Share This Article
Pandemi COVID-19 yang bermula di Wuhan, Tiongkok, hingga kini terus menyebar. Tercatat, lebih dari 200 negara di seluruh dunia telah terpapar oleh virus SARS-CoV-2 ini. Sebab, sebagian besar kasus positif diawali dengan demam, maka mengetahui suhu tubuh pasien terinfeksi COVID-19 sangat penting.
Berapa suhu tubuh saat terinfeksi COVID-19? Apa perbedaannya dengan demam biasa? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Baca juga: Studi Membuktikan, Makanan Fermentasi Kimchi Bisa Turunkan Risiko COVID-19
Suhu tubuh normal manusia
Sebelum mengetahui tentang suhu tubuh COVID-19 atau gejala suhu tubuh pasien positif COVID-19, kamu perlu memahami temperatur normal dari tubuh manusia. Badan Kesehatan Dunia menjelaskan, suhu tubuh normal manusia pada rentang 36,5°C hingga 37°C, terlepas dari temperatur di luar.
Suhu tubuh akan menyesuaikan dengan kondisi sekitar. Artinya, jika di sekelilingmu sedang dingin, maka suhu tubuh akan ikut menurun. Memakai jaket atau pakaian tebal saat dingin bisa mempertahankan panas tubuh agar tidak ikut menurun.
Bagaimana suhu tubuh Corona (pasien positif)?
Belakangan ini, demam dikait-kaitkan dengan gejala COVID-19. Mayo Clinic mendefinisikan demam sebagai peningkatan suhu tubuh yang bersifat sementara. Peningkatan temperatur menandakan ada sesuatu yang tidak normal sedang terjadi di dalam tubuh.
Seseorang dapat dikatakan sedang demam jika suhu tubuhnya berada di atas rata-rata temperatur normal seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Demam biasanya akan mereda atau bahkan hilang dalam hitungan hari.
Namun, pada penderita COVID-19, kondisinya berbeda. Suhu tubuh akan beranjak naik dalam waktu yang relatif lebih lama, disertai dengan gejala-gejala lain. Mengutip dari WebMD, lebih dari 90 persen kasus positif COVID-19 didahului dengan demam.
Ini yang menjadikan banyak tempat publik menerapkan pengukuran suhu tubuh sebelum mengizinkan seseorang masuk ke dalam area. Meski suhu tubuh yang naik belum bisa dijadikan tolok ukur sebagai gejala COVID-19.
Baca juga: Temuan Baru, Ini 6 Jenis Penyakit COVID-19 Berdasarkan Gejalanya
Perbedaan demam biasa dengan Corona
Sejak pertama kali muncul outbreak di Wuhan, China, tidak sedikit orang yang langsung khawatir terjangkit penyakit itu saat dirinya sedang demam. Memang, hingga saat ini, belum ada patokan pasti tentang suhu tubuh saat terjangkit COVID-19.
Hanya saja, ada beberapa hal yang dapat membedakan antara demam biasa dengan demam sebagai gejala Corona.
Menurut Johns Hopkins Medicine, selain dapat berlangsung lebih lama, suhu tubuh Corona bisa ‘naik-turun’. Dalam artian, seseorang bisa mengalami panas dingin dalam waktu yang tidak sebentar.
Perbedaan berikutnya, demam biasa umumnya tidak disertai keluhan-keluhan lain. Namun, pada pasien COVID-19, biasanya diikuti batuk kering, sakit tenggorokan, susah bernapas, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan berkurangnya indra penciuman.
Cara mengukur suhu tubuh Corona
Ada banyak cara untuk mengukur suhu tubuh Corona. Cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan termometer digital yang bisa dipakai bergantian dengan orang lain. Cukup ‘tembakkan’ sinar merah ke dahi untuk mengetahui hasilnya.
Namun, jika kamu ingin mendapatkan hasil terbaik, cobalah untuk mengukur suhu oral atau mulut. St. Jude Research Hospital di Amerika Serikat menyatakan, pengukuran melalui mulut adalah cara paling baik untuk mengetahui temperatur tubuh.
Lalu, seberapa sering seseorang harus mengecek suhu tubuhnya? Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan untuk selalu memeriksa temperatur badan secara rutin tiap pagi dan malam, lalu mencatatnya dalam sebuah tabel.
Lakukan pengukuran ini dan amati selama 14 hari untuk mengetahui apakah kamu terinfeksi virus Corona atau tidak. Durasi 14 hari sendiri mengacu pada masa inkubasi virus pemicu COVID-19.
Baca juga: Fakta di Balik Pasien COVID-19 yang Telah Sembuh Ternyata Masih Bisa Terinfeksi Lagi
Demam tidak selalu identik dengan COVID-19
Sebagian besar kasus positif COVID-19 memang didahului dengan demam. Namun, tidak adanya demam bukan berarti kamu telah terbebas dari infeksi virus ini.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), tidak semua kasus COVID-19 diawali dengan demam atau gejala lainnya. Di Indonesia, kelompok ini diberi nama dengan Orang Tanpa Gejala (OTG).
Medical News Today menjelaskan, kasus OTG lebih sering ditemukan pada orang-orang usia muda. Ini dikait-kaitkan dengan sistem imun yang masih efektif untuk melakukan perlawanan terhadap virus. Sehingga, berbagai gejala seperti demam tidak akan nampak di awal waktu.
Meski tak menunjukkan tanda-tanda, RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro menjelaskan, gejala bisa tetap muncul tapi pada jangka waktu yang relatif lebih lama, yaitu 24 hari pascapenularan pertama.
Nah, itulah penjelasan lengkap tentang suhu tubuh Corona dan perbedaannya dengan demam biasa. Jika demam tak kunjung sembuh hingga 14 hari dan disertai gejala-gejala lain, segera kunjungi rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan COVID-19.
Pantau perkembangan COVID-19 di Indonesia melalui situs resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Jaga kesehatan Anda dan keluarga dengan konsultasi rutin bersama mitra dokter kami. Download aplikasi Good Doctor sekarang, klik link ini, ya!