terbaik.
Vaksin diberikan kepada peserta yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni masing-masing 15 orang. Semua kelompok akan menerima dua vaksinasi selama 28 hari secara terpisah. Setiap kelompok diberikan vaksin yang berbeda, yakni 25, 100, atau 250 mikrogram.
Setiap orang dalam penelitian ini akan mengembangkan antibodi yang dapat memblokir infeksi.
Efek samping yang paling sering dilaporkan setelah vaksinasi kedua pada kelompok 100 mikrogram adalah kelelahan, kedinginan, sakit kepala, dan nyeri otot. Nyeri bisa terasa mulai dari ringan hingga cukup parah.
Tahap kedua
Pada fase atau tahap kedua, obat diberikan kepada beberapa ratus orang yang menderita penyakit. Pemberian vaksin ini bertujuan untuk melihat apakah obat bekerja dan jika ada efek samping yang mungkin tertular selama pengujian awal.
Studi fase kedua memiliki 300 orang dewasa sehat yang berusia 18 hingga 55 tahun bersama dengan 300 orang dengan usia di atas 55 tahun. Jika pengujian tahap kedua sudah selesai, maka akan dilanjut kepada uji coba skala besar pada fase ketiga.
Tahap ketiga
Pada fase ketiga, uji coba dilakukan dalam skala besar dengan memberikan obat kepada beberapa ratus atau bahkan ribuan orang. Kelompok orang yang serupa menggunakan plasebo atau senyawa tidak aktif. Uji coba ini biasanya dilakukan secara acak dan akan memakan waktu 1 hingga 4 tahun.
Uji coba fase ketiga umumnya akan dilakukan dengan memasukkan sekitar 30 ribu peserta. Tahap ini memberikan bukti terbaik tentang cara kerja obat dan efek paling umum yang mungkin muncul setelah pemberian selama beberapa waktu.
Tahap keempat
Jika tahap ketiga sudah dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan penelitian di fase keempat. Obat-obatan yang telah disetujui untuk digunakan kemudian menjalani pemantauan lanjutan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada efek samping lain, terutama yang serius dan jangka panjang.
Di indonesia sendiri, Bio Farma akan mengambil sampel sebanyak 1.620 peserta dan telah menerima 2.400 vaksin yang dikirim langsung dari China. Perlu diketahui, uji klinis ini membutuhkan waktu yang cukup lama namun dipercaya jika vaksin ini sudah aman dan berkhasiat.
Baca juga: Tiroid Terlalu Aktif, Apa Efeknya Bagi Kesehatan Tubuh?
Apa vaksin efektif untuk melindungi dari infeksi corona?
Biasanya, para peneliti akan menunggu seseorang yang diberi vaksin tes untuk secara alami tertular virus. Setelah itu, keberhasilan akan dilihat melalui seberapa baik orang tersebut dilindungi oleh vaksin.
Uji coba tantangan manusia ini masih menimbulkan banyak pertanyaan etis, salah satu efek samping yang mungkin diterima. Masih banyak yang tidak mengetahui tentang virus dan penyakit ini, termasuk siapa yang akan sakit parah atau meninggal akibat COVID-19.
Hal ini berarti orang tidak dapat benar-benar mengetahui risiko yang akan diterima ketika berpartisipasi dalam penelitian. Para peserta ini tidak akan dapat memberikan persetujuan informasi karena merupakan bagian penting dari uji klinis modern.
Namun, mengingat cakupan pandemi yang telah terjadi maka beberapa ahli berpendapat bahwa jenis uji percobaan ini akan terjadi pada akhirnya. Ada begitu banyak ketidakpastian dengan pengembangan vaksin sehingga harus dipastikan aman dan dapat respons tubuh yang baik.
Pantau perkembangan situasi pandemi di Indonesia melalui situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Konsultasikan masalah kesehatan Anda dan keluarga melalui Good Doctor dalam layanan 24/7. Mitra dokter kami siap memberi solusi. Yuk, download aplikasi Good Doctor di sini!